Adelina Paraswati, seorang ibu muda dengan peri kecil yang senantiasa ada di sampingnya bernama Tasya. Dia bekerja sebagai Guest Relation Manager di sebuah resort yang perkembangannya sedang maju pesat di daerah Lembang.
Sejak menikah enam tahun yang silam, dia dan Aldo, mantan suaminya, pindah dari Jakarta karena Aldo dimutasikan ke Bandung. Adel yang saat itu baru lulus kuliah langsung diterima di resort tempatnya bekerja sekarang sebagai resepsionis.
Setelah melahirkan dia tetap bekerja dan mempekerjakan babysitter untuk menjaga Tasya –dengan resiko dia selalu berselisih paham dengan Aldo.
Setiap kali mengingat bagaimana dia dulu, Adel sangat mensyukuri keputusannya untuk tetap bekerja, sehingga dia cepat dapat promosi dan memiliki kedudukan yang bagus sekarang. Apalagi setelah tiga tahun yang lalu dia bercerai dan mendapatkan hak asuh Tasya sepenuhnya, dia bisa menghidupi putrinya itu tanpa harus mengharapkan Aldo. Dia samasekali tidak berharap anaknya dinafkahi seorang penghianat seperti laki-laki itu.
Aldo kepergok tidur dengan sekretarisnya saat Adel sedang lembur di hotel untuk menangani komplain tamu VIP resort. Babysitter-nya Tasya memergoki mereka di ruangan kerja Aldo dan langsung mengubungi Adel agar segera pulang.
Entah sial entah beruntung, setibanya di rumah, permainan suaminya itu belum selesai sehingga dia mempunyai bukti yang sangat akurat ketika sidang perceraian diadakan.
Adel sempat terpuruk, namun dia tetap lebih memilih berpisah. Untuk yang satu ini ‘harga diri’ bukanlah sesuatu yang klise untuk dijadikan alasan untuk bercerai. Seorang laki-laki yang sudah pernah melakukan perselingkuhan dan masih mendapatkan pengampunan dari pasangannya akan lebih jahat di hari-hari yang akan datang. Adel tidak mau lagi menjadi korban kekerasan Aldo yang sudah mulai kelihatan bibit-bibitnya sejak dua tahun rumah tangga mereka. Belum lagi kalau dia akan sering menyaksikan permainan suaminya itu dengan perempuan lain, lagi dan lagi.
Adel menghela napas sambil membelai rambut Tasya yang terlelap di pelukannya. Kalau bukan karena ada malaikat kecilnya itu, mungkin dia tidak akan sanggup bertahan dengan status rumahtangganya yang sangat kacau dengan Aldo waktu itu. Ibarat mentari yang setia bersinar setiap pagi dan memberikan harapan-harapan baru bagi semua insan di bumi, begitupun Tasya dalam hidup Adel.
Hari-hari buruk yang dialaminya bersama laki-laki yang sejujurnya tidak dia cintai mulai sedikit berwarna sejak malaikat kecil itu hadir dalam rumah tangga mereka. Pikiran Adel mulai bisa terbagi antara Aldo, pekerjaan dan anak.
Sebenarnya Aldo sedikit mengurangi sifat kerasnya karena dia tahu Adel perlu sehat, demi anaknya. Pertumbuhan Tasya terbilang cepat, dia mulai merangkak, berguling, berdecak. Aldo semakin menyayanginya tapi masih sedikit keras ke Adel.
Sungguh sangat disayangkan, rumah tangga Adel dan Aldo hanya bertahan tiga tahun. Terakhir Tasya sudah mulai melafalkan kalimat dengan terbata-bata dan sudah aktif belajar serta bermain saat palu sidang mengesahkan perceraian mereka.
Aldo mengaku menyesal dan menyayangkan gugatan cerai Adel waktu itu. Berulangkali dia meminta Adel mengagalkan niatnya dengan alasan Tasya. Namun saat itu tekad Adel sudah bulat. Tidak ada kata rujuk di dalam kamusnya.
Aldo mengalah. Namun dia berjanji untuk tetap menjadi ayah yang bertanggungjawab bagi Tasya dengan sering mengunjungi kediaman Adel dan memberikan nafkah rutin sesuai ketetapan hasil persidangan.
Sekarang sudah tahun ke tiga Adel menjadi single parent untuk Tasya dan dia menikmati setiap kebersamaannya bersama putri sematawayangnya itu. Sekarang Tasya sudah memasuki jejang pendidikan awalnya di taman kanak-kanak. Umurnya masih empat tahun, tetapi bakat dan kepintarannya membuatnya bisa diterima di sekolah itu tanpa harus tersandung syarat usia. Toh dia terbukti mampu belajar bersama anak-anak yang masuk TK dengan umur yang pas. Dia pintar menggambar dan sudah bisa menirukan bunyi maupun suara. Apalagi menyanyikan sebuah lagu yang sangat sering dia dengarkan.
Adel sangat bersyukur, Nisa, babysitter Tasya sejak lahir itu, betah bekerja untuknya. Sepertinya anak gadis berusia duapuluh itu juga sudah terlanjur sangat menyayangi Tasya dan sangat membantu agar Adel bisa tetap bekerja dengan fokus di jam kerjanya dan menjadi ibu sepenuhnya sekembalinya dari kantor.
Ponsel di sebelah bantal berbunyi. Lamunan Adel buyar dan dia berbalik meraih benda mungil itu. Sesaat kemudian hatinya mencelos. Aldo lagi.
“Halo? M. Sudah, dia sudah tidur… Iya… iya… aku nggak terlalu sibuk tadi… Minggu depan… oh, nggak perlu, aku masih bisa menjemputnya sendiri. Iya, aku sehat…M… iya, besok kusampaikan…” Hening sebentar “Iya… selamat malam". Klik.
Setelah meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, dia memeluk Tasya yang terlelap. Pikirannya tidak tenang membayangkan suatu saat nanti Aldo berniat mengambil Tasya darinya. Hak asuh atas Tasya waktu itu diperolehnya karena putrinya itu masih dibawah umur dan masih sangat membutuhkan ibu untuk tumbuh kembangnya. Saat Tasya nanti sudah cukup umur, Adel harus siap kalau Aldo akan kembali mengajukan persidangan perihal hak asuh anak mereka. Itu menakutkan.
Dia tidak bisa membayangkan, bahkan tidak mau membayangkan Tasya tinggal bersama Aldo. Apalagi orangtua Aldo, mertuanya sangat menginginkan hal tersebut.
Air mata Adel menetes kecil membayangkan jika suatu hari dia harus berpisah dengan Tasya. Tidak! Tidak bisa! Sekalipun mama mertuanya bilang ini itu segala macamnya, Adel bisa menghidupi Tasya dengan penghasilannya sendiri, tidak butuh mereka. Bahkan semisalpun Aldo tidak menafkahinya, Adel tidak keberatan. Justru dia malas jika pria itu menjadi punya alasan untuk menghubunginya setiap bulan.
Jika saja menjauhkan anak dari ayah tirinya bukan dosa, Adel pasti sudah pergi dari Bandung dan tinggal tentram di kota lain. Tidak harus diusik oleh orang-orang yang mengaku menyayangi mereka namun kenyataannya tidak.
Adel mengusap lagi pipi gembul anak gadisnya itu. Gelembung-gelembung kecil keluar dari mulutnya saat bernafas dalam tidurnya. Kaina tersenyum sambil mencium keningnya lembut.
"Mama sayang kamu, nak." Ucapnya pelan.
Sebelum tidur, Adel memikirkan besok akan merepotkan office girl-nya lagi untuk menjaga Tasya. Adel bersyukur, setiap ia membawa Tasya ke kantor, semua rekan kerjanya baik yang satu divisi maupun beda divisi, selalu berebutan menggendong anaknya itu. Mereka senang ada mainan yang bisa mengalihkan pikiran mereka dari pekerjaan. Oke, sebutan mainan memang cukup kasar untuk anak imut itu. Namun kenyataannya teman-temannya sangat suka bermain dengan Tasya.
Setidaknya masih banyak yang benar-benar tulus menyayangi mereka berdua. Itu yang membuat Adel masih meyakini jika akan ada pelangi sehabis hujan. Dia dan Tasya akan memiliki masa depan yang cerah.
Namun setiap kali wajah mantan suaminya itu muncul di benaknya, Adel kembali pesimis lagi.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Reiva Momi
seru thor
2022-11-18
0
Kendarsih Keken
masih nyimak
2021-05-05
0
Kendarsih Keken
masih nyimak
2021-05-05
0