Andini menatap dirinya di depan cermin toilet. Dia tidak mungkin pulang dengan seragam yang basah seperti ini. Rasa dingin juga semakin menyerang tubuhnya.
Hari sudah mulai senja, akhirnya dia memutuskan untuk pulang. Saat dia keluar dari toilet, ada sebuah paper bag yang ada di depan pintu. Dia mengambilnya.
To Andini?
Andini mengernyitkan dahinya lalu dia membuka tas itu. Ada sebuah kaos lengan panjang dan juga celana panjang di dalamnya.
Dipakai. Biar gak masuk angin.
Isi sebuah pesan dalam tas itu.
Andini semakin bertanya-tanya, siapa yang memberikan barang itu untuknya. Dia memutar kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari seseorang tapi zonk. Lorong kelas sangat sepi, tidak ada seorang pun.
Dia akhirnya memutuskan untuk memakai baju itu. Setelah berganti baju, Andini memasukkan seragam basahnya ke paper bag lalu kembali memakai tasnya dan kini dia keluar dari toilet. Berjalan cepat menyusuri lorong kelas yang sangat sepi. Setelah sampai di gerbang sekolah yang sudah tertutup, Andini meminta Izin pada Pak Satpam agar membuka pintu untuknya.
Andini sampai lupa untuk memesan ojek online karena angkutan umum tidak akan lewat saat sudah sore hari. Dia ambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Untunglah, ponsel itu tidak terkena air karena tasnya memang anti air. Dia segera memesan ojek online sambil duduk di dekat gerbang.
Beberapa saat kemudian seorang lelaki berjaket hijau dengan menaiki motor beat berhenti di dekatnya. "Mbak Andini?"
"Iya, Mas." Andini segera naik ke boncengannya dan motor itu segera melaju meninggalkan sekolah.
Seulas senyum merekah di bibir seseorang yang sedari tadi berada di dalam mobil dan mengamati Andini dari kejauhan.
"Mulai sekarang, aku akan selalu jaga kamu..."
...***...
Setelah sampai di rumah, Andini segera membersihkan diri. Lalu makan dengan makanan yang telah dia beli di warung Bu Rini sebelah rumah.
Dengan sendok di sebelah kanan dan ponsel sebelah kiri, dia membalas pesan dari Arjuna yang sempat terabai beberapa menit.
Beberapa saat kemudian panggilan masuk dari Arjuna terhubung.
"Kakak lagi makan? Ada apa?"
"Kak Dini gak kesepian di sana? Aku pindah ke sana saja ya menemani Kak Dini. Aku juga bisa bantu Kak Dini kerja part time."
Andini tersenyum simpul sambil menghabiskan makanannya yang tinggal sesuap. "Kamu masih SMP. Nanti saja kalau kamu mau masuk SMA ikut kakak di sini."
"Kak Dini gak ada masalah kan di sana?"
Arjuna seringkali menanyakan keadaannya di sana. Tentang masalah apa yang dihadapinya. Seperti terbalik. Seolah-olah Arjuna lah Kakak Andini. "Gak ada. Cuma masalah kecil aja."
"Kak Dini masih sering di bully? Lawan Kak. Kak Dini pasti bisa."
Dia memang pernah menceritakan masalahnya pada Arjuna. "Kakak gak papa." katanya sambil tersenyum pahit.
"Ya udah, aku mau ngerjain tugas dulu ya Kak."
"Iya..." panggilan terputus.
Andini kini duduk di depan meja riasnya. Menatap dirinya yang cukup mengenaskan. Mata sembabnya masih saja kentara. Wajah kusam tak glowing sama sekali bahkan ada beberapa jerawat yang menghiasi di sana sini.
Dia melihat peralatan make upnya yang memang hanya seadanya saja. Tanpa ada skin care dan perawatan kulit lainnya yang harganya cukup lumayan.
Satu helaan panjang keluar dari hidungnya.
Lawan Kak. Kak Dini pasti bisa.
Perkataan Arjuna terngiang di telinganya. Dia kini meraih ponselnya lagi. Melihat saldo M-banking nya dengan deretan 7 angka.
"Mungkin cukup buat gue ngelakuin perawatan. Besok sepulang sekolah gue coba cari salon yang harganya terjangkau." Dia kembali meletakkan ponselnya lalu menatap dirinya di cermin. Dia hela napas panjang. "Mulai sekarang gue harus bisa lawan Clarissa. Harus!!" Dia memantapkan dirinya sendiri. Walau dia ragu akan hal itu. Setidaknya dia akan mencoba menjadi Andini yang baru.
Saat malam tiba, dia kini berganti baju dengan baju sexy nya, atau biasanya sering disebut dengan lingerie. Meskipun bukan lingerie yang dari kain sarangan atau berlubang-lubang sejenisnya, Andini nampak menawan dengan gaun pendek warna hitam yang sangat rendah di bagian dadanya.
Dia kembali duduk di depan cermin. Menyisir rambutnya yang panjang agar tergerai. Sedikit bersolek dengan make up ala kadarnya. Menghiasi bibirnya dengan lipstik warna pink andalannya. Lalu dia kini memakai topeng pesta yang berhiaskan cantik.
"Angel..." Andini berusaha menyunggingkan senyum terpaksanya. Kemudian dia mengambil ponsel yang khusus dia gunakan untuk bekerja. Mengaktifkannya dan beberapa pesan dari Hans langsung masuk.
Kosong? Aku VC ya? Udah aku tf barusan.
Andini tersenyum. Entahlah dari beberapa pelanggan hanya Hans yang sangat menarik perhatiannya. Dia pria yang sangat tampan dan menarik serta tidak pernah memaksa Andini jika Andini sudah menolak. Teman ngobrol yang sangat nyaman juga sampai membuatnya lupa waktu.
"Oke." balas Andini sambil merebahkan dirinya di atas ranjang.
Beberapa saat kemudian Hans melakukan video call yang segera di angkat oleh Andini. Satu senyuman manis kini terlihat di layar ponsel Andini.
"Malam Angel..."
"Iya, malam..." Andini balas tersenyum lalu mengubah posisinya menjadi tengkurap dengan kepala tegak dan sikut yang menumpunya, hingga memperlihatkan keindahan yang ada di dirinya.
"Kenapa? Kayaknya matanya sembab."
Andini hanya menggeleng sambil tersenyum. "Gak papa."
"Kalau ada masalah, gak papa kamu cerita sama aku. Mungkin aku bisa bantu."
Andini semakin tersenyum simpul. "Mas Hans bisa aja. Kita kan cuma kenal secara virtual."
"Ya udah, kita ketemuan yuk di dunia nyata."
"No, privacy."
"Oke, pasti aku akan menemukanmu."
"Hmmm, gimana caranya?"
Hans memang pelanggan setianya selama 6 bulan terakhir ini. Dalam satu minggu biasanya Hans akan menghubunginya sebanyak 3-4 kali. Entahlah, pria setampan Hans mengapa tidak bermain perempuan di dunia nyata saja dan justru tertarik pada Andini di dunia maya tanpa tahu identitas aslinya.
"Kalau aku bisa nemuin kamu, memang kamu mau kasih apa?"
Andini justru semakin tertawa. "Mas Hans gak mungkin bisa ngenali aku di dunia nyata. Aku masih sekolah dan..." Andini sengaja menggantung kalimatnya.
"Dan apa?"
"Aku jelek."
Sekarang justru Hans yang tertawa. "Kamu pegang omongan aku ya, aku pasti akan nemuin kamu dan aku akan dapatin kamu."
Andini justru terdiam. Dia hanya berpikir, jika Hans bertemu dengannya di dunia nyata pasti dia tidak akan lagi bersikap manis seperti ini. Mungkin juga dia tidak akan menghubunginya lagi.
"Kok diam? Aku salah ngomong?"
Andini menggelengkan kepalanya.
"Angel, apa kamu percaya cinta? Jika seseorang sudah jatuh cinta, dia tidak akan memandang fisiknya. Tapi aku yakin, kamu itu cantik. Kecantikan yang selalu kamu sembunyikan. Itu yang membuat aku suka. Aku semakin penasaran sama kamu. Apalagi melihat..." Terlihat Hans mengerlingkan matanya. Sepertinya dia memang sedang fokus melihat sesuatu yang indah terpampang di depan layar. Hingga suara napas yang berat bisa terdeteksi oleh ponsel Andini.
Sedetik kemudian terlihat Hans melepas kaos putihnya.
"Mas mau sekarang?" Andini tersenyum sambil sedikit mengigit bibir bawahnya, sangat menggoda.
"Kalau aku punya satu permintaan boleh?"
💞💞💞
🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Kusii Yaati
aq malah penasaran gmn caranya bisa lewat VC🤭
2024-09-22
0
Al Fatih
koq aq yg deg2 an mas Hans 😅
2023-10-16
1
Al Vi a
pak guru kah.. atau irvan
2022-10-08
0