Cincin itu ternyata milik ibu mertuaku

Berberes rumah menjadi rutinitasku, apa lagi yang bisa kukerjakan. Hanya pekerjaan rumah, mengurus kebun dan taman, hanya itu kesibukanku disini.

Jaka pun selalu menghilang tiba tiba, bu Ratna pasti ada di taman mengurus bunga bunganya, kalau tidak pastilah di kamar seharian.

Lama lama aku kesepian di rumah. Bosan itu yang kurasakan. Tak jarang aku pergi ke taman desa, sekedar melihat anak anak bermain, duduk diayunan sambil memandangi mereka, ceria tanpa beban. Teringat papa mama, bermain di taman bersama saat aku masih kecil. Sungguh aku rindu mereka.

Saat aku melanjutkan berberes ruang keluarga, tak sengaja kalungku jatuh, kalung yang aku sematkan cincin yang dititipkan lelaki paruh baya waktu itu, titipan untuk bang mamat.

Mungkin aku tak kan bisa melaksanakan amanah itu.

Karna kalungku putus, cincin itu kupakai dijariku.

cincin bermata delima yang sangat cantik, cocok untuk diberikan ke seseorang yang terkasih, siapa wanita yang beruntung pemilik cincin ini..??..batinku.

Setelah semua pekerjaan beres, aku mandi dan bersiap, rencanaku ingin pergi keliling desa, sengaja aku ingin melihat sungai waktu itu. Siapa tau aku dapat informasi caraku kembali ke kota. Aku tak berfikir untuk meninggalkan suamiku, jika aku sudah menemukan caranya, aku akan membujuk ibu mertua dan Jaka ikut denganku, disini pun mereka tak punya sanak saudara lagi.

Saat aku sampai di teras rumah, kulihat bu Ratna sedang menata bunga yang baru saja dipetiknya dalam vas, diatas meja.

Bunga lily, bunga favorit bu Ratna, setiap pagi bunga di vas selalu diganti dengan bunga baru, wangi harum bisa tercium sampai ke dalam rumah.

Bu Ratna penyadari keberadaanku di pintu.

"Hay sayang, kenapa kamu berdiri disitu, sini duduk samping ibuk", sambil terus menata bunga dalam vas.

Aku pun duduk di samping bu Ratna.

"Mmm ibuk suka sekali dengan bunga lily, apakah ada yang membuatnya spesial..??".

"Ini bunga kesukaan ibuk dari dulu, sejak jaman ibuk berpacaran dengan ayah Jaka, setiap bertemu ia tak pernah lupa mambawakan setangkai bunga lily untuk ibuk, dia sangat suka bertanam, ibuk belajar merawat taman dan kebun berkat ajarannya, bunga yang kami tanam selalu mekar dengan sempurna", sambil tersenyum teringat masa indah itu.

"Maaf buk, sekarang ayah Jaka kemana ya..??, aku juga tak pernah melihat fotonya..??". tanyaku semakin penasaran.

"Ayah Jaka merantau ke kota dan tak pernah kembali sejak peristiwa itu, peristiwa dimana aksek ke tempatnya terputus".

"Ketempatnya..??, maksud ibuk..??". Aku semakin heran.

"Mmmm lupakan, itu sudah lama terjadi". Berpaling memandangku.

Seketika raut bu Ratna seolah terkejut, pandangannya tertuju pada jari tanganku.

Dipegangnya tanganku, di perhatikannya cincin delima merah yang kupakai, ia mengelusnya seakan mengenal cincin itu.

"Ibuk kenapa..??, tanyaku.

"ii...i..ini.., dari mana kamu dapat cincin ini...??", seolah sangat terkejut.

"Ini amanah dari seorang lelaki yang ku temui sebelum kecelakaan itu buk, ia menitipkannya untuk seseorang, belum sempat aku memberikannya, kecelakaan itu lebih dahulu menimpaku".

"Siapa nama laki laki itu Mia..??", bu Ratna semakin penasaran.

"Saya tak tahu namanya buk, dia pergi setelah menitipkan cincin ini".

Bu Ratna lalu melepas tanganku dan kembali menata bunganya tanpa suara sepatah katapun.

"Buk memangnya kenapa,..??", tanyaku kuatir dengan keadaannya.

"Pergilah, kau mau pergi keluar kan", jawabnya singkat tanpa melihatku, raut wajahnya berubah datar.

"Baik buk aku pamit, sarapan sudah ku siapkan di meja makan". Aku berlalu meninggalkan rumah, sesekali aku berbalik memandang bu Ratna.

Ku berjalan pelan, sambil kunikmati hawa sejuk pedesaan ini, tak jauh dari rumah, langkahku terhenti di sebuah rumah besar, kupandangi seorang wanita yang sedang menyulam.

Kutertarik dengan apa yang dia lakukan, seumur umur aku ingin sekali belajar menyulam.

"Assalammualakum, permisi boleh saya masuk", sapaku dari luar gerbang.

Wanita itu langsung menatapku, memberiku sebuah senyuman.

"Walaikumsalam, mari masuk", sahutnya.

Kubuka gerbang rumahnya, kulangkahkan kaki ke teras dan duduk di samping wanita itu.

Dia nampak gembira dengan kedatanganku.

"Sungguh senangnya ada yang berkunjung kerumah", sambil tersenyum lagi kepadaku.

Ada yang berkunjung..??, apakah tak ada tetangga yang bersosialisasi disini, sekedar hanya untuk bertegur sapa...batinku.

"Namamu siapa..??", tanyanya.

"Nama saya Mia buk saya menantu bu Ratna, Istri Jaka.

Wanita itu menghentikan sulamannya, dia memandangku, dia melihatku dari atas ke bawah, seperti agak heran saat aku bilang kalau aku istri Jaka.

Tatapan wanita itu terhenti di jari tanganku, lagi lagi cincin ini.

"Ini seperti cincin bu Ratna..??", tanyanya.

"Ibu salah mungkin", jawabku tak percaya.

" Ini cincin delima merah pemberian suaminya, bu Ratna sangat menyukai cincin ini, semua orang tau ini cincin kebanggaan bu Ratna, tapiii...??", dia menghentikan bicaranya.

"Tapi apa buk..??", tanyaku.

"Cincin ini terakhir dibawa oleh suaminya ke kota dan aku tak pernah melihatnya lagi setelah itu, dari mana kamu mendapatkannya". tanyanya.

"Saya mendapat cincin ini dari seorang lelaki sebelum saya mengalami kecelakaan dan berakhir di sini", jelasku.

Wanita itu berfikir sejenak.

"Pantas saja kamu bisa masuk ke desa ini". ujarnya.

"Maksud ibuk apa..??", aku tak mengerti apa yang sedang terjadi, pikiranku bingung, kenapa cincin ini bisa milik bu Ratna, ibu mertuaku.

"Maaf saya harus masuk, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan", dia langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan aku di teras.

"Tapi buk,.....", ia tak mendengarkanku.

Satu hal yang pasti, cincin ini milik bu Ratna, dan ada hubungannya dengan kejadian bagaimana aku bisa sampai ke desa ini.

Usia Siska

Aku keluar dari rumah itu berjalan terus kedepan sambil memikirkan perkataan wanita itu. Apa hubungan lelaki pemilik cincin ini dengan bu Ratna, maksutnya apa aku bisa ke desa ini karna cincin ini, lalu apa semua kejadian ini sudah direncanakan...batinku penuh tanda tanya.

Tak kusadari, aku sudah sampai disungai. Aku coba mendekat mengingat yang bisa ku ingat saat kejadian waktu itu. Pandanganku berpaling pada tugu panjang disamping sungai, aku makin mendekat, ku raba ukiran itu. Di dasar batu tertulis nama desa Mujo tahun 1990.

Dan ditengah 2 batu itu selalu ada sesajen disana, siapa yang menaruhnya..??.

Tak kutemukan petunjuk lain.

Kuteruskan langkahku mendekati taman, ku mengenali satu anak yaitu Siska, kudekati dia.

Melihat aku datang Siska tersenyum lebar, sudah lama aku tak melihatnya, dia tak pernah datang bermain dengan anak anak lain 2 tahun terakhir ini.

Ya....aku sudah disini hampir 3 tahun lamanya, aku menjadi istri Jaka hampir 2 tahun lamanya.

"Assalammualaikum Siska, anak cantik", tegurku.

"Walaikumsalam kak, kakak sendirian..??, kak Jaka kemana...?", dengan tersenyum lebar di bibirnya.

"Kak Jaka lagi sibuk, kamu apa kabar..??, kemana aja kok g pernah ke taman", tanyaku.

"Gak ada kak dirumah aja", jawabnya.

Siska membawa peralatan rias mainannya, aku di minta untuk mengepang rambutnya.

Saat ku kepang rambutnya, dia berseru kegirangan.

"Kak hari ini aku ulang tahun lhooo..!!!", tegasnya.

"Mmm iya kakak sampek lupa, selamat ya sayang, makin dewasa aja anak cantik". mencubit pipi kirinya.

"Kak usiaku 8 tahun sekarang, kata mama sama papa aku makin cantik, iya kah kak", sambil memainkan boneka dipangkuannya.

Tanganku berhenti mengepang.

Degggg.....

Aku tercengang..

8 tahun..!!!!, itu kan 2 tahun lalu, bukankah seharusnya sekarang usianya 10 tahun.

Kulihat, kuamati anak anak ditaman ini, mereka terlihat tetap tak ada perubahan apapun, entah saat pertama aku bertemu mereka, sampai sekarang pun mereka tetap, tanpa ada perubahan pertumbuhan badan.

Astagfirullah...!!.. Kenapa aku baru sadar sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!