Setelah membayar di kasir, Rey berbalik menghampiri Nana.
"Mbak, maaf ya! Saya sedang buru-buru." Rey mengulurkan kartu nama ke tangan Nana.
"Apa, ini? " Tanya Nana
"Chat nomor itu, kalau ada yang perlu saya ganti rugi!" jelas Rey.
"Maksudnya...
Rey langsung saja pergi begitu saja, tanpa ada penjelasan apa pun lagi. Sementara Nana di buat bingung oleh kepergian Reyhan.
Keduanya keluar dari swalayan, Rey menuju mobilnya, sementara Nana masih setia dengan jalan kaki di trotoar.
'Mau pulang! Uda tanggung nih, kemana ya enaknya!" Nana bermonolog.
Di rogoh ponsel yang berada di dalam tas punggungnya. Tak ada satupun panggilan atau pun chat yang masuk disana. Lalu, dia memutuskan untuk menghubungi sahabatnya Aisyah.
"Assalamualaikum, Sya! Lagi sibuk nggak? Tanya Nana dalam panggilan itu.
"Nongkrong, yuk! Aku tunggu di kafe biasanya ya. Oh, Ok!" jawab Nana.
" Waalaikumsalam, Nana mengakhiri panggilannya.
***
Sementara di tempat lain,
" Pergi aja deh, Lho! Nggak ada guna ada disini. Dasar nggak tau di untung, kalau bukan karena papa ku, uda jadi gembel kamu dan orang tua mu," Ria ngoceh tak karuan.
"Yah sudah, Kalau kamu mau aku pergi. Aku akan pergi!" Reyhan berdiri hendak pergi.
"Tunggu! ATM, kunci mobil, jangan di bawah. Enak aja itu punya ku," Ria sambil membentak.
"Ok! Jawab Reyhan santai.
Reyhan mengeluarkan beberapa ATM dari dalam dompetnya. Serta menaruh kunci mobil di atas meja.
"Ini aja kan, punya mu! Reyhan mengangkat kartu itu.
Tanpa berkata-kata dan berpamitan, Reyhan pergi begitu saja dari ruangan itu.
Tak lama kemudian sampailah Reyhan di sebuah kafe tempat dia nongkrong bersama teman-temannya. Namun, kali ini berbeda, dia sendirian. Karena semua temannya sedang sibuk dengan urusan masing-masing.
Kopi, Reyhan hanya memesan secangkir kopi yang mungkin bisa membantu menenangkan pikirannya. Pernikahannya dengan Ria yang hampir tiga belas tahun, membuat dia berpikir dua kali untuk mengakhirinya.
Bukan karena terlalu cinta, atau sayang ke Ria. Tapi, dia tidak tega jika harus meninggalkan kedua putra putrinya. Mereka juga masih membutuhkan kasih sayang orang tua.
Hal itu yang membuat Reyhan selalu mengalah, bukannya takut miskin jika berpisah dengan Ria. Namun dia lebih mementingkan kepentingan kedua anaknya.
Trttt... trttt... trttt...
Getar ponsel Nana bergetar, segera dia menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Assalamu'alaikum," ucap Nana pada sang pe nelpon.
"Oh, nggak jadi datang ya. Iya nggak papa, hati-hati di jalan. Nana mengakhiri panggilannya.
Sementara di meja sebrang sana ada sepasang mata sedang mengawasi gadis cantik berhijab ini. Tak sedetik pun dia melewatkan gera-gerik Nana.
" Bukannya itu gadis yang aku tabrak, ya? Tanyanya dalam hati.
Rey terus saja mengamati Nana. Tanpa disadari Nana juga melihat kearahnya. Rey melempar senyuman, Nana pun membalas senyuman itu dengan ramah.
Rey meneguk kopinya sekali lagi, sebelum beranjak dari tempat duduknya. Sebenarnya dia mau bergabung dengan Nana. Namun, Nana sudah tidak di tempat duduknya lagi.
"Nah, kemana tu perempuan." Reyhan celingukan mencari keberadaan Nana.
Tepat jam satu siang, waktunya jam pulang sekolah datang, para orang tua sudah menunggu putra putrinya di depan gerbang sekolah. Tidak dengan Aqila dan Hafiz, hingga temannya tidak ada lagi di sekolah, mereka masih saja duduk disebelah gerbang.
Mereka berdua sudah terbiasa dengan itu semua, karena setiap kali orang tuanya bertengkar mereka selalu saja mendapat perlakuan seperti ini.
Seorang perempuan cantik yang kebetulan turun dari ojek online tidak sengaja melihat kedua anak yang sedang duduk termenung itu.
Di lihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya itu, sudah menunjukkan pukul dua siang. Dengan segera dia mendatangi kedua anak itu.
"Hai, cantik, ganteng. Kok belum pulang? Tanya Nana.
" Belum di jemput, Tante! Jawabnya dengan nada sedih.
"Boleh kenalan, nggak! Nana dengan nada seramah mungkin.
" Aqila, tante. Dan ini Hafiz adiknya Qila," jawab Aqila.
"Kalau tante boleh tau, kalian rumahnya dimana, biar tante anterin. Atau kalian punya nomor telpon mama atau papa kalian?" Tanya Nana lagi.
Gadis kecil itu mengambil sebuah buku kecil yang tersimpan di bagian depan tas sekolahnya. Kemudian dia memberikan buku kecil itu kepada Nana.
"Ini nomor telpon orang tua kalian!" ucap Nana.
Aqila hanya mengangguk, sementara Hafiz hanya mengamati kedua orang yang sedang berbicara di depannya itu.
"Ya uda, tante bantu telpon ya!
" Tutt... tutt... tutt...
Suara panggil telpon yang tak segera diangkat oleh pemiliknya. Membuat Hanna sedikit geram." Ada yah! Orang tua yang tak ingat sama anaknya," ucapnya dalam hati.
Panggilan ke dua pun di lakukan oleh Nana, dan beberapa saat kemudian,
"Halo, sapa orang di seberang sana.
Nana segera memberikan ponsel itu ke Aqila.
"Papa ... Kita belum ada yang jemput, Pa! Papa ada dimana?" Tanya Aqila.
"Papa di rumah Oma, kalian masih ada uang kan? Tanya Reyhan.
" Masih, Pa! Jawab Qila.
"Ini telpon pakai ponsel siapa?" Tanya Reyhan lagi.
"Punya tante cantik, Pa!
🍂🍂🍂🍂🍂
Tante cantik dan baik hati ya, Qila🤭. Yuk kasih dukungan buat tante cantik dan Aqila, jangan lupa fav, like, komen ya gaesss, di tunggu jejaknya😘.
Terimakasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
▫️
Tante siapa tuh qila jd penasaran otw lanjut
2022-07-25
2
♀️
kasian kan anaknya klo ortunya bertengkar
2022-06-27
2
vhieh
si ria mau nya apa ya, kok begitu banget sama si reyhan
2022-06-16
1