Permainan tempo dulu

Setelah banyak pertanyaan yang tak dijawab oleh Jaka sepanjang jalan tadi, aku diam tak bertanya apapun, kunikmati pemandangan desa itu saja, hal hal yang tak pernah kulihat di kota kota besar.

Sampai kulihat kedepan, itu mungkin taman yang di maksud Jaka.

...Cublak-cublak suweng...

...Suwenge ting gelenter...

...Mambu ketundung gudhel...

...Pak Empong lerak-lerek...

...Sopo ngguyu ndelekakhe...

...Sir-sir pong dele kopong...

...Sir-sir pong dele kopong...

Terdengar nyanyian anak anak yang ramai di taman, mereka terlihat amat gembira.

Nyanyian mereka terhenti saat melihat Jaka memasuki taman.

"Kakak..!!", sambil berlari memeluk Jaka.

Sungguh aku takjub, pemuda tertutup seperti Jaka disukai anak anak.

Lalu mereka memalingkan wajah kepadaku.

"Haloo...", melambaikan tangan ke arah mereka.

Mereka tersenyum lebar padaku, mendekatiku dan mengajakku bermain.

Ada yang bermain lompat tali, dakon, lempar tangkap, dan aku duduk diayunan bersama beberapa anak perempuan yang bermain rias riasan wajah, sungguh gembira melihat mereka, bagaimana cara orang tua mereka mendidiknya, menjadikan mereka cinta permainan tradisional dan tak tertarik dengan gadget.

Terlihat Jaka membagikan buku yang ia bawa, seorang anak yang telah mendapatkan sebuah majalah anak berlari ke arahku.

"Kak aku dapat..!!, aku dapat ", dengan bangga menunjukkan majalah itu padaku.

Aku masih melotot melihat majalah ini.

Majalah terbitan tahun 1990, kok bisa..??. Bagaimana bisa buku ini masih ada dan terlihat baru.

"Kakak bisa bacakan untukku..??, aku masih tidal lancar dalam membaca.

Lamunanku hilang, kutatap dia.

"Adek namanya siapa..??" tanyaku.

"Siska kak, nama kakak kak Mia kan, kak Jaka sudah cerita tentang kakak, oh ya usiaku 8 tahun hari ini, aku hari ini ulang tahun kak". Ucapnya.

"Wah selamat ya sayang, semoga kamu selalu sehat jadi kebanggaan orang tua". Sambil mengusap rambutnya.

Lalu aku membacakan majalah yang ia berikan padaku, benar sekali, ini majalah yang sama yang kupunya saat aku masih kecil dulu.

Setelah bacaan selesai, aku pangku dia di ayunan yang aku duduki.

"Oh ya siska kamu sekolah dimana..??". Aku berniat tahu lebih banyak tentang desa ini dari Siska.

"Aku dan teman teman sudah berhenti sekolah kak..", sambil menunduk lesu.

"Kenapa sayang..??", aku makin penasaran.

"Setelah bencana itu, kami telah kehilangan semuanya bahkan masa depan kami kak", tuturnya.

"Bencanaa..??, bencana apa ..??", terus bertanya.

"Sudahlah kak itu sudah terjadi", tersenyum padaku sambil turun dari pangkuanku berlari ke arah Jaka yang sedang bermain dengan anak anak lain.

Ada apa ini...??, batinku.

Cinta itu mulai tumbuh

6 bulan sudah aku disini, bertanya ke bu Ratna pun ia tak punya solusi terhadap masalahku.

Setiap hari di waktu senggang aku merawat taman dan kebun bu Ratna.

Hari ini Jaka yang tidak pernah terlihat di teras, pagi ini dia terlihat disana.

Dia menghampiriku, membantuku menanam bunga dan memetik sayuran.

Selama aku disini inilah yang aku masak, tidak pernah sekalipun aku diajak kepasar atau sekedar belanja di abang abang sayur di jalanan depan.

Ia membantu semua pekerjaanku, mengajariku banyak hal, saat dia sibuk membaca bukunya dia mengajakku belajar bersama di ruang keluarga, banyak pelajaran sejarah yang kudapatkan darinya. Ia mahir sekali dalam sejarah...batinku. Lama lama aku makin merasa suka dengan sosok Jaka.

Ia sering mengajakku keluar keliling desa menggunakan sepeda antik miliknya, sekedar melihat hamparan sawah disisi desa ini.

Rasanya aku benar benar ada rasa kepada Jaka, apakah dia juga begitu..??, entahlahh aku tak berani bertanya.

Aku pernah bertanya ke bu Ratna, apa pekerjaan Jaka, bu Ratna menjawab dia dulu kuliah bidang sejarah tapi belum terselesaikan, ia bekerja sampingan sebagai asisten dosen dikampusnya sambil mengurus bisnis kebun teh milik keluarga. Tapi sebelum bu Ratna selesai dengan ceritanya Jaka lewat dan bu Ratna menghentikan ceritanya.

Suatu hari aku berjalan sendiri di jalanan desa, tampak sepi seperti biasa. Rencanaku aku ingin ke taman menemui anak anak.

Di seberang jalan di sebuah rumah besar seorang wanita dan lelaki menyapaku, langkahku terhenti.

"Assalammulaikum, apakah kamu sesama islam seperti kami, terlihat dari jilbamu". Tutur wanita itu sambil tersenyum padaku.

"Walaikumsalam", iya ibuk saya islam, senang bertemu dengan kalian".

"Ngomong ngomong nama adek ini siapa..??".

"Saya Mia buk..", aku memperkenalkan diri, dan menceritakan bagaimana aku bisa tinggal dirumah Jaka.

Ibu itu terdiam.

"Jadi Mia ini masihhh....", belum selesai ia berbicara Jaka datang membawaku pulang kerumah.

"Maaf buk Mia dipanggil ibuku, kami pamit dulu", menarik tanganku hingga jauh dari rumah itu.

"Kenapa Jaka...??", tanyaku sesampainya dirumah.

"Ibu memanggilmu, dia menunggu di ruang keluarga..", jawabnya.

kami pun masuk ke dalam rumah, benar juga bu Ratna sudah menunggu kita.

"Sini Mia", memanggilku agar duduk disampingnya.

"Ada apa ya buk..??"

"Begini Mia, sudah lama kamu disini, kamu juga baik, ibu sudah menganggap kamu anak ibuk sendiri dan Jaka ingin ibuk melamarmu untuknya, bagaimana menurutmu", bu Ratna menatapku penuh harap.

Keputusan yang kuambil tanpa kehadiran orang tuaku.

Aku bingung dan terkejut mendengar ucapan bu Ratna, ada rasa bimbang bercampur senang, karna sebenarnya aku juga mulai menyukai Jaka, pemuda penolongku yang penuh misteri itu.

Aku tak mungkin menolak niat baik bu Ratna dan Jaka yang selama ini merawatku dengan sangat baik, tapiii bagaimana dengan kedua orang tuaku, seharusnya aku meminta izin dulu kepada mereka, bagaimana itu mungkin, untuk pulang pun aku tak tahu caranya.

"Bismillah buk saya siap jika Jaka memang siap menjadi imam saya", Tak ada pilihan lain untukku saat ini, mungkin ini jalanku untuk meneruskan hidupku.

Ibu dan Jaka saling berhadapan.

"Kamu dengar sendiri kan Jaka, Mia siap menerimamu", dengan tersenyum lebar kepada Jaka.

Jaka hanya tersenyum memandangku.

Hari pernikahan kami pun tiba, hari ijab kobul, ya hari ijab kobul, karna tidak ada resepsi dan tak ada kerabat kami yang diundang.

Aku tak bertanya mengapa, mungkin kerabat mereka ada jauh di luar akses desa ini.

Kami hanya menikah di kantor KUA.

Kami berangkat ke kantor KUA terdekat, suasana hening tapi masih banyak pegawai berlalu lalang disana, meskipun tak seramai di ibu kota, mata mereka sesekali memandang kearahku, lalu berlalu pergi.

Kami melaksanakan ijab kobul dibantu penghulu dan saksi disana, kami aah menjadi suami istri, alhamdullilah, ada rasa lega dihatiku, bisa menikah dengan pemuda yang pernah menyelamatkan hidupku dan aku juga sangat mencintainya, hanya saja aku juga sedih karna orang tuaku tak bisa hadir disini.

Malam itu aku pindah ke kamar Jaka, bu Ratna sendiri yang mengantarku.

Saat itu Jaka mengajakku shalat malam dan membaca ayat suci al quran.

Subhanallah, sisi lain yang tak pernah kulihat dari Jaka. Semoga dia menjadi imam terbaik untukku. Aminnn..

Aku mengikutinya membaca surah al quran.

Surah An Nisa ayat 1 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿النساء:١﴾

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa, dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu.”

Subhanallah, semoga ia imamku yang sholeh. Amin....

Usai shalat, dia membimbingku ke atas ranjang, dia mengecup keningku dan membuka jilbabku, jantungku bedegup amat kencang sampai Jaka mungkin juga mendengarnya.

Saat ia memelukku dan menciumiku, entah kenapa aku terlelap dan tertidur seperti pingsan, aku tak ingat apa yang terjadi, apakah aku melakukannya dengan Jaka atau tidak.

Pagi itu aku terbangun, dan Jaka masih tidur disampingku. Aku tak terlalu memikirkan yang semalam. Aku langsung bangun memakai jilbabku dan pergi kedapur melakukan rutinitasku setiap pagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!