Queena dan Gabriel masuk ke sebuah kedai es krim dan segera ke showcase untuk memilih es krim.
"Dua cup ya, Pi!" Rayu Queena memasang wajah seimut mungkin agar Gabriel menuruti permintaannya.
"Boleh! Tiga cup juga boleh!" Jawab Gabriel yang langsung membuat Queena bersorak senang.
"Yess!"
Queena langsung memilih es krim sesuai keinginannya, lalu membawa sua cup es krim menuju ke salah satu meja yang berada di dalam kedai.
Gabriel ikut duduk di depan sang putri dan menatap denagn bahagia pada Queena yang kini khusyuk menikmati es krimnya.
"Papi nggak makan es krim?" Tanya Queena di sela-sela gadis itu menyendoki es krimnya.
"Udah kenyang tadi makan masakan oma kamu."
"Tahu sendiri, kalau papi nggak makan,Oma kamu akan mengomel dari Sabang sampai Merauke." Ujar Gabriel seraya terkekeh.
"Itu namanya Oma perhatian dan sayang sama Papi!" Tukas Queena memberikan pengertian pada Gabriel.
"Lagian, Papi kenapa nggak nikah lagi, sih? Biar ada yang ngurus Papi gitu dan Oma bisa istirahat." Queena menutup mulutnya dengan telapak tangan dengan cepat.
"Eh!"
"Ngomong apa tadi? Nyuruh Papi nikah lagi?" Tanya Gabriel penuh selidik.
"Nggak, kok! Lupain aja!" Jawab Queena cepat seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling kedai es krim. Tatapan Queena berhenti di sebuah meja dimana ada seorang gadis perempuan yang mungkin seusia dengan Queena sedang makan es krim bersama mama dan papanya. Keluarga itu terlihat bahagia dan si hadis terlihat akrab dengan mamanya. Terlihat dari gesture tubuh dan su gadis yang berulang kali menyandarkan kepalanya di pundak sang mama.
Queena meletakkan sendok es krimnya dan mendadak jadi kehilangan selera.
"Queena! Es krimnya mencair itu!" Tegur Gabriel mengingatkan sang putri. Namun Queena masih diam dan hanya menatap pada keluarga bahagia tadi. Gabriel yang penasaran mengikuti arah pandang Queena dan langsung bisa paham apa yang kini terjadi pada putrinya.
"Queen-"
"Kenapa Mami begitu cepat meninggalkan kita, Pi?" Tanya Queena dengan nada sendu. Gadis dua belas tahun itu mengaduk-aduk es krimnya di cup dan sudah tak berminat untuk memakannya.
"Karena itu sudah takdir, Queena!" Gabriel menggenggam tangan sang putri demi menyalurkan kekuatan.
"Lalu apa Queena tak boleh punya mami baru?" Tanya Queena menatap penuh tanya pada Gabriel. Raut kesedihan di kedua mata Queena, seketika membuat hati Gabriel mencelos.
"Bukankah sudah ada Oma yang menjadi pengganti Mami untuk Queena selama ini?"
"Rasanya berbeda!" Sergah Queena dengan nada suara meninggi.
Gabriel masih diam. Menikah belum menjadi prioritas Gabriel saat ini. Terlebih Gabriel juga tak sedang dekat dengan gadis manapun.
Entahlah!
Pekerjaan Gabriel di kantor terlalu menyita waktu hingga Gabriel mengabaikan tentang hidupnya. Tapi mungkin memang sudah waktunya Gabriel memikirkan untuk menikah lagi dan memberikan mami baru untuk Queena.
"Ayo pulang!" Ajak Gabriel yang masih menggenggam tangan sang putri. Queena tak menjawab sepatah katapun dan langsung beranjak dari duduknya. Gadis itu keluar duluan dari kedai es krim meninggalkan Gabriel.
****
Triiiiiing!
Bel panjang tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Para siswa segera berhamburan keluar dari kelas dengan raut wajah lelah setelah hampir enam jam mereka berkutat dengan pelajaran dan ilmu pengetahuan.
"Mama dan Papa kamu gimana, Fris? Sudah ada perkembangan?" Tanya Sashi seraya merangkul pundak Friska. Ini adalah hari ketiga Friska pulang dan pergi sekolah dari rumah sakit. Gadis delapan belas tahun itu terpaksa tidur di lantai beralaskan tikar setiap malam karena ia masih belum mendapatkan tempat tinggal. Uang lima ratus ribu yang kemarin juga sudah tinggal setengahnya karena Friska pakai untuk ongkos pulang pergi dan membeli makanan. Tak ada pemasukan dan hanya ada pengeluaran setiap hari. Bagaimana uangnya bisa utuh?
Beruntung biaya pengobatan Papa dan Mama masih ditanggung oleh asuransi. Tidak bisa dibayangkan kalau Friska juga harus memikirkan biaya rumah sakit. Dapat uang dari mana, coba?
"Masih belum ada perkembangan, Shi! Mama dan Papa masih belum bangun," jawab Friska dengan raut wajah lesu.
"Yang sabar, ya, Fris! Banyakin berdoa! Aku juga cuma bisa bantu doa dan kasih semangat buat kamu," nasehat Sashi yang hanya membuat Friska mengangguk.
"Trus soal pekerjaan bagaiamana?" Tanya Sashi lagi.
"Nggak tahu. Aku masih bingung."
"Apa aku ambil pekerjaan yang ditawarin Kak Rasti kemarin itu, ya?" Friska meminta pendapat dari Sashi bersamaan dengan ekor mata gadis itu yang menangkap seorang pria yang wajahnya tak asing karena baru kemarin sore Friska melihatnya di toko buku menggandeng seorang gadis remaja.
Sekarang pria yang mungkin usianya sekitar tiga puluhan itu sedang berada di dekat gerbang sekolah Friska.
Apa dia sedang menjemput seseorang?
"Maksudmu kamu mau jadi pelakor gitu, Fris?" Tanya Sashi memastikan.
"Bukan pelakor! Kan kata Kak Rasti cuma jadi simpanan. Aku nggak bakal rebut sugar daddy dari istri sahnya, kok!" Jelas Friska yang matanya masih sibuk menyelidik ke arah pria yang berdiri di dekat gerbang.
"Lihatin apa, sih?" Tanya Sashi kepo. Gadis itu mengikuti arah pandang Friska.
"Loh! Itu sugar daddy yang kemarin, kan? Ngapain disini? Lagi nyari sugar baby apa, ya?" Cerocos Sashi berspekulasi.
"Mencurigakan sekali," gumam Friska ikut-ikutan berspekulasi.
"Kamu hampirin sana, Fris! Kali aja memang lagi nyari sugar baby. Sebelum keduluan yang lain!" Sashi mendorong Friska ke arah pria dewasa yang sejak tadi diamati Friska hingga temannya itu nyaris terjungkal.
"Eh, eh!"
"Aduh!" Friska hampir terjerembab, namun pria tadi sigap menolongnya.
"Hati-hati!"
"Maaf, Om! Ucap Friska cepat yang kali ini memberanikan diri menatap pada wajah pria dewasa di hadapannya. Memang sudah terlihat dewasa. Sepertinya umur tiga puluhan.
"Kok melamun? Lihatin apa?" Tanya pria itu seraya tertawa kecil.
"Apa Om sedang mencari sugar baby?" Celetuk Friska to the point dengan wajah polosnya.
"Apa?"
"Om sedang butuh sugar baby?" Friska mengulangi pertanyaannya.
Pria itu langsung diam untuk beberapa saat dan sepertinya kaget dengan pertanyaan aneh Friska.
Apa Friska sudah salah orang?
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍🥰🙄
2023-02-18
0
susi 2020
🤭🥰🙄
2023-02-18
0
leochart
duh anak sepolos itu kok dilepasin dari kadang sih Thor waduhhh....bikin perut kram nih polah si friska
2022-11-20
0