keluarga Marsel sudah selesai berkemas semua barang dimasukkan ke dalam mobil bak. tidak semua barang mereka bawa hanya pakaian dan perabot yang di perlukan saja. walau berat Bu Nety meninggalkan rumah yang menjadi hunian mereka namun langkah ini harus dilakukan.
pukul 9 pagi keluarga Marsel meninggalkan komplek perumahan mereka. mobil melaju menuju arah pinggiran kota jauh dari hiruk pikuk dan kebisingan kendaraan. sepanjang jalan di hiasi sawah dan kebun yang terhampar tapi. Jeni menikmati pemandangan yang asri nan indah.
" cantik ya Jen..... " Bu Nety membuyarkan lamunannya.
" iya mah cantik....." sahut Jeni sembari tersenyum.
" semoga betah ya nanti di sana ...." harap Bu Nety.
"iya mah.... semoga...."
akhirnya mereka sampai di pekarangan rumah neneknya, segera pa Marsel menurunkan barang yang mereka bawa.
mereka di sambut hangat oleh keluarga di kampung. dan banyak juga warga yang ikut membantu menurunkan barang mereka. kehidupan gotong royong masyarakat masih terpupuk dengan baik di sana.
Jeni mengitari pandangan di rumah yang akan menjadi hunian mereka sekarang. sebuah rumah kayu model lama. dengan lebar 8 meter dan panjang 12 meter cukup menampung keluarga Marsel. karena neneknya Jeni hanya tinggal bertiga dengan anak nenek yang laki-laki.
halaman yang cukup luas dan bersih di tanami pepohonan yang rindang juga terawat dengan baik. Jeni duduk di salah satu bangku di bawah pohon yang tumbuh di halaman. ia menghirup nafas panjang merasakan udara yang bersih dan sejuk.
" Jeni kok tidak masuk kedalam biar Noni tunjukkan kamarnya..." ucap nenek membuyarkan lamunannya. Noni panggilan Jeni untuk nenek nya.
"iya Noni sebentar... mau cari angin disini dulu" sahur Jeni halus.
" ok jangan lama-lama ya... nanti di godain preman sini loe .." Noni menakut nakuti.
" ah... Noni bisa aza... takut Leh kalau begitu...." Jeni berlari masuk kedalam karena takut.
Noni hanya tersenyum melihat kelakuan cucu nya. 'semoga kalian betah ya ' batin Noni.
selesai membersihkan diri semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan untuk bersantap siang bersama.
setelah di pimpin doa oleh pa Marsel semua makan dengan tenang.
"Jermy sudah memilih sekolah lanjutan nya ya...?" tanya Noni membuka pembicaraan.
" iya Noni... bulan depan sudah diminta daftar ulang." jawab jermy.
"jadi pulang pergi ya...?"
" tidak Noni ... jermy di asrama kan disana karena ikut kegiatan ekstrakurikuler juga paling sebulan sekali pulang nya." jelas pa Marsel.
" oh.... gitu .. kalau Jeni bagaimna ..? kamu sudah pilih kampusnya...?" tanya Noni kepada Jeni.
" belum Noni masih milih dulu... " jawab Jeni.
" memang kamu mau jadi apa?"
" apa saja Noni yang penting bisa membantu meringankan beban papah sama mamah .." jawab Jeni.
" jangan kamu ngomong begitu. masa depan kamu itu milik kamu bukan milik orang tuamu. kalau kamu ingin orang tua kamu bahagia maka kamu dulu yang harus bahagia."
" maksudnya Noni.....?" tanya Jeni.
" maksudnya kamu harus memilih pekerjaan yang memang kamu cintai jadi kalau kamu suka dengan pekerjaannya kamu akan bahagia." jelas om Sony. saudara pa Marsel.
"jadi sekarang kamu putuskan mau jadi apa maka pilihlah jurusan sesuai dengan cita-cita mu.." Noni menambahkan.
" belum terfikirkan Noni nanti mau jadi apa ... kalau menurut papah dan mamah Jeni cocoknya jadi apa...?" tanya Jeni meminta pendapat.
"menurut papah Jeni cocok jadi sekretaris karena Jeni punya kepribadian yang menarik dan juga trampil dalam segala bidang."
" kalau mamah gimana..?" tanya Jeni
"menurut mamah Jeni jadi pramugari karena postur tubuh Jeni cocok untuk pekerjaan itu."
" tuh kan.... kalau kamu mau ikuti kata orang tua mu kalau kamu tidak suka atau tidak mampu Jeni hanya akan tersiksa " jelas Noni.
"jadi ka Jeni mau jadi apa ka.... ?" tanya jermy.
" pramugari sebenarnya pekerjaan bagus namun Jeni sangat takut naik pesawat dan juga mabuk udara. kalau sekretaris sepertinya menyenangkan." jelas Jeni.
" keputusan ada tangan kamu mau apa"
" mah kalau Jeni ambil jurusan administrasi bagaimna mah....?"
" mamah setuju saja. bagaimna pah...?"
" ok ... nanti papah Carikan kampus untuk Jeni "
Jeni tersenyum dan di sahut dengan ucapan syukur anggota keluarga yang lain.
**
di lingkungan baru keluarga Marsel mencoba menyesuaikan diri dan ikut berbaur dengan lingkungan sekitar. pa Marsel selalu ikut kegiatan yang di lakukan di kampung Noni.
Bu Nety juga berbelanja di pasar tradisional bersama dengan para ibu yang lain dan Jeni dan jermy juga mencoba beradaptasi dengan lingkungan.
"cwe kenalan donk...." seorang pemuda menyapa Jeni
Jeni tak menjawab namun hanya tersenyum sembari berlalu.
" dasar cewe kota sombong amat..." maki pemuda itu.
"aku dengar dia belum punya pacar loe..." jawab Doni yang ada disana.
" wah... masa sich... bisa donk aku dapetin dia..." jawab Andika.
"sok amat loe .... loe nyapa dia saja tidak di tanggapi malah mau jadikan dia pacar..." Doni mengejek Andika.
" liat saja nanti aku bakalan bisa dapetin dia Don..." tegas Andika.
mereka sepakat mengadakan taruhan bagi siapa yang bisa meluluhkan hati Jeni yang akan memenangkan sejumlah uang dari yang kalah.
**
sesampai dirumah Jeni menghempaskan tubuhnya di kasur kamarnya. walau tidak seempuk Kasur di kamar lamanya namun cukup nyaman. ia mencoba memejamkan mata namun hp nya berdering.
kringgg... kringgg.....kringgg
"hallo selamat sore..." jawab Jeni.
"sore Jen... bagaimna kabarmu ..." suara Edward di seberang telepon.
"baik Erd kamu sendiri bagaimna kabarnya...?"
"aku juga juga baik Jen.... sekarang kamu dimna kemaren aku kerumah kok rumah kamu bergembok....? "
" aku pindah rumah Erd.."
"pindah kemana ...? ada apa ...?"
" aku sekarang tinggal tempat Noni.."
" kok bisa ada apa .. kapan kalian balik...?"
" kami akan tinggal disini untuk sementara waktu...jadi kami tidak akan kembali kerumah itu Erd.."
" kok bisa .. ada masalah apa Jen...?"
" bisnis papa sedang merosot jadi untuk sementara kami harus kehilangan rumah kami " kelas Jeni.
"loe... kok kamu tidak ngomong kalau perlu bantuan... apa perlu aku pinjamkan uang sama papa ku untuk menolong usaha papah kamu Jeni....?" jawab Edward. Edward dari keluarga yang kaya jadi ia bisa saja meminjamkan uang kepada keluarga pa Marsel namun Jeni tidak mau berhutang Budi dengan Edward.
" tidak perlu Erd.... semua bisa dikendalikan kok...."
" kita VC yah... aku mau melihat wajah temanku..."
Jeni mamatikan telponnya.
"hai... Jeni..." nampak muka sumringah Edward saat melihat wajah Jeni.
"hemm hai...." Jeni tersenyum.
" kamu cantik sekali Jen...." puji Edward.
" ada maunya ini jadi muji begitu....."
" tidak kok memang kamu cantik Jen ... "
" jadi VC cuma mau puji aku saja kah .....?"
" hehe.. maaf .." Edward terkekeh." maafkan aku ya Jen sial yang kemaren.....!"
" maaf soal apa itu semua kan karena Mauku juga kok....?"
" bagaimna tatto kamu kemaren.....?"
"baik baik saja tidak terjadi apa pun ..."
"apa boleh ku lihat ...?" Edward ingin memastikan.
Jeni menunjukkan pergalangan tangan yang selalu mengunakan jam tangan sport yang besar jadi tatto tertutup.
" mana kok tidak kelihatan..."
Jeni membuka jam tangannya dan memperlihatkan tatto kupu-kupu yang belum selesai
" tuh... kan jelek tatto nya karena belum selesai coba selesaikan dulu....."
bruak......
Bu Nety membanting pintu
"apa ...... Jeni kamu pakai tatto......"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments