Gabriel masih berdiri di dekat gerbang mantan SMA-nya dulu saat bel tanda pulang berbunyi nyaring. Tak berselang lama, para siswa sudah menghambur keluar dari sekolah dan Gabriel tetap di tempatnya semula. Menimbang-nimbang apakah ia akan kembali ke kantor atau menjemput Queena dulu ke SMP putrinya itu yang hanya berjarak 800 meter dari mantan SMA Gabriel ini, saat tiba-tiba ada gadis berseragam putih abu-abu yang mendekat ke arahnya dan hampir jatuh terjerembab di hadapannya. Beruntung Gabriel punya gerakan refleks yang bagus dan sigap menolong gadis remaja itu agar tak jatuh terjerembab. Bisa malu seumur hidup gadis imut nan polos itu jika jatuh di depan duda ganteng sejenis Gabriel.
Eh!
"Hati-hati!" Ucap Gabriel pada gadis yang menatapnya dengan aneh tersebut.
Ada apa dengan wajah Gabriel memangnya? Kenapa gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lucu?
"Eh, maaf, Om!" Ucap gadis itu masih sambil mengerjap-ngerjapkan matanya ke arah Gabriel.
Apa dia sedang menggoda Gabriel sekarang?
"Halo!" Gabriel melambaikan tangannya di depan wajah gadis yang sekarang terlihat melamun tersebut.
"Eh, iya. Maaf, Om!" Gadis itu mengulangi permintaan maafnya.
Masa iya pikun?
Masih remaja sudah pikun?
Ckckckck!
"Sudah minta maaf tadi," ujar Gabriel mengingatkan.
"Eh, iya, ya?" Gadis itu langsung salah tingkah.
"Kenapa melamun? Lihatin apa?" Tanya Gabriel seraya mengernyitkan dahinya.
Gadis itu menggeleng samar sebelum kemudian berceletuk,
"Apa Om sedang mencari sugar baby?"
Gabriel nyaris tersedak ludahnya sendiri mendengar pertanyaan konyol gadis remaja di depannya tersebut.
"Apa?" Tanya Gabriel berharap kupingnya sedang salah dengar tadi karena pertanyaan gadis itu memang aneh sekali!
Bertanya apa Gabriel mencari sugar daddy?
Apa itu sugar daddy? Bapaknya gula? Diabetes berarti!
"Om sedang butuh sugar baby?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya dan raut wajahnya polos sekali. Gabriel sendiri sangat yakin kalau gadis ini sebenarnya juga tak paham apa itu sugar baby dan sugar daddy. Lalu orang bejat mana yang mengajarinya menawarkan diri seperti ini?
"Siapa namamu?" Tanya Gabriel yang langsung membuat gadis itu sedikit tersentak dan ganti menatap Gabriel dengan segan.
"Ma-maaf, Om!"
"Sepertinya saya salah orang!" Gadis itu berucap dengan tergagap-gagap dan hendak meninggalkan Gabriel, namun Gabriel mencegahnya dengan cepat.
"Tunggu!"
Gadis itu berusaha menyentak tangan Gabriel yang masih mencekal lengannya.
"Aku hanya tanya namamu siapa?" Gabriel mengulangi pertanyaannya karena mendadak pria itu merasa penasaran pada gadis yang sedang ia cekal tangannya tersebut.
"Friska Agustina," cicit Friska takut-takut.
"Friska!" Panggil Gabriel seramah mungkin yang malah membuat Friska terlihat ketakutan.
"Lepasin, Om!" Friska memohon pada Gabriel bersamaan dengan ponsel gadis itu yang berbunyi di dalam saku seragamnya.
Gabriel refleks melepaskan cekalannya pada tangan Friska dan Friska langsung menjauhi Gabriel seraya mengangkat panggilan di ponselnya.
"Halo!"
Gabriel tak tinggal diam dan malah mengikuti Friska yang sedang sibuk bicara di telepon.
"Iya, saya Friska! Mama dan Papa kenapa? Sudah bangun?"
Gabriel masih fokus mendengarkan pembicaraan Friska di telepon entah dengan siapa.
"Tapi bagaimana bisa? Tadi pagi semuanya masih baik-baik saja!" Friska mulai berteriak panik dan gadis itu menghampiri Sashi yang sejak tadi masih menunggunya merayu Gabriel.
"Shi! Mama dan Papa!" Friska berteriak panik seraya bercucuran airmata.
"Mama dan Papa kamu kenapa?" Tanya Sashi bingung
"Aku harus ke rumah sakit sekarang, Shi! Mama dan Papa..."
"Mama dan Papa!"
Friska terus berucap dengan panik dan menarik-narik tangan Sashi mengajaknya ke depan sekolah untuk menyetop taksi.
"Iya kamu tenang dulu, Fris!"
"Mama dan papa kamu pasti baik-baik saja," Sashi mencoba menenangkan Friska sambil menunggu taksi atau angkot yang tak kunjung lewat.
"Tenang, Fris!"
"Tenang, ya!" Sashi masih terus menenangkan Friska saat tiba-tiba sebuah mobil minibus berhenti di depan kedua gadis remaja tersebut. Kaca jendela depan mobil sudah diturunkan dan Friska terkejut bukan kepalang saat melihat seseorang yang duduk di balik kemudi.
"Om sugar daddy!" Celetuk Sashi mendahului Friska.
Gabriel sontak memasang raut wajah aneh mendengar panggilan aneh dari Sashi.
"Bukan!" Bisik Friska seraya memukul lengan Sashi. Teman Friska itu langsung meringis.
"Mau kemana? Sepertinya buru-buru?" Tanya Gabriel penuh selidik.
"Ke rumah-" mulut Sashi sudah dibungkam Friska dengan telapak tangan sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya.
"Nggak kemana-mana, kok, Om!" Jawab Friska sebelum kemudian gadis itu melambaikan tangan ke arah sebuah taksi yang melintas seraya berseru,
"Taksi!"
Taksi berhenti di depan mobil Gabriel dan Friska segera menarik Sashi untuk masuk ke dalam taksi, meninggalkan mobil Gabriel beserta empunya yang hanya melongo.
Namun Gabriel tak tinggal diam dan pria itu memilih untuk mengikuti taksi yang ditumpangi Friska dan Sashi. Gabriel benar-benar penasaran pada gadis bernama Friska Agustina tadi.
****
"Fris-"
"Kondisi Mama dan Papa tiba-tiba drop!" Friska memotong kalimat Sashi yang belun selesai. Gadis itu hanya menatap kosong ke depan dan jemarinya salong mer*mas menandakan kalau ia sedang cemas.
"Mama dan Papa kamu pasti kuat, Fris!" Sashi sudah menggenggam tangan sahabatnya tersebut dan menyalurkan kekuatan. Padahal tadi Sashi mau bertanya hal lain pada Friska. Namun sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat. Friska terlihat cemas sekali.
"Pak, bisa cepat sedikit?" Tanya Sashi pada supir taksi.
"Ini sudah cepat, Non!"Jawab supir taksi dari jok depan. Sementara Friska sudah terlihat sangat cemas dan semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Sashi.
Setelah berjibaku dengan jalanan yang lumayan padat selama lima belas menit, taksi yang membawa Friska dan Sashi akhirnya sampai di rumah sakit.
"Shi, tolong!" Friska memberikan sisa uang di sakunya pada Sashi dan segera berlari masuk ke dalam rumah sakit meninggalkan sahabatnya tersebut. Seolah tak mempedulikan sekitarnya Friska terus berlari menyusuri lorong demi lorong menuju ke kamar perawatan Mama dan Papanya.
Sudah banyak dokter dan perawat saat Friska tiba di kamar perawatan kedua orang tuanya. Dan saat itulah Friska juga melihat mama dan papanya yang sudah ditutupi kain warna putih.
"Mama!"
"Papa!"
"Friska datang!" Teriak Friska seraya menghampiri kedua orangtuanya. Tapi sepertinya semua sudah terlambat.
"Dokter-"
"Kami turut berduka, Friska! Kamu yang tabah, ya!" Satu kalimat yang diucapkan oleh dokter sukses membuat tubuh Friska lemas seketika.
"Nggak mungkin," ucap Friska nyaris tanpa suara.
"Mama dan Papa nggak mungkin pergi ninggalin Friska!"
"Mama! Papa!" Friska bergantian mengguncang tubuh kedua orang tuanya yang sudah kaki tak bernyawa, berharap mereka akan kembali bangun dan memeluk Friska. Namun semuanya sia-sia karena kedua orangtua Friska sudah pergi untuk selamanya, meninggalkan Friska yang kini sebatang kara.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
susi 2020
😎😎😎
2023-02-18
0
susi 2020
🙄🙄
2023-02-18
0
susi 2020
🥰🥰🥰🥰
2023-02-18
0