Friska datang ke sekolah dengan raut wajah lesu. Jika kemarin Friska masih bisa naik taksi, pagi ini Friska terpaksa naik angkot demi menghemat pengeluaran. Tadi malam Friska sudah menghitung dan mengumpulkan uang yang masih ia miliki karena Friska butuh rumah kontrakan baru atau minimal kost-kostan untuk berteduh dari panas dan hujan.
Baju dan buku-buku Friska terpaksa Friska titipkan di rumah sakit di dalam kamar perawatan sampai Friska dapat kost-kostan baru. Sepertinya Friska juga harus mulai memikirkan cara mencari uang tambahan agar ia tak putus sekolah. Tapi pekerjaan macam apa yang bisa dilakukan oleh seorang Friska yang hidupnya selalu dimanja sejak lahir?
Friska tak pernah mencuci piring atau turun ke dapur seumur hidupnya, karena sejak ia kecil sudah punya pengasuh dan maid yang selalu memenuhi semua kebutuhan Friska. Mama Lisa dan Papa Pras juga sangat memanjakan Friska dan membelikan apa saja yang Friska inginkan. Sebelum kemudian Friska sadar kalau semua uang yang dipakai oleh Papa dan Mamanya untuk memanjakan Friska itu adalah uang hasil korupsi.
Astaga!
Friska adalah anak seorang koruptor! Apa kabar nanti kalau teman-teman di sekolah tahu?
"Fris! Kok melamun?" Teguran dari Sashi, sahabat baik Friska di sekolah membuyarkan lamunan gadis delapan belas tahun tersebut.
"Eh, nggak kok!"
"Siapa yang melamun?" Jawab Friska sedikit tergagap.
"Ya kamu itu! Barusan melamun, makanya aku tegur biar nggak kesambet kunti penunggu sekolah," kikik Sashi yang langsung berhadiah cubitan di perut dari Friska.
"Sembarangan!" Gerutu Friska yang kini merengut. Sementara Sashi masih asyik terkikik seolah tanpa dosa.
"Ngomong-ngomong, pekerjaan yang gampang dilakuin tapi gajinya gede apa ya, Shi?" Tanya Friska meminta saran dari Sashi. Teman Friska ini selalu punya banyak akal. Jadi mungkin Sashi juga punya ide atau masukan untuk Friska mencari pekerjaan.
Friska benar-benar buta masalah pekerjaan.
"Ngepet aja gimana, Fris? Cuma jagain lilin nanti dapat duit banyak," jawab Sashi asal disusul dengan gelak tawa dari sahabat Friska yang sedikit somplak tersebut.
"Ngepet apaan?" Tanya Friska polos dan bingung.
"Ngepet. Jadi pig ngepet," jelas Sashi yang malah membuat Friska semakin bingung.
"Pig ngepet? Warnanya pink?"
Sashi tertawa terbahak-bahak melihat kepolosan Friska.
"Iya! Warnanya ping atau rainbow biar cute!" Jawab Sashi di sela-sela gelak tawanya.
"Sashi aku serius! Pig Ngepet apaan, sih?" Tanya Friska seraya menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.
"Emang kamu cari kerjaan kenapa, sih? Uang jajan dari papa mama kamu kurang?" Sashi balik bertanya dan merasa kepo.
"Mau buat bayar kost!" Jawab Friska seraya merengut.
"Seriously? Kamu diusir dari rumah, Fris?" Sashi sudah merengkuh kedua pundak Friska dan melempar tatapan horor penuh selidik pada Friska.
"Iya. Rumah papa mama disita. Trus sekarang papa mama lagi dirawat dirumah sakit karena habis kecelakaan," Friska mulai menangis dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Aku bingung harus tinggal dimana sekarang, Shi! Aku udah jatuh miskin dan nggak punya apa-apa lagi!"
"Duit aku tinggal lima ratus ribu dan aku butuh tempat tinggal!" Tangis Friska semakin menjadi dan Sashi yang tadi sibuk menertawakan Friska, kini sudah ganti memeluk sahabatnya tersebut.
"Kamu tinggal sementara di rumah aku aja bagaimana? Mama dan papa aku pasti ngijinin, kok!" Tawar Sashi pada Friska.
"Aku mau kerja, Shi! Biar bisa lanjut sekolah," curhat Friska pada Sashi.
"Tapi kerja apa, Fris? Kamu kan nggak ada skill apa-apa. Baru naik ke kelas dua belas juga."
"Tapi kalau aku berhenti sekolah sekarang nanggung, Shi! Tinggal setahun lagi," Friska kembali menangis tergugu
"Iya juga, sih! Papa mama mungkin nggak keberatan nampung kamu di rumah. Tapi buat biaya sekolah berat juga. Papa dan Mama masih biayain aku dan abang Jimmy juga.
"Trus aku harus gimana?" Tanya Friska pada Sashi lagi.
"Gimana, ya?" Sashi meletakkan telunjuknya di dagu dan tampak berpikir.
"Kalau bisa, aku mau nyari kerjaan itu yang enak tapi gajinya gede," ujar Friska lagi mengungkapkan ekspetasinya.
"Kerja apaan itu? Kayak Kak Rasti itu, ya?"
"Kak Rasti?" Friska mengerutkan kedua alisnya.
"Kakak tingkat kita yang baru lulus tahun ini. Aku dengar dia punya pekerjaan part time sepulang sekolah yang bayarannya itu lumayan. Kerjaannya cuma jalan-jalan," cerita Sashi yang langsung membuat Friska penasaran.
"Serius? Jalan-jalan doang dapat gaji lumayan? Aku mau juga kalau kayak gitu!" Ucap Friska antusias.
"Nanti kita ketemuan sama Kak Rasti kalau begitu! Kita tanya-tanya barangkali ada lowongan buat kamu!" Ujar Sashi yang langsung membuat Friska mengangguk setuju.
"Udah, ya! Jangan sedih-sedih lagi!" Sashi merangkul Friska dan dua gadis remaja tersebut segera menuju ke kelas bersamaan dengan bel masuk yang sudah berbunyi.
****
"Jadi sugar baby buat Om Om. Mau?" Ujar Kak Rasti saat Friska dan Sashi bertanya perihal pekerjaan enak bergaji besar.
Friska dan Sashi sontak melongo dengan jawaban Kak Rasti tersebut.
"Sugar baby? Bayi gula maksudnya, Kak?" Tanya Friska polos yang langsung membuat Kak Rasti tertawa kecil.
"Masih polos ternyata kamu!" Kak Rasti mengetuk kening Friska yang tentu saja langsung membuat gadis itu merengut.
"Sugar baby itu maksudnya, kita harus selalu ada waktu buat ngasih perhatian ke sugar daddy kita. Entah itu tanya udah makan belum, udah mandi belum. Trus kalau daddy sedang butuh ditemani ke karaoke misalnya, ya kita harus selalu siap menemani."
"Daddy disini maksudnya daddy-nya siapa?" Tanya Friska lagi tetap dengan raut polosnya.
"Ya daddy-nya kita lah! Yang ngasih duit jajan ke kita!" Kak Rasti memamerkan gepokan uang berwarna merah di tangannya yang langsung membuat Friska menelan ludah dan matanya berubah hijau dalam beberapa detik.
Astaga!
Eling, Friska!
Eling!
"Kenapa disebut Daddy? Memangnya dia udah tua dan udah daddy daddy?" Tanya Friska lagi semakin penasaran.
"Ada yang tua, ada juga yang kadang masih sedikit muda. Tapi mau tua atau muda nggak penting sih buat aku. Yang penting duitnya banyak!" Ujar Kak Rasti yang semakin membuat Friska merasa tertarik dengan pekerjaan sebagai sugar baby ini.
"Tapi satu hal yang harus diingat, jangan sampai ketahuan sama istri sahnya, atau kamu bakal kena labrak nanti!" Kak Rasti menuding ke arah Friska seolah sedang memperingatkan.
"Istri sah? Jadi maksudnya pekerjaan ini menjadi simpanan pria beristri, gitu, Kak?" Tanya Sashi memperjelas yang langsung membuat Kak Rasti membungkam mulut Sashi.
"Pelanin suara kamu, Beg*!"
"Iya! Sugar baby itu nama keren dari wanita simpanan!" Ungkap Kak Rasti akhirnya bicara jujur.
"Wah gila! Kamu jadi pelakor nanti, Fris!" Kikik Sashi yang lagi-lagi mulutnya dibungkam oleh Kak Rasti.
"Pekerjaan lain yang lebih terhormat nggak ada, Kak?" Tanya Friska penuh harap.
"Nggak ada! Ini juga pekerjaan terhormat, kok! Kalau mau dapat uang banyak dan kerja enak, ya jalanin saja! Tapi kalau mau pekerjaan lain yang lebih terhormat, jual diri saja ke anak presiden sana!" Jawab Kak Rasti ketus.
"Lagian, jaman sekarang mau kerjaan enak, gaji gede, dan terhormat! Ngimpi aja kamu!" Pungkas Kak Rasti seraya menggebrak meja. Wanita itupun langsung pergi begitu saja meninggalkan Sashi dan Friska yang dilanda kebimbangan.
"Jadi gimana, Fris? Mau lanjut jadi sugar baby? Atau salt baby, micin baby." Tanya Sashi sedikit bercerocos.
"Nggak tahu, Shi! Bingung aku!" Jawab Friska seraya garuk-garuk kepala.
"Lah, masih bingung! Yaudah, terserah kamu aja, Fris!" Sashi ikut garuk-garuk kepala dan kini dua gadis remaja itu sama-sama bingung.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
susi 2020
🤭🤭🥰😍
2023-02-18
0
susi 2020
🤭🙄🥰😍
2023-02-18
0
leochart
ceritanya bikin fresh pagiku, lucu banget karakter Sashi dan Friska, bisa ngebayangin polosnya anak SMA....good
2022-11-20
0