Bak disambar petir

Ku berhenti di depan rumah, kupandangani rumah yang telah kutinggali selama kurang lebih 3 tahun ini.

Saat harapanku hilang, aku serasa mendapat perlindungan disini.

Kebaikan bu Ratna, cinta Jaka kepadaku.

Tak kusangka banyak tersembunyi misteri didalamnya. kuusap air mataku yang jatuh.

Kuberjalan menuju teras, langkahku terhenti, ku sedikit bersembunyi di balik jendela.

Ada bu Ratna dan Jaka, sepertinya mereka membahas masalah cincin yang ku pakai, samar samar aku mendengar.

Tak lama pembicaraan mereka terhenti, bu Ratna berjalan menuju kekamarnya melewati meja makan, Jaka berusaha mengejarnya.

Aku terus sembunyi, jangan sampai mereka tahu aku disini.

Jaka terhenti di samping meja makan, makanan yang kusiapkan tadi masih utuh di meja makan.

Jaka mengusap tangannya di atas meja, seketika semua makanan lenyap.

Kemudian dia meneruskan langkahnya masuk ke kamar bu Ratna.

Aku berdiri terpaku tak percaya, aaa..a.

..apa itu tadi..??, berarti Jaka dan bu Ratna tak makan selama ini.

Sebenarnya mereka itu apa. Aku harus cari tahu lebih banyak, pikirku.

Mumpung Jaka dan bu Ratna ada di kamar aku harus mencari bukti...ya...aku harus cari tahu lebih banyak.

Aku masuk ke kamar.

Aku cari barang barang Jaka, mungkin ada sesuatu yang bisa menjelaskan ini semua.

Kutelusuri semua meja, almari, rak buku yang ada, tak kutemukan apapun. Aku putus asa, aku duduk di tepi ranjang.

Aku rindu papa mama.

Aku mulai menangis.

Lalu aku teringat, ada gudang di samping dapur yang tak pernah ku buka selama aku disini, kata bu Ratna tidak ada hal penting di dalam sana. Mungkin aku bisa dapat petunjuk disana.

Aku mengusap air mataku, aku bangkit, ku berjalan ke arah gudang belakang.

Terkunci..

Aku raba bagian dalam jilbabku, ku keluarkan jepit rambutku. Semoga ini membantu. Bismillah...

Clik...clikkk..

Terbukaaaa...

Alhamdullillah gumamku....

Aku melangkah masuk ke gudang, tak banyak barang di sana, tapiiii.....

Kenapa semua kaca besar disimpan disini, aku baru sadar, tak ada kaca di dalam rumah, caraku berias pun memakai kaca yang melekat di wadah bedak pemberian bu Ratna.

Mataku tertuju pada map di ujung gudang, ku coba membersihkannya.

Tertulis, Pembangunan awal Desa Mujo.

Kubaca kertas itu dan , apa semua ini benar..??.

Desa Mujo dibangun pada awal tahun 1978 dan selesai pada tahun 1980.

Banyak kontroversi dibangunnya desa ini, karna potensi bencana di titik pembangunan sangat rawan terjadi, tetapi tetua waktu itu tak serius menanggapinya.

Desa Mujo berkembang sangat pesat, kebun teh pun menjadi salah satu pusat perekonomian warga, pemiliknya ialah keluarga Rahendra yaitu keluarga Jaka.

Lalu lembaran selanjutnya adalah curhatan bu Ratna.Tepatnya seperti sebuah sobekan diary.

Tahun 1985 pak Rahendra, ayah Jaka mulai sering pergi ke kota untuk mengembangkan kemajuan bagi desa Mujo, bahkan jarang ia menghabiskan waktu di desa ini bersama keluarganya.

Saat tahun 1990 awal, desa ini mulai terjadi bencana alam bertubi tubi...

Tulisan itu terhenti, dan tak ada lanjutan halaman setelahnya.

Pikiranku masih bingung, tahun 1980, pantas saja bangunan dan warga disini bergaya tahun 1980.an.

Lalu diary itu terhenti tahun 1985, apa yang terjadi setelah itu...??, banyak pertanyaan di benakku.

Ku menghadap ke kaca yang bersandar ke tembok.

"Mungkin kaca ini bisa membantuku", kuangkat kaca itu, kubawa ke depan kamar bu Ratna, ku taruh ke tembok depan kamarnya yang berjarak mungkin 4 meter antara pintu dan tembok depan, kututup dengan kain yang kutemukan di gudang.

Ku ketuk pintu kamar bu Ratna.

"Jaka, ibukkk, tolong keluar...!!", ku ketuk kamar bu Ratna berulang kali.

Pintu kamar mulai terbuka, aku sedikit melangkah mundur, kulihat suami dan ibu mertuaku, apakah yang kulakukan sudah benar...??...batinku, sambil menahan air mataku.

Aku pegang tangan Jaka dan bu Ratna, ku langkahkan maju ke tengah ruangan.

"Mia...??", panggil Jaka heran apa yang sedang ku lakukan.

Ku berhenti di tengah ruangan, aku melangkah menuju cermin, aku buka kain itu secepat tanganku mengibasnya, Air mataku jatuh, ku tutup mulutku, seakan menahanku agar tak teriak. Apa yang kupikirkan benar. Hanya ada aku di cermin. Bak tersambar petir. Kupalingkan wajah kembali ke Jaka, Jaka dan bu Ratna terkejut. Mereka berusaha menenangkanku saat itu.

Aku berlari ke luar rumah, Jaka dan bu Ratna mengejarku.

Aku sampai ke sisi sungai, aku berteriak disana.

"Biarkan aku kembali Tuhannn", teriakku.

Jaka menghampiriku.

"Mia..tenang Mia, tolong..aku mencintaimu", Jaka menenangkanku lagi.

"Berhenti Jaka, apa kamu tahu, kamu tak nyata", aku menangis tak henti.

Tiba tiba aku terpeleset ke sungai.

Akkkkkkkkk......

"Miaaaaaaaa...", teriakan terakhir Jaka yang kudengar.

Terbangun dari koma.

Ku lihat sedikit cahaya, ku coba membuka mataku.

Dokter dan suster tergopoh gopoh memeriksaku, mama dan papa menangis di samping ranjangku.

Aku masih tak tahu apa yang terjadi, ku kedipkan mataku sesekali mengenali dimana aku.

Aku mulai pingsan lagi.

"Dok bagaimana keadaan anak saya..??", tanya mamaku gelisah.

"Syukurlah, Mia sudah melalui masa kritisnya, dia sudah sadar dari koma.

Kita tinggal menunggu ia sadar sepenuhnya.

Semuanya mengucap syukur alhamdulillah,

"Terima kasih ya Allah", mama sampai berlutut di keramik rumah sakit.

Perlahan aku terbangun, alat bantu oksigen masih menempel padaku, kepalaku sakit, badanku berat.

"Mamaaaa..!!", lirihku.

"Iya sayang, ini mama, syukurlah kamu sudah sadar", mama menciumi tanganku.

Terlihat papa juga ada disana, lalu pandanganku berhenti di Selly.

"Selly kau selamat..', aku berusaha memperjelas suaraku.

"Aku baik baik saja Mia, jangan khawatir, istirahatlah dulu, nanti kita mengobrol.

Satu minggu setelahnya, aku berangsur pulih.

Selly datang mengunjungiku lagi.

"Hai Mia, assalammualaikum", tegur selly sambil membuka pintu.

"Walaikumsalam", jawabku.

"Gimana Mia, sudah mendingan..??".

"Alhamdulillah".

"Kudengar, besok kamu bisa pulang kerumah", ungkap selly.

"Syukurlah, aku sudah bosan disini". timpalku.

"Aku takut sekali Mia, kamu tak bangun bangun dari koma, alhamdulillah sekarang kamu sehat", menghiburku.

"Mmm Sell, saat kita kecelakaan kondisi kamu gimana??", aku mulai mencari informasi darinya.

"Waktu kecelakaan itu, aku terpental keluar mobil, dan katanya kamu tetap didalam mobil saat warga menolong, kita dibawa kerumah sakit tak sadarkan diri, tapi aku dalam 3 hari boleh pulang dari rumah sakit, sedangkan kamu masih dinyatakan koma", sambil mengupas buah.

" Jadi aku tidak hanyut ke sungai, dan aku terbaring disini selama satu minggu..??", aku heran tak percaya.

Bagaimana mungkin waktu 3 tahun hanya menjadi satu minggu saja. Nalarku tak sampai memikirkannya.

Apakah itu hanya mimpi...??

Tidakkk.... itu sangat nyata...batinku.

Aku lebih baik simpan cerita ini, dari pada aku dianggap g*la karena tak mungkin ada yang percaya.

"Buahh Mia..??", Selly menyuapiku buah.

"Gak sell, terima kasih", aku harus cari tahu tentang Jaka.

Terpopuler

Comments

Peni Setyowati

Peni Setyowati

hmmm..misteri ini hrs terungkap..siapa Jaka sbnrx??? bikin deg" an...

2022-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!