Mata ku perlahan berkedip, kepalaku sakit, badanku lemas, entah aku belum sadar sepenuhnya.
Terlihat di sekelilingku tempat yang belum pernah aku lihat sebelumnya, kamar siapa ini..??, batinku bertanya tanya.
Aku berusaha duduk, kuperhatikan sekeliling. Dekorasi dan barang barang kamar ini bergaya klasik tahun 1980 an, kualihkan pandanganku pada sebuah lukisan keluarga. Siapa mereka
.??. Kamar siapa ini..??.Dimana aku..?.Sambil memegang kepalaku yang terasa berat, kupaksa mengingat apa yang terjadi padaku.
Lalu aku tercengang, berdiri dan langsung gelisah.
"Sell..??, sellyyy..?", dengan nada agak berteriak dan tergopoh gopoh keluar kamar mencari sahabatku itu, teringat terakhir kali aku mengalami kecelakaan bersamanya, oh Tuhan bagaimana keadaannya.
Ku kelilingi rumah ini, ku cari sahabatku itu, entah dimana ia sekarang. Semoga dia selamat.
Berlari aku sampai di halaman rumah ini, langkahku terhenti, tubuhku hampir menabrak seorang lelaki sebayaku. Aku perlahan mundur, ada sedikit rasa takut menghampiriku. Siapa dia..??. Kenapa aku disini, dimana sahabatku ??.
Ia hanya diam melihat tingkahku, tanpa bersuara dan menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Tak lama seorang wanita paruh baya muncul dari dalam rumah, keluar dengan sedikit berlari dan terkejut melihatku. Menatap sebentar ke arah laki laki didepanku, lalu beralih memandangku.
"Tenang nak kami orang baik, tenang ya, sini ikut ibu, duduk disofa tenangkan dirimu", berusaha mendekatiku, memapahku ke kursi teras disamping kami.
"Duduklah nak", tenang ya, kami orang baik". mengelus jilbabku.
"Maaf buk, sa..sa..saya dimanaa..?", terbatah batah aku bertanya, aku masih tak tahu mereka siapa dan dimana aku, pakaian mereka aneh.
"Saya bu Ratna, ini Jaka anak laki laki ibuk, dia yang menolongmu saat hanyut disungai", menjawab ketakutanku.
"Lalu dimana temanku bu..??, dia selamat kan?", aku masih gelisah akan kondisi Selly.
Perempuan itu menatap laki laki itu lagi, seolah dia tak tau harus menjawab apa.
"Mmmmm begini nak, saat Jaka menyelamatkanmu dari sungai tidak ada tanda tanda temanmu yang kamu cari itu.
Aku terus mendengarkan.
"La..la..lalu apakah dia mungkin hanyuttt lebih jauh..?", kegusarannku muncul lagi.
"Aliran sungai desa ini sangat jauh dari kota, kemungkinan kau hanyut sampai terdampar disini, mengenai temanmu mungkin dia sudah ditemukan di sisi sungai lainnya, aku hanya menemukanmu saat itu", dia menjelaskan tanpa menatapku.
"Bagaimana caraku kembali..??", tanyaku.
"Begini nak, akses desa ini sudah lama terputus dengan desa tetangga, dan jarak dengan kota pun tak bisa diakses, sudah bertahun tahun kami terisolasi disini, dan bagaimana aliran air sungai membawamu kesini kami tidak tahu, kami tidak pernah menyusuri gua di ujung sungai ini". Ucap bu Ratna.
Aku hanya terdiam tak percaya ini terjadi.
"Sebelum kamu bisa pulang kerumahmu, kamu boleh tinggal disini bersama kami, kami hanya berdua dan ibuk tak memiliki anak perempuan, bahagianya ibu jika kamu mau menemani ibu disini".
Aku menggangguk tanda setuju, tak ada pilihan lain lagi bagiku, aku seorang wanita, dan tidak aman bagiku berkeliaran diluar sana.
Aku sudah terbiasa disini.
Sudah cukup lama aku disini, kuhitung hampir satu bulan lamanya. Bu Ratna sangat baik padaku, dia mengajariku segala hal, berkebun, bersih bersih dan memasak, aku mulai terbiasa disini, seakan ini adalah rumahku sendiri.
Aku tidak bisa menghubungi orang yang ku kenal, hpku entah hilang kemana, mungkin saat kecelakaan hp ku ikut jatuh kesungai.
Rumah ini unik dan sedikit aneh, bagaimana tidak, televisi disini hanya menayangkan beberapa tayangan ulang dari film tahun 1980 an, tidak ada saluran tv di tahun 2000 apalagi saluran chanel tahun 2022 yang tersambung. Dan untuk telfon rumah, masih bergaya kuno, seperti tombol putar yang harus diputar saat akan menghubungi seseorang. Kucoba memakainya tapi tak tersambung, seperti rumah ini hanya pajangan saja bagi seorang kolektor barang barang kuno.
Kupandangi foto keluarga bu ratna, sangat klasik. Apakah mereka dari masa lalu..?, apa yang kupikirkan, aku tersenyum sendiri.
Langkahku terhenti di sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka, kulihat Jaka sedang membaca sebuah buku. Penasaranku muncul.
Aku memberanikan diri mengetuk pintu dan mengucap salam.
"Assalammualaikum Jaka, apakah aku mengganggu..?".
"Walaikumsalam, enggak masuklah". wajahnya tetap datar padaku tapi lebih ramah dari pertama aku berpapasan dengannya waktu itu.
"Kamu lagi apa ..?", gumamku sambil mendekat di meja belajarnya.
"Membaca apapun yang bisa aku baca"
"Mmm kamu juga kuliahh..?",
"Dulu, tapi sekarang gak lagi"
"Memang kenapa ..??".
"Mmm ..sudahlah gak usah dibahas".
Sepertinya ia lebih tertutup dari dugaanku.
Mataku berkeliling melihat sekeliling kamarnya.
Tak banyak barang di kamar ini, hanya ada rak berisi banyak buku, dan sebuah almari baju, dan lagi lagi lukisan keluarga itu. Seakan aku sedang melihat lukisan kuno di dalam musium saat melihat lukisan itu.
Pandanganku terus berputar di kamar itu, dan terhenti di sebuah tumpukan buku di rak sudut diruangan itu.
"Itu apa..??", aku penasaran dengan buku yang berwarna warni dan seperti buku anak anak.
Jaka memalingkan wajah ke buku yang aku tanyakan.
"Oh itu, itu buku yang aku buat untuk anak anak tetangga".
"Untuk apa..??", aku semakin penasaran.
"Kalau gak sibuk aku pergi ke taman menemui anak anak dan membawakan buku untuk mereka".
"Apa mereka tidak bersekolah Jaka..?".
Berdiri dan memandangku.
"Sedikit yang kamu ketahui itu jauh lebih baik untukmu", memandang tajam kearahku.
Aku pun menurut, sebaiknya aku tak cari masalah dengan Jaka, syukur dia sudah sedikit ramah kepadaku, lagian aku sudah terbiasa dengan sikapnya itu.
Keliling Desa
Pagi itu aku memasak sejak pagi, memberesakan rumah dan mandi, Jaka sudah berjanji mengajakku mengantar buku anak anak desa.
Setelah kejadian waktu aku bertanya tentang buku itu, sore harinya dia menemuiku di teras, dia bertanya apakah aku mau ikut berkeliling desa dan memberikan buku buku itu kepada anak anak di taman, aku mengangguk saja tanda setuju, Jaka tersenyum padaku, sungguh itu senyum pertamanya padaku sejak aku ada disini.
Setelah bersiap aku sempatkan sarapan dulu, meja makan selalu kosong, hanya aku yang duduk disana, setiap waktu makan bu Ratna dan Jaka tak pernah ikut makan, mereka selalu beralasan tak lapar dan nanti pasti makan. Aku tidak banyak tanya lagi setelah itu, aku anggap itu hal wajar saja dan berfikir positif.
Saat sarapan Jaka keluar kamar dengan membawa tas besar berisikan buku.
"Jakaaaa..sini", panggilku.
Jaka langsung mendekat dan berdiri di samping meja makan.
"Dah makannya, yukkk berangkat", timpal Jaka.
"Kamu gak sarapan dulu, aku ambilin ya..?", mengambil piring untuknya.
"gak gak usah nanti aja, taruh aja situ nanti pasti ku makan", sambil berdiri dan berjalan menuju pintu depan.
Ia si masakan yang aku sajikan di meja makan selalu habis tak tersisa, tapi aku tak pernah melihat bu Ratna dan Jaka saat makan. Ya sudahlah.
"Ehh tunggu Jaka, aku berdiri lalu mengikuti Jaka yang sudah ada di teras rumah.
Kami berjalan kaki menyusuri desa, ini pertama kalinya aku berkeliling desa ini, desa ini sepertinya padat penduduk, rumah rumah besar berjejer di kanan kiri jalan, semua rumah bergaya klasik kuno seperti rumah Jaka, ada wadah pos surat disetiap rumah, terbuat dari kayu dan satu kayu penyangganya.
Anehnya tak ada satupun kendaraan atau orang berlalu lalang disini, sesekali ada orang di teras rumah tapi mereka hanya sebatas membalas senyumku saja saat aku menyapanya.
10 menit kami berjalan, pandanganku tertuju pada gedung perkuliahan yang tutup.
"Kenapa kampus ini ditutup Jaka", aku mulai bertanya pada Jaka.
"Kampus itu sudah lama ditutup", hanya itu jawaban Jaka.
Aku masih belum puas.
"Memangnya kenapa..??"
"Sudah ku bilang kemarin, semakin sedikit yang kamu ketahui semakin baik untukmu". Ketus dia.
Ya sudahlah aku akan bertanya ke bu Ratna saja nanti. Sambil terus mengamati pemandangan yang ada. Disini memang aneh, tapi suasananya sangat asri, sejuk, tak seperti di perkotaan. Mungkin karena jauh dari kota ya..
Tapi gak salah kalau suasana desa ini seperti tahun 1980 an silam, orang yang kesini pasti tak kan percaya bahwa ini sudah tahun 2022, jaman ayah dan mamaku lahir. Hebat sekali orang desa ini mempertahankan kebiasaan dan nuansa kuno yang sudah bertahun tahun lamanya, secara sekarang sudah tahun 2022 jaman serba modern.
"Sungaiiii..!!", langkahku terhenti. Jaka juga menghentikan langkahnya.
Sepertinya Jaka tahu apa yang ku pikirkan saat aku teriak sungai.
"Jaka kamu bilang aku ditemukan di sungai, apa ini sungainya..??", tanyaku.
Kulihat Jaka tercengang.
"Jaka....?", membuyarkan pandangan tajamnya ke sungai.
"Iyaa", jawabnya sambil kembali jalan lurus kedepan.
"Mungkin kita bisa cari jalanku kembali saat kita mendekatinya", ucapku penuh harap sambil mengikuti langkah Jaka.
"Dulu ibuku kan sudah bilang padamu, di ujung sungai hanya ada gua, dan tidak ada yang pernah kesana", mengingatkanku.
Aku terdiam, lalu bagaimana aku pulang..batinku. Masa depanku, kuliahku, orang tuaku. Cita citaku membangun sekolah, ya Tuhannn....keluhku.
Lalu Aku melihat tak jauh dari sungai ada dua batu panjang dengan sesajen, ada ukiran disekelilingnya, apa itu ???..
Ingin aku bertanya ke Jaka, ah sudahlah tak mungkin ia menjawab pertanyaanku.
Mungkin itu rahasia yang harus ku pecahkan sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
anggita
👌👌..
2022-09-24
1
Hergozin Cristina
tersesat di alam lain
2022-04-09
2