Matahari yang cerah membuat bumi ini terasa berwarna. Hembusan angin dan udara pagi sangat menyejukkan setiap nyawa yang baru terbangun dari tidurnya.
Waktu sudah menujukkan pukul 12 siang, dan acara pernikahan yang di gelar di kediaman Dave akan terlaksanakan.
"Ibu yakin Dave. Jika kamu menikah dengan Vera, maka secepatnya kamu akan moveon dari Zena," ucap Mika saat melihat Putra tunggalnya yang sudah gagah di balut jas hitamnya.
"Aku menikahinya karena Ibu dan Zena. Jadi sampai kapanpun aku tidak bisa moveon dari Zena," jawab Dave merapihkan penampilannya.
Terlalu larut dalam bercerita dan menyusun sebuah rencana untuk ke depannya membuat Dave tidak mendengar ketukan pintu di kamarnya.
"Maaf Tuan, Nyonya." Ucap ketua pelayan yang bekerja di kediaman Dave, "Di luar sudah ada Nona Zena dengan suaminya," sambungnya lagi.
"Mereka sudah datang Dave, kita harus menyambut wanita yang kamu cintai itu," ujar Mika merapihkan bagian kerah belakang Putranya.
Kemudian Dave dan Mika berjalan menuju balkon yang berada di lantai dua. Dan di saat mereka sampai, terdengar derap kaki yang menuju kearahnya.
"Zen ...," panggil Dave saat melihat Zena datang.
Mendengar putranya memanggil sosok wanita yang diam-diam dicintainya, Mika tersenyum. Dia menatap Zena yang sedang menatapnya.
"Dave, Ibu. Zena kangen ibu," ujar Zena menghampiri ibu Dave lalu memeluknya erat, "Ibu, mana yang sakit," sambungnya lagi.
Mika menatap Putranya yang menganggukkan kepala, "Tidak ada, hanya luka kecil di kening ibu," ujar Mika melepaskan pelukan Zena. Dia memperlihatkan luka di kening terbungkus plester.
"Lalu di mana calon istri Dave, aku ingin melihatnya,"
"Aku sudah berjanji pada Dave, akan memastikan calon istrinya sebelum Dave mengucapkan ijab qobul," ujar Zena.
Mereka saling menatap. Dengan gerakan ekor matanya, Dave mengisyaratkan jika ini waktu yang pas.
Merasa situasi tiba-tiba menjadi tegang dan tidak kondusif, Steven berdehem. Dia berusaha memecahkan keheningan di sekitar ruangan.
Ekhemm ...,
"Siapa Zen, apa itu suamimu?" tanya Mika berpura-pura tidak tahu.
"Iya bu, dia suamiku...,"
"Dimana calon istri Dave, Bu," ucap Zena.
"Zen, sudah waktunya acara dimulai. Kamu bisa melihat calon istriku di bawah,"
"Ayo kita ke bawah," ujar Dave.
"Ayo sayang, kamu juga akan tahu siapa calon istri Dave" ujar Mika tersenyum kaku.
Setelah sampai di lantai dasar, Dave tersenyum simpul, 'Saatnya kamu tahu siapa calon istriku,' batin Dave saat melihat ekspresi Zena.
"Ka-kamu," ujar Zena terpaku.
Vera beranjak dari tempat duduknya, dia menghampiri kakak tirinya yang sedang terpaku.
"Kak Zen, ibu dan Ayah sudah tidak ada hikss ... hikss ..., Vera tidak mau menikah dengan pria itu Kak, tolong Vera,"
"Vera sudah mempunyai kekasih Kak, Vera sangat mencintai kekasih Vera, tolong Kak," ucap Vera menangis berlutut di depan Zena.
Zena bangkit lalu menghampiri Dave .
Plak!
"Batalkan pernikahan ini. Aku tidak ingin adikku menikah dengan pria yang tidak dicintainya," pekik Zena, "Dan aku tidak akan sudi, jika adikku menikah dengan seorang pembunuh," sambungnya lagi.
"Zen," panggil Mika, matanya sudah berkaca-kaca,"Maafkan ibu, kecelakaan itu terjadi tanpa di minta. Ibu juga tidak menginginkan kecelakaan itu. Kamu tenang saja ... Ayah, ibu, dan adikmu sudah dimakamkan di Jakarta," ucap dengan sandiwaranya.
Mendengar kata 'Adik', tiba-tiba tubuh Zena melemas. Air mata yang mulai mereda kini sudah mengalir deras lagi.
"Jadi Ibu mohon Zen, restui pernikahan Dave dan adikmu. Karena sebelum Ibumu meninggal, dia sudah menitipkan putrinya pada Ibu,"
"Dan Dave akan menjaga adikmu sebaik mungkin, kita berjanji padamu Zen," ucap Mika.
"Bohong Kak, itu semua bohong. Mereka jahat Kak," ujar Vera, "Aku tidak mau menikah dengannya Kak. Aku sudah mempunyai kekasih Kak,"
"Kaka tega membiarkanku hidup dengan pria yang tidak aku cintai? Kaka tega aku di hina semua teman kampusku, jika aku menikah dengan Om-om seperti teman kakak," ujar Vera memohon. Dia mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Kak, please!"
"Jika dia teman kakak, maka Kakak saja yang menikah dengannya!" sambung Vera membuat Zena terdiam.
"Jaga ucapanmu, dia istriku!"
"Dave, aku memberikan restu untukmu menikahi adik tiri dari istriku," ucap Steven sepihak.
Mata Zena dan Vera membulat, mereka benar-benar tidak bisa menerima keputusan Steven.
"Mas,--" ucapannya terhenti saat Steven membisikkan sesuatu padanya.
"Ini permintaan terakhir dari ibumu sayang. Apa kau ingin melihatnya menangis di alam sana, karena permintaannya tidak dikabulkan olehmu?" ujar Steven.
"Kak, aku mohon ... aku rela pergi dari kehidupan kaka, asalkan kaka mau membantuku sekali ini saja," mohon Vera, "Dia pria jahat kak!" sambung Vera menatap sekilas calon suaminya.
Setelah berfikir keras, akhirnya Zena merestui pernikahan adik tirinya, "Dave, aku titip adikku. Walaupun dia adik tiriku, tapi hanya dia yang aku punya setelah Ayahku menghilang,"
"Dan kamu Vera, kanu tidak perlu takut menikah dengan Dave. Dia pria yang baik. Justru Tuhan baik padamu, karena sudah menyiapkan jodoh seperti Dave," ujar Zena meraih tangan Vera agar bangkit.
"Ta-tapi Kak, dia jahat"
"Aku tidak sudi menikah dengan pria jahat sepertinya. Lagipula aku dan kekasihku--" ucapa Vera terpotong saat Bibi datang dan memberitahukan bahwa acara akan dimulai.
Dave tersenyum simpul saat wanita yang dicintainya memberi restu, 'Kamu tenang saja Zen, setelah dia menjadi istriku. Aku akan membalas semua perbuatan jahat yang mereka perbuatan terhadapmu,' batin Dave menghampiri Zena.
"Zen, aku meminta restu untuk menikahi adikmu. Aku berjanji, aku akan menjaga adikmu, seperti aku menjagamu," ujar Dave.
"Mungkin adikku sedikit keras kepala, tapi percayalah dia orang baik,"
"Setelah acara ini selesai, aku akan kembali ke Indo untuk menjenguk makam Ibu dan Adit. Aku titip Vera," ujar Zena
"Kak, kakak jahat. Kaka tega membiarkanku menikah dengan pria yang tidak aku cintai, aku benci kakak," seru Vera saat Bibi membawanya kembali ke tempat duduk diikuti oleh Dave dan ibunya.
Acara ijab qobul dimulai, Dave menjabat tangan Bapak penghulu erat, lalu mengucapkan serangkaian kata agar Vera menjadi istrinya secara hukum dan Agama.
"Bagaimana para saksi, Sah,"
"Sah," jawab semua saksi.
"Kalian sudah Sah, sebagai pasangan suami istri," ucap penghulu, membuat Vera menangis kencang.
'Akhirnya semua berjalan dengan lancar,' batin Dave memandang wanita yang baru saja menjadi istrinya.
'Pria jahat. Bisa-bisanya Kakaku mempunyai teman licik seperti dia!' batin Vera.
Setelah selesai acara ijab qobul, tiba-tiba perut Vera terasa mual. Ini bukan pertama kalinya. Segera dia berlari menuju kamar mandi dan mengabaikan Dave yang sedang berbicara dengan Kakak tirinya.
Bersambung😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
epifania rendo
hamil ya vera
2022-10-06
0
‧͙⁺˚*・༓🌌𝙰𝚛𝚊𝚗𝚊 🌌༓・*˚⁺‧͙
hamidun kah?..hamidun anak sapa neh😭
2022-04-02
1
Mega Ackerman
Jangan gitu, nanti bucin
2022-03-12
0