Lobi hotel sudah ramai oleh tamu yang ingin bepergian meninggalkan kamarnya maupun yang baru masuk alias check in. Para resepsionis yang baru berganti shift tampak melakukan pekerjaannya dengan baik.
Tim pagi ini ada Devi, Shanty, Robi, Ivan dan Shila. Mereka adalah tim satu. Sedangkan di tim dua, atau shift malam –jam delapan malam hingga jam delapan pagi– ada Arif, Kesya, Andini, Abi dan Fe. Supervisor dua tim ini juga berbeda, ada pak Bambang untuk tim satu dan pak Rendy untuk tim dua. Mereka ini juga adalah supervisor Adel saat dia masih berada di balik meja resepsionis itu dan punya banyak andil dalam promosi Adel untuk pindah divisi dan naik jabatan. Itu sebabnya, sampai sekarang Adel sangat menghormati dan respect kepada kedua orang itu. Tetap sering sharing dan menimba ilmu untuk memperdalam pengetahuannya tentang manajemen divisinya.
Adel menghampiri pak Bambang yang sedang berbincang dengan salah seorang tamu di sofa. Sepertinya tamu VIP dari luar kota yang check in minggu lalu.
“Selamat pagi bapak-bapak, maaf saya mengganggu obrolannya.”
“Selamat pagi Adel... tidak apa-apa. Mau lihat daftar tamu VIP yang akan datang?”
“Tepat sekali Pak. Boleh saya cek ke reservasinya Pak?”
“Silahkan Adel.”
“Terimakasih Pak, saya permisi dulu.” Adel tersenyum kepada kedua pria di depannya kemudian menghampiri meja resepsionis. Dia menyapa semua bawahan pak Bambang itu dan meminta daftar tamu yang sudah reservasi dan akan check in hari ini. Sejauh ini ada lima tamu, ada empat yang perorangan dan ada satu yang grup.
“Pak Yadi dan ibu Laras sudah datang belum?” Dia menanyakan bawahannya -Guest Realtion Officer- kepada Shanti.
“Ibu Laras sudah Bu, sepertinya sedang memeriksa kesiapan kamar tamu VIP yang akan datang setengah jam lagi.”
“Oh ya? Kamar 4021 ya?” Adel membaca rincian data tamu yang dimaksud Shanti. Calon tamu kamar itu berasal dari Jepang dan sudah booking untuk dua minggu ke depan. Masih single, seorang akuntan dan menginap untuk keperluan bisnis.
“Naomi sudah di tempat?” Tanyanya lagi. Naomi itu special service room yang khusus menangani tamu-tamu dari Jepang, China, Korea dan Thailand. Dia menguasai bahasa empat negara itu.
“Sudah Bu, sebentar lagi akan turun bersama ibu Laras.”
“Baiklah. Tamu dari Jakarta sampai jam sebelas ya?”
“Iya Bu, nanti pak Yadi yang sambut mereka.”
“Baiklah. Terimakasih informasinya, Shan."
Yadi dan Laras adalah bawahan Adel sebagai Guest Relation Officer (GRO). Mereka berdua terpaut dua tahun lebih muda darinya. Sebagai atasan ataupun manager, Adel sering menangani tamu VVIP yang dianggap sangat penting, sedangkan Yadi dan Laras ditugaskan untuk tamu-tamu biasa.
Seperti hari ini, dia akan menyambut rombongan tamu dari Jakarta yang punya keperluan dengan direktur utama mereka, yaitu pak Handoko. Sepertinya urusan bisnis lagi.
Adel berharap dia tidak akan terlibat seperti hubungan bisnis atasannya itu dengan Bernard, si pemilik retail yang telah lama bekerjasama dengan mereka melalui pembukaan supermarketnya di resort ini.
“Adel…” Suara berat dari balik punggungnya membuat perempuan itu berbalik.
“Selamat pagi Pak.” Adel member hormat. Dirutnya, Handoko.
“Bagaimana meeting kamu dengan bapak Bernard?”
“Saran saya ditolak lagi Pak. Saya jadi bingung harus kasih masukan apa lagi.”
Lelaki tua itu tersenyum. “Kamu sudah melakukan yang terbaik. Kemarin siang beliau sudah menghubungi saya untuk mengatur pertemuan berikutnya. Mereka akan memperpanjang kontrak retailnya".
“Serius Pak? Tapi kemarin beliau seperti tidak tertarik__" Adel tidak melanjutkan kata-katanya.
“Saya juga kurang mengerti Adel. Tapi yang pasti besok kamu harus kesana lagi jam sepuluh pagi."
“Oh begitu, baiklah Pak.”
Setelah selesai berbincang dengan atasannya itu, Adel berkeliling mengawasi lobi hotel, berjalan menyusuri taman di luar, singgah di restoran, tempat fitness, arena bermain anak dan beberapa wahana lainnya untuk mengawasi tamu-tamu. Barangkali saja ada yang memerlukan dirinya atau sekedar ingin bercengkrama dengan para tamu. Tidak lupa dia memberikan semangat serta dukungan penuh kepada seluruh karyawan yang dia temui.
Sebelum jam sebelas tepat, dia kembali ke hotel untuk memeriksa kembali kesiapan penyambutan tamu VVIP dari Jakarta itu. Mulai dari jenis kamar yang di pesan, jumlah kamar, perlengkapan dan kebersihan kamar, room service, bellboy hingga resepsionis yang bertugas dalam proses check-in nantinya.
Berdasarkan info dari pak Handoko, tamu dari perusahaan tekstil itu sedang dalam proses perbincangan kesepakatan dengan resort mereka tentang pembukaan toko baju merek perusahaan mereka yang sudah cukup terkenal dan sangat laris di pasaran. Hampir sama dengan perusahaan retailnya Bernard. Bedanya perwakilan perusahaan yang akan datang kurang dari sepuluh menit lagi itu berencana membuat event besar di resort ini saat pembukaan perdananya.
Oleh karena itu, Adel diminta oleh pak Handoko untuk ikut ambil andil dalam perencanaan itu nantinya sekalipun dia sudah menolak karena tidak tahu menahu soal event organizer.
“Mereka akan membawa EO langsung dari Jakarta Del, kamu hanya perlu mendampingi EO tersebut untuk mempersiapkan semuanya. Lebih tepatnya kamu sebagai guide-lah. Mereka pasti kurang menguasai kota ini.” Begitu jelas pak Handoko. Adel sangat tidak setuju tapi tidak berdaya menolak sang direktur utama itu.
“Bu Adel…” Devi mengagetkannya.
“Iya Dev?”
“Maaf Bu, pihak perusahaan Glory Tekstil barusan menelepon dan membatalkan dua kamar. Katanya mereka akan membayar ganti rugi kamar yang sudah sempat di booking.”
Adel seperti di ulur dan di tarik dalam waktu yang bersamaan. “Oya? So siapa yang akan datang? Berapa orang?”
“Dua orang Bu? Direktur bersama Event Organizer-nya Bu.”
“Dua kamar?” tanyanya lagi dan resepsionisnya itu mengangguk.
“Baiklah, terimakasih Devi." Adel merogoh sakunya dan segera menghubungi pak Bambang dan mememberitahukan situasi ter-update dari meja resepsionis mereka. Maksudnya supaya pak Bambang segera datang untuk mereview calon tamu yang sedang dalam daftar antrian booking untuk kamar tersebut.
Pak Bambang yang diberi informasi itu malah memberkan informasi yang lebih mengejutkan, bahwa tamu VVIP itu sudah tiba dan pak Bambang kebetulan tadi berpapasan dengan mereka di lobi depan.
Adel dengan sigap bergerak ke arah pintu utama untuk memastikan petugas valet dan bellboy sudah di tempat dan sudah mengangkat perlengkapan tamu high class itu. Matanya juga sempat nanar mencari pelayan yang harusnya sudah bersiap-siap dengan sajian penyambutan, tapi belum satupun yang memunculkan batang hidungnya. Mereka memang datang lebih awal dari jam yang dijanjikan. Pantas saja belum pada stand by.
Saat dia berhenti di depan pintu utama yang besar itu dia mengurungkan niatnya melihat pak Bambang yang sedang berbincang-bincang dengan dua pria bertubuh tinggi dan membelakanginya. Dia tidak berniat untuk mengganggu pembicaraan mereka.
Namun apes, pak Bambang malah melihatnya duluan dan melambaikan tangan seperti meminta untuk datang. Kedua pria di hadapan pak Bambang itupun berbalik dengan bersamaan dan….
DEG!
Adel sempat tidak sanggup mengangkat kakinya ketika dia beradu pandang dengan salah satu dari laki-laki itu. Keterkejutannya tidak bisa disembunyikan karena dia sempat terbelalak dan senyum di wajahnya seketika menghilang.
Kesadarannya sempat melayang entah kemana sebelum pak Bambang mengejutkannya dengan lambaian tangan. Laki-laki yang sama terkejut dengannya itupun tidak berhenti berkedip sambil mengiringi lagkah Adel menghampiri mereka.
“Selamat pagi bapak-bapak. Saya meminta maaf karena seharusnya saya yang menyambut kedatangan bapak-bapak di hotel ini.”
“Tidak apa-apa Ibu. Kami juga datang lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan.”
Adel kembali berbasa-basi sebentar kemudian memperkenalkan diri. Pria yang sudah berbicara tadi bernama Freddy dan dia adalah Event Organizer yang namanya disebut di meja resepsionis tadi. Berarti… pria yang satunya lagi ini… direktur utama Glory?
Adel melirik pria yang sudah tidak memperhatikannya lagi itu sambil mengulurkan tangan.
“Saya Adelina, GRM hotel ini. Terimakasih sudah mempercayakan kami sebagai mitra perusahaan anda.”
“Saya William Priyanto Alexius. Glad to see you, miss Adel. Mari kita bekerjasama dengan baik.” Mereka berdua berjabat tangan dengan canggung. Adel berusaha menutupi grogi yang mulai melanda. Tangannya gemetar ketika William menjabatnya. Karena itu dia cepat-cepat menarik tangannya kembali karena tidak ingin ketahuan sedang gugup.
Pak Bambang memisahkan diri saat Adel mengantarkan dua tamunya ke kamar yang telah dipersiapkan. Selama di dalam lift Adel memutar otak mencari bahan pembicaraan yang mendadak lenyap sejak dia dikejutkan dengan kehadiran William di hadapannya. Padahal sebelumnya dia sudah punya banyak pertanyaan.
Untungnya Freddy mau mengajaknya mengobrol tentang hotel. Dia seperti ingin memperjelas informasi yang telah dikumpulkannya tentang resort tersebut. Mulai dari jenis wahana dan fasilitas yang ada, banyaknya pengunjung harian wahana maupun hotel, hingga peluang bisnis yang akan mereka bicarakan sebentar lagi. Adel menjawab dengan jelas dengan cara tutur bahasa yang sangat sopan.
William yang berdiri paling depan tidak ikut menimpali. Pria itu malah sedang memandangi bayangan Adel yang terpantul di pintu lift dengan cara pandang yang sulit untuk dimengerti.
Petugas layanan kamar sudah menunggu di depan kamar tamu spesial itu saat mereka keluar dari lift. Adel langsung mempersilahkan kedua pria itu memasuki kamarnya masing-masing.
Freddy sang EO mempersilahkan Adel untuk menemani William ke kamarnya dan mengatakan kalau dia tidak perlu diantar. Perut Adel mendadak mulas, namun diakuinya itu cukup logis.
Dia membukakan pintu untuk William dan pria itu masuk dengan sangat berwibawa. Adel mengikutinya dari belakang sambil mejelaskan hak-hak mereka atas fasilitas hotel sebagai tamu VVIP.
William mendengarkan sambil berkeliling. Mengecek kamar mandi, shower, bathtub, wastafel dan semua perabot kamar. Sepertinya dia sangat detil, apalagi soal kebersihan.
“Sepertinya semuanya sudah jelas, anda bisa meninggalkan saya sendiri.”
“Baik Pak William, silahkan beristirahat dengan nyaman. Resepsionis VVIP ada di line satu.” Setelah menunjuk telepon dengan gerakan kepalanya, Adel beringsut keluar dari kamar dan menutup pintu.
Seiring dengan daun pintu yang terhempas, dia menghembuskan nafas panjang. Saat berjalan menuju lift, pikirannya penuh dengan wajah pria yang baru saja ditinggalkannya di kamar tersebut. Dengan cepat dia merogoh saku dan menelepon Weni.
*****
.
.
.
Author's Greetings
Hai-haii...
Sejauh ini suka ceritanya nggak?
Mudah-mudahan suka yaaa..
Kalau suka jangan lupa kasih like, comment dan vote nya yahh.
Oh iya, sekarang author mau kasih visual William versi author.
Coba tebak dia siapa? 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Arkan_fadhila
ini maaahh kesukaan aq visualx
2023-04-05
0
Reiva Momi
suka sama cerita nya thor
2022-11-19
0
bunaa_naura
hu tsutapak ya kl penulisanya salah mohon dipersory 😅
2022-04-10
0