"Saya rasa kamu sudah siap untuk maju sidang. Untuk itu persiapkan materi dan mental kamu, minggu depan kamu bisa ikut sidang." ACC Prof.Budi di draf tesis Anara.
"Terima kasih banyak Prof. Saya akan mempersiapkan segala materi dan mental saya untuk menghadapi sidang minggu depan." Anara begitu senang, tesisnya di ACC untuk maju sidang minggu depan.
"Sekali lagi, Terima kasih banyak Prof, Saya pamit dulu Prof." Anara menyalami Prof.Budi sekaligus pamit diri karena segera ke bagian akademik kampus untuk mengurus segala keperluan sidang sekaligus mendaftarkan dirinya agar bisa ikut sidang minggu depan.
Rasa syukur dari dalam hati Anara begitu iya rasakan. Selangkah lagi iya akan segera menyelesaikan pendidikannya dan menyandang gelar sebagai Magister. Anara yang bergegas menuju ruang akademik tiba-tiba telp nya berdering.
"Iya Pa, Aku lg dikampus, aku mau ngurus daftar sidang tesis untuk minggu depan." Jelas Anara di telp kepada Papanya.
"Kamu hebat Sayang!"Nada kebanggaan terdengar dari Papa Anara.
"Sayang, Kamu pulangnya bisa mampir ke kantor Papa enggak?" Papa Gilang meminta Anara untuk kekantornya.
"Emang ada apa Pa?" Anara kini tengah menanda tangani berkas-berkas sidangnya sambil telponan dengan Papanya.
"Nanti papa jelaskan dikantor. Kamu bisa?" Pinta papanya lagi.
"Berkasnya sudah lengkap, Nanti kami akan menghubungi paling lambat 2 hari mengenai jadwal sidangnya sekaligus nama penguji sidangnya." Staf akademik menjelaskan kepada Nara.
"Oke Pak kalau begitu Saya tunggu infonya. Terima kasih." Anara bergegas kembali memasukan dokumen yang ia peroleh dari staf akademik tersebut.
"Halo Nara, Bisa kan?"Papa Gilang yang dari tadi mendengarkan pembicaraan Nara dengan orang lain disana kembali menanyakan apakah Nara akan ke kantornya.
"Maaf Pa, Maaf tadi Nara sambil urus-urus dokumen. Iya Pa, Nara langsung otw ke kantor Papa ya." Nara pun bergegas menuju parkiran untuk segera ke kantor Papanya.
"Oke kalo gitu Sayang, Papa tunggu ya. Hati-hati dijalan. Jangan ngebut ya!" pesan papa gilang kepada putri semata wayangnya yang begitu iya sayangi.
"Sipppp Pa!" Nara pun menutup telponnya dan segera pergi meninggalkan parkiran kampus menuju kantor Papanya.
Tak membutuhkan waktu yang lama, mobil Anara sudah berada diparkiran perusahaan Papanya. Segera ia masuk kekantor dengan terlebih dahulu mampir ketoilet karena sudah kebelet pipis dari diperjalanan.
"Sore mbak Nara, Tumben mampir ke kantor" Sapa Pak Agus ketika melihat Anara sampai di depan ruangan Papanya.
"Apa kabar Pak Agus, Papa ada di dalam?" Nara menjawab sapaan pegawai senior Papanya yang sudah ia kenal dari kecil.
Pak Agus adalah salah satu pegawai papanya yang begitu loyal. Sejak Anara kecil sering ikut Papanya kekantor dan Pak Agus sudah bekerja dikantor Papanya.
"Ada mbak, masuk aja. Bapak juga ada didalam. kebetulan tadi Saya baru dari sana." jelas Pak Agus menjawab pertanyaan Nara.
"Nara masuk dulu ya Pak." Narapun bergegas menuju ruangan papanya yang berada dipaling ujung.
"Silahkan mbak." jawab Pak Agus sekaligus pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Sore Pa," ketukan Nara dan membuka pintu ruangan Papanya"
"Oke Pak Brata, Sampai ketemu minggu depan ya." Papa Gilang mengakhiri telponnya.
Nara langsung menghampiri Papa Gilang dan menyalaminya. Papa Gilang tentu menyambut putri tercintanya dengan pelukan sayang.
"Bagaimana Sayang, Kamu sidang minggu depan?" Papa Gilang membuka percakapan dengan menanyakan perihal kuliah Nara.
"Alhamdulillah Pa, Minggu depan Nara sidang tesis, Doakan Nara ya Pa, semoga lulus dan diberikan kelancaran." Nara yang selalu manja dengan Papanya seperti kini walaupun sudah mau lulus S2 ia masih tidak segan untuk duduk dipangkuan Papanya.
"Anak Papa yang pinter, yang cantik, yang manja pasti bisa melaluinya dengan lancar." Sahut Papa Gilang sambil menyubit hidung Nara yang mancung.
"Aamiin. Tapi manjanya gpp kali Pa," Nara yang protes dengan perkataan Papanya.
"Iya, Iya, kamu mau manja terus sama Papa juga gak Apa-apa, tapi nanti kalau udah punya suami kamu ga malu masih manja sama Papa." ledek Papa gilang pada putri kesayangannya.
"Ih papa, baru juga mau sidang, belum lulus, udah ngomong suami, nikah aja belum aku tuh." rajuk Nara kepada perkataan Papanya.
"Makanya nikah, jadi punya suami, jadi manjanya ga ke papa lagi, tapi ke suami kamu." ledek Papa Gilang pada putrinya yang selalu kesal kalau sudah berbicara pernikahan.
"Papa kok begitu ngomongnya? emang Papa udah ga mau Nara manja ke Papa, Papa udah ga sayang ya sama Nara?" Anara merengut dengan wajah yang dianggap lucu oleh Papa Gilang.
"Kok ngomong gitu, Kamu itu Selalu jadi kesayangan Papa sama Mama sampai kapanpun. Tapi Papa kan juga mau segera melihat kamu memiliki pendamping hidup yang sayang dan mencintai kamu terus kamu punya anak, Papa dan Mama punya cucu. Papa ga sabar ingin segera memiliki cucu Nar." Papa Gilang berbicara panjang lebar kepada putri semata wayangnya.
"Papa lucu deh, Pacar aja Nara ga punya, apalagi suami, Calonnya juga ga ada, terus cucu,,, Papa suka aneh-aneh nie." Nara berpindah ke sofa di ruang kantor Papanya.
"Loh kok Papa aneh, Papa kan berdoa yang baik-baik untuk masa depan putri papa satu-satunya. " Papa gilang duduk menghampiri Nara di sofa.
"Oh,,, jadi Papa nyuruh Nara mampir ke kantor buat ngomong ini.?"selidik Nara kepada Papanya.
"Kalo yang itu bukan soal ini Sayang. Papa minta kamu mampir kesini karena ada yang ingin Papa sampaikan ke kamu perihal perusahaan." Wajah papa gilang menjadi serius.
"Maksud Papa?" sepertinya Anara mulai menerka maksud papanya.
"Papa dan Mama sudah tidak lagi muda sayang. Papa merasa Papa sudah waktunya istirahat dari perusahaan. Papa mau kamu menggantikan Papa memimpin perusahaan ini." ternyata itulah maksud Papa Gilang Meminta Anara ke kantornya.
Anara bukan baru sekali mendengar niat papanya untuk mundur dan beristirahat dari perusahaan. Namun ia tak menyangka secepat ini ia diminta Papanya untuk menggantikan Papanya meneruskan perusahaan.
"Pa, emang papa mau kemana sie, Papa kan bisa untuk terus memimpin perusahaan namun ga harus Papa setiap hari dan terjun langsung. Papa percayakan kepada seseorang dan Papa memantaunya dari rumah." Anara yang masih belum siap untuk menjalankan perusahaan Papanya mencoba memberikan saran.
"Sayang, Papa tahu cita-cita dan keinginan kamu sebenarnya. Papa juga senang memiliki putri yang memiliki hati mulia. Papa sangat mendukung keinginan kamu untuk bisa mendirikan sekolah gratis dan memiliki rumah singgah bagi anak-anak yang membutuhkan. Namun, Papa berharap kamu tidak menolak keinginan Papa untuk bisa meneruskan perusahaan dan memimpinnya. Kamu satu-satunya darah daging Papa. Papa berharap kamu bisa mengabulkan permintaan Papa. Papa juga sudah membicarakan ini dengan mama." Papa Gilang menjadi lebih melow dan sendu terlihat dari sorot matanya.
Anara sangat sedih mendengar penuturan Papanya sekaligus bingung. Iya menyadari Papa dan Mamanya saat ini bisa dikatakan tidak muda lagi. Iya pun tidak bisa bisa memungkiri apa yang dikatakan Papanya adalah benar. Anara adalah darah daging mereka satu-satunya. Papa Mamanya begitu sayang menyayanginya. Mereka menunggu hingga 10 tahun untuk mendapatkan anak dan itu pun tidak mudah. Mama Nita melakukan bermacam-macam cara untuk memiliki anak. program inseminasi dan bayi tabung pun tidak luput dicobanya. Alhamdulillah ditahun kesepuluh pernikahan Papa Gilang dan Mama Nita mereka diberikan kepercayaan untuk memiliki keturunan. Ya dialah Anara Putri Paramartha.
Sepeninggal dari kantor Papanya Anara terus berpikir mengenai permintaan Papanya. Terlalu egois rasanya jika Anara sebagai anak tidak menuruti keinginan orang tua. Terlebih selama ini Papa dan Mama selalu mengikuti apapun jalan yang Anara inginkan. Tak pernah mereka melarang Anara selama apa yang Anara pilih dan lakukan dikoridor yang benar. Namun jauh dilubuk hati kecil Anara, keinginannya seperti yg tadi papanya juga ketahui ingin ia realisasikan.
Dalam kemacetan yang penuh kebisingan diluar Anara kini menikmati alunan nada merdu dari Fiersa Besari" Celengan Rindu"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments