Dila dan Arif sampai di dekat sumur yang biasa di gunakan untuk mengairi sawah.
Ternyata paklek Latif sedang membetulkan diesel yang macet, "ya Allah paklek, aku kira paklek hilang," kata Arif.
"Gak kok le, emang ada apa?" tanya paklek latif yang kebingungan.
"Bapak tadi di temukan pingsan,Dila kira paklek juga karena saat aku mencari paklek dan mbah, tak ada yang menyaut," jawab Dila yang masih sesenggukan
"Walah nduk, Yo mesti gak denger paklek, orang tempat ini jauh dari sawah Mbah, tapi bukankah tadi Mbah sama bapak mu sedang membersihkan pohon tembakau?" kata paklek Latif.
"Terus Mbah kemana paklek?" kata Dila yang khawatir.
Mereka pun bergegas pergi mencari Mbah Sarji, karena mereka dan warga tak ada yang melihat pria itu.
Sedang di rumah pak Yono yang baru sadar langsung berteriak, "ada apa pak?" tanya Bu Wati.
"Bapak mana Bu?" tanya pak Yono.
"Tadi katanya Dila sama Arif mau nyari mbah sama paklek," jawab Zainal.
"tidak, tadi bapak bertengkar dengan Mbah jakung," panik pak Yono.
Semua orang kaget, pasalnya mereka semua tau jika kedua pria itu memang memiliki dendam lama.
"Bapak harus cari bapak, bapak bisa dalam bahaya," panik pak Yono.
Dila dan Arif akhirnya berjalan melewati galengan yang menjadi batas antar sawah dari dengan yang lain.
Tapi saat mereka melewati sawah dari keluarga Mbah jangkung, tak sengaja dila melihat topi caping milik sang kakek.
"Mas, itu bukannya caping milik Mbah, kok ada disana," tunjuk Dila dengan tangan gemetar.
Paklek Latif bergegas melihat, tapi betapa terkejutnya dia saat tak jauh dari sana.
Dia melihat sosok Mbah Sarji yang tewas tergorok, "bapak!" teriak paklek Latif.
Dila dan Arif mendekat dan kaget melihat tubuh sang kakek yang sudah tewas bersimbah darah.
"Mbah," panggil Dila sebelum pingsan.
Warga pun yang mendengar langsung berlarian, pasalnya pak Yono tadi tetap kekeh ingin kembali ke sawah.
Semua orang kaget bukan main, pasalnya tubuh pria yang selalu di hormati itu sudah tergletak tak bernyawa.
"Bapak!!" teriak ibu Wati yang akhirnya histeris melihat jasad sang ayah.
Arif mengendong Dila yang sudah tak sadarkan diri, semua keluarga di hubungi.
Pak Yono yang ingat sebelum di pukul hingga pingsan pun membawa warga ke rumah Mbah jakung.
"Keluar jakung, kamu pembunuh!" teriak pak Yono dan semua warga.
"Kalian mau apa kesini, bapak saya sudah menyerahkan diri ke kantor polisi terdekat, setelah membunuh Mbah Sarji, jadi sekarang bapak saya itu sudah berada di kantor polisi untuk mengakui semua kejahatannya," jawab sang anak.
"Kamu mengatakan dengan mudah, dasar keluarga pembunuh, aku akan pastikan bapak kamu akan mati di penjara," marah pak Yono.
Mereka pun menuju ke kantor polisi, dan ternyata benar, pria itu sudah di sana dengan tangan terborgol.
Pak Yono yang sudah marah pun tak bisa membendung air matanya, dia langsung berusaha menyerang pria sepuh itu.
"Hentikan pak, jika bapak membunuhnya, bapak sama saja dengan pria itu," kata Zainal menahan sang ayah.
"Tapi apa salah bapak, sampai pria ini tega membunuhnya, jika hanya masalah air irigasi, itu bisa di bicarakan, toh Latif tadi sedang memperbaiki diesel juga," kata pak Yono.
"Karena aku sudah punya dendam lama dengan bapak mu, dan puncaknya tadi, saat dia terus menghina keluargaku dan aku gelap mata, setelah memukulmu hingga pingsan aku langsung bertengkar dan aku melindungi diriku saat dia ingin membacok ku, jadi aku terlebih dahulu menusuknya dan baru kemudian membunuhnya," jelas Mbah jakung.
Pak Yono pun lemas mendengar itu, pasalnya dia tak bisa melindungi sang bapak mertua.
Akhirnya Zainal pun mengajak kedua orang itu pulang untuk mengurus pemakaman dari sang kakek.
Ternyata semua saudara datang, pakde Gun datang bersama putra-putranya.
Bahkan Andri juga kebetulan pulang untuk mengurus sesuatu, dan kaget saat mendengar berita kematian dari kakek Dila.
Keluarga mereka pun langsung bergegas memakamkan jenazah Mbah Sarji.
Dila hanya terduduk sedih melihat semua prosesi, bahkan tubuhnya begitu lemas karena Mbah Sarji adalah kakek yang begitu dia cintai.
Saat Zainal, Arif, paklek Latif dan pakde Soli, ingin mengangkat keranda itu dan membawanya ke pemakaman.
Dila yang melihat pun bergegas langsung memeluk keranda itu dan menangis tersedu-sedu.
"Tidak boleh, tidak boleh, jangan bawa pergi Mbah ku, jangan!!" teriknya dengan suara yang serak.
Semua orang menahan tangis melihat Dila yang begitu terpuruk. bahkan gadis itu terus berusaha menahan keranda sang kakek.
Bahkan pak Yono dan Bu Wati tak bisa menghentikan putri mereka yang seperti memiliki kekuatan yang begitu besar.
Tapi Andri datang dan langsung memeluk tubuh Dila, "tenang Dila, kakek akan segera di makamkan dan jangan seperti ini, kamu akan membuatnya sedih dan berat untuk pergi,"
"Tidak mas, aku ingin ikut Mbah, aku gak mau pisah sama Mbah," berontak Dila.
Tapi Andri terus memeluk tubuh Dila dan memberikan isyarat untuk keempat orang itu mengangkat keranda.
"Ojo di gowo Mbah ku, Mbah!!!" suara Dila yang begitu pilu.
"Tenang Dila, jika kamu seperti ini kamu membuat semua orang sedih!" bentak Andri yang tak bisa menghentikan adik sepupunya itu.
Akhirnya Dila pun hanya menangis di pelukan Andri, "le, lakukan brobosan dengan Dila, supaya dia tak terus seperti ini," kata pak Yono.
"Inggeh pak," jawab Andri.
Dia dan Dila pun melakukan brobosan bergantian dengan semua anak-anak dari Mbah Sarji.
Bahkan di brobosan terakhir, Dila kembali pingsan di pelukan Andri, dan beruntung Andri sigap menangkap tubuh gadis itu.
kini keranda itu pun di bawa pergi dari rumah menuju ke makam, Mbok Min juga tak bisa menyaksikan semuanya karena terus menangis di dalam kamar.
Andri berusaha menyadarkan Dila, setelah siuman Dila ingin berlari tapi di tahan oleh Andri.
"Berhenti Dila, kamu harus ikhlas jangan seperti ini!" bentak Andri.
"Tapi Dila ingin melihat Mbah," mohon gadis itu sambil menangkupkan tangannya.
"Baiklah, tapi janji kamu tak boleh sedih dan menangis di makam," kata Andri.
Dila mengangguk dan kini mereka menuju ke area pemakaman desa, suasana sore itu begitu sendu.
Pemakaman berjalan lancar, pak Yono pulng bersama Dila tapi Zainal menahan Andri tetap di pemakaman.
"Andri, sebagai kakak Dila aku ingin meminta janjimu, apa bisa," kat Zainal menghentikan pria itu.
"Janji apa? aku sudah berusaha tapi aku tak bisa jauh darinya," jawab Andri.
"Kalau begitu jangan ada di sisinya seperti tadi,ingat kita saudara sepupu dari ayah, dan dalam adat kita, kita terikat oleh wali, terutama Dila yang tak akan bisa menikah dengan mu," kata Zainal.
"Jika aku mau, tak peduli dengan adat dan wali itu, aku akan tetap menikahinya, dan maf aku tak bisa memberikan janji apapun padamu Zainal, karena meski bapak kita saudara kandung, tapi cinta ku tak akan kalah," kata Andri sebelum pergi meninggalkan Zainal.
"Jika kamu lakukan itu, maka kamu merusak persaudaraan dan hubungan keluarga Andri," marah Zainal mendengar Jawaban Adri, tapi pria itu malah yang tak di gubris oleh sepupunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ternyata andri adalah wali dila. sepupu dekat banget.
2022-03-03
2
Apriyanti
lanjut thor
2022-03-02
2