5. Sadarkan Diri.

..."Bersyukurlah dengan adanya ujian dan musibah. Karena Itu menandakan Allah sedang mencintai Hamba-Nya. Melihat kadar keimanan dari setiap Hamba yang di uji, Karena besaran pahala akan sesuai dengan ujiannya."...

..._Rhaishanum Almahyra_...

...🍂🍂🍂...

"Loh koq begitu? salamnya mana?" tanya Gentala dengan lembut kepada anak si mata wayangnya. Yang baru dua tahun ini merasakan kasih sayangnya. Setelah melewati masa hukuman karena kekhilafan masa lalu yang ia harus pertanggungjawabkan.

Gentala dan Afsha memang baru bersatu kembali setelah empat tahun berpisah. "Hihi yupa. Gean ulang ya Appa." balas anak itu yang ternyata bernama Gean.

Geandra Alfarez Harasky, anak laki-laki yang sebentar lagi akan genap berusia lima tahun itu. Ia keluar lagi sembari menutup pintu kamar kedua orang tuanya dan kali ini terdengar ketukan di pintu serta ucapan salam dari suara Khas cadel anak-anak.

"Wa'alaikum salam ... Masuk!" sahut Gentala.

"Appa, Ammi. Gean lapal," rajuk Gean dengan nada manja setelah pintu kamar itu terbuka.

"Baiklah, mari Appa gendong. Di bawah ada Aaf Dayi loh." Gean berlari ke arah Gentala dan Afsha.

"O yah? Gean Annen Anne cama Baba. Appa, Ammi." Afsha yang tengah bergelayut manja di atas pangkuan suaminya, ia segera turun dan menyambut kehadiran sang putra dengan memeluknya.

"Anne dan Baba tidak ikut, Sayang! hanya Dayi." jawab Afsha sembari menyerahkan Sang Putra pada suaminya.

Keterangan : Anne\= panggilan untuk Hasna. Baba\= panggilan untuk Afnan sebagai pengganti kata Nenek dan kekek. Dayi\= Paman atau Om panggilan untuk Afkha dan Aftha.

Gentala menggendong sang putra dan sebelah tangannya merangkul bahu Afsha. Mereka keluar kamar secara bersamaan. Di lantai bawah dan di sofa ruang tengah yang langsung menghadap tangga. Nampak seorang laki-laki muda tengah terlelap dengan posisi tidur miring ke kanan. Itu adalah Aftha.

"Dayi ...." pekik Gean, ia nampak kegirangan saat melihat Aftha sedang ada di rumahnya. Gean meronta meminta di turunkan dari gendongan Gentala.

"Perlahan, Sayang! Jangan berlari takut jatuh." peringatan Afsha, Gean hanya menyeringai, dan kini sudah berada di depan Aftha serta sudah menggoyangkan tubuh Aftha.

"Dayi anun, main yuk!"

"Eem ... Gean, Dayi masih ngantuk." protes Aftha.

"Nda au, anun Dayi!" rajuk Gean dengan terus menggoyangkan laki-laki belia tersebut agar bangun dari tidurnya. Aftha kini sudah menginjak usia lima belas tahun dan sudah kelas satu MA.

"Ia, ini bangun bawel!" Aftha bangun dengan malas, lalu membuka matanya dengan dipaksakan.

"Mandi Dek, biar segar. Lagian koq kamu tidur di sini, kan bisa di kamar kamu." ucap Afsha yang sudah duduk di hadapan Aftha. Aftha memang memiliki kamar pribadi di rumah manapun yang akan ia datangi, termasuk di rumah kedua kakaknya.

"Kamu bergadang ya Dek? koq terlihat lemas sekali?" tanya Gentala yang ikut duduk di sebelah Afsha.

"Lagi pula koq kamu gak berangkat sekolah. Ini sudah siang loh Dek!" Afsha mengerutkan dahinya, ia merasa bingung kenapa Adiknya belum berangkat ke sekolah.

"Dayi ... Anne dan Baba tidak ada?" tanya Gean dengan bergelayut manja di pangkuan sang paman.

"Astagfirullah ... jawab yang mana dulu nih?" Aftha malah balik bertanya.

"Yang paling penting!" ujar Afsha.

"Huff, oke jawabannya aku rapel ya. Aku baru tidur ba'da Subuh. Mau naik ke atas, malas banget. Lalu ... Aku bolos sekolah hari ini karena ngantuk. Ya aku bergadang semalam, untuk Anne dan Baba tidak ikut ke sini. Karena ...."

"Karena apa Dek?" tanya Afsha mulai khawatir, sang Adik itu hobi sekali menggantung ucapannya ketika ada hal serius atau gawat.

"Hem, mereka sedang di rumah sakit."

"Astagfirullahalazim ... siapa yang sakit Dek?" tanya Afsha terkejut.

"Kak Shanum jatuh dari lantai dua kelas bahasa. Dia sempat tidak sadarkan diri, tadi pas aku pulang sudah sadarkan diri tapi calon bayinya tidak selamat." jawab Aftha penuh penyesalan.

"Innalilahi wa innailaihi rodjiun." ucap Gentala dengan mengusap wajahnya kasar.

"Ya Allah Shanum. Koh, kita harus kesana untuk melihat keadaan Shanum." pinta Afsha dengan menggoyangkan tangan sang suami.

"Iya Aein, sabar! setelah kita sarapan ya." Gentala berusaha menenangkan Afsha.

"Selain itu ...."

"Ya, Dek?" kali ini Gentala yang merasa penasaran dengan kata-kata Aftha yang menggantung.

"A'a Kha ...."

"Ya Allah Dek, ia Aa Kha kenapa?" Afsha tidak sabar menanti kelanjutan dari perkataan Aftha. Gentala mengelus bahu Afsha untuk menenangkannya.

"A'a kha, mengalami kecelakaan mobil di perbatasan kota, semalam." ucap Aftha pada akhirnya.

"Astagfirullahalazim ya Allah. Cobaan macam apa ini?" seketika tubuh Afsha lemas dan kini bersandar pada bahu Gentala dan Gentala segera meraih Afsha kedalam pelukannya.

"Hadapilah nikmat dengan syukur dan terimalah musibah dengan rasa sabar sertakan tabah." Bisik Gentala. Afsha mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya.

Gean yang tidak mengerti apa-apa. Ia malah berceloteh manja pada Aftha dengan menanyakan hal apapun yang ia ingin tanyakan. Termasuk menanyakan kakek dan Nenek uyut-nya yaitu Abi dan Umi.

Semalam Aftha menemani Hasna dan Afnan di rumah sakit. Saat Lintang dan Ubaydillah tiba, Aftha di persilakan pulang oleh Afnan untuk istirahat karena esok hari harus sekolah. Akan tetapi, di ponpes pun ia hanya sendiri selain adanya para santri, karena kakek dan Neneknya atau Abi Kyai dan Umi nyai, saat ini sedang berangkat Umroh.

Maka dari itu Aftha memilih pulang ke rumah sang Kakak Afsha, tentu setelah mendapatkan izin dari kedua orangtuanya. Sekalian juga memberitahukan apa yang terjadi terhadap ipar dan saudara kembarnya kepada Afsha.

"Koh ... aku ingin melihat keadaan Shanum dan melihat A'a Kha."

"Ia Aein, kita akan kesana setelah sarapan."

"Sekarang Koh."

"Aein ... aku paham dengan perasaanmu, dengan kesedihanmu. Karena aku pun merasakan hal yang sama. Akan tetapi, bersedih pun membutuhkan tenaga. Maka dari itu, kamu harus makan terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit. Kalau tidak! maka aku tidak mengizinkan!" tegas Gentala.

"Koh ...." rajuk Afsha dengan mendongakkan kepalanya dan mendapat gelengan yang menandakan tidak menerima bantahan.

Gentala mengajak istri, putra dan Adik iparnya untuk sarapan. Dia pun meminta sopir menyiapkan mobil untuk pergi ke rumah sakit.

Di kamar rawat Shanum.

Shanum baru saja sarapan dan minuma obat. Hatinya di penuhi Dzikir agar tidak gelisah. Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad: 28).

Kini ia sedang menunggu kabar tentang Afkha. Shanum sedang berusaha mengikhlaskan apa yang terjadi.

"Mimma, belum ada kabar dari Biyya?" tanya Shanum.

"Belum, Sayang! mungkin di sana sedang tidak sempat mengabari." jawab Hasna sekedar menenangkan Shanum. Dirinya pun sedang menekan kegelisahan menunggu kabar dari suaminya.

Air mata Shanum kembali meleleh di pipinya, Shanum segera menyekanya menggunakan punggung tangan kanannya. Shanum kembali memanjatkan doa ketenangan hati.

"Allahumma inni as-aluka nafsan bika muthma-innah, tu’minu biliqo-ika wa tardho bi qodho-ika wataqna’u bi ’atho-ika,"

Arti : YaAllah, aku memohon kepadaMu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridho dengan ketetapanMu, dan yangmerasa cukup dengan pemberianMu. (HR Thabrani).

Di rumah sakit tempat Afkha di tangani.

Afnan dan Ubaydillah masih berada di ruang tunggu ICU. Belum ada kepastian kapan Afkha sadarkan diri. Tadi pagi setelah melihat Afkha, Afnan dan Ubaydillah pun menyempatkan melihat korban kecelakaan lainnya yaitu Seorang gadis yang katanya seorang model.

"Sepertinya, luka perempuan itu cukup parah A!" Ubaydillah membuka suara pelan.

"Iya Dek, luka di wajah. Sepertinya terkena serpihan kaca. Astagfirullahalazim." Afnan menghela napasnya.

Seorang petugas medis keluar dari ruang ICU dengan tergesa. Afnan yang melihat petugas medis berjalan cepat ia memegang. Khawatir pada Afkha, Afnan segera menghampiri petugas medis itu.

"Maaf Mas, ada hal serius yang terjadi kepada Putra saya?" tanya Afnan.

"Tidak Pak! Alhamdulillah justru pasien sudah sadarkan diri. Saya mau memanggil dokter." jawab petugas medis.

"Alhamdulillah ...." Afnan dan Ubaydillah berucap syukur secara bersamaan. Petugas medis segera memanggil dokter dan tidak berapa lama team dokter pun tiba di ruang ICU. Mereka segera memeriksa keadaan Afkha.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Allynda Shelly

Allynda Shelly

pokoknya bikin hati adem baca kisah Afnan iki kak rose noor

bahasa Turki muncul disini lagi 😊😊
baca novel sama belajar disini ya mbak2 reader's

2023-01-15

0

titaros

titaros

👍👍👍👍

2022-08-28

0

Rahmawati

Rahmawati

lnjut

2022-05-03

0

lihat semua
Episodes
1 1. Adzraffa Khayru Al-jaris.
2 2. Rhaisanum Almahyra Qurby.
3 3. Kehilangan calon buah hati.
4 4. Kamu Kuat.
5 5. Sadarkan Diri.
6 6. Zeetasha Umaiza Alghist.
7 7. Mengalami Kelumpuhan.
8 8. Cinta?!
9 9. Jomblo Nanggung.
10 10. Si Tampan Resek.
11 11. Tangisan Kyra karena Aftha.
12 12. Jangan jelekin Kak Aaf.
13 13. Amazing mereka berdua.
14 14. Kyra Hilang.
15 15. petak umpat berbahaya.
16 16. Onet.
17 17. Nikahan Massal.
18 18. Henti Jantung.
19 19. Calon Pejuang Halal.
20 20. Wanita yang mirip laki-laki.
21 21. Bisikan untuk Gean.
22 22. Kepergok.
23 23. Menatap Cantik.
24 24. Pawangnya Biyya.
25 25. Kekuatan Gombal.
26 26. Amma sudah Jinak.
27 27. Tambahan Ratu di Rumah Ini.
28 28. Buta dan Lumpuh.
29 29. Buta Juga Lumpuh.
30 30. Pengakuan Afkha.
31 31. Kamu Bisa Menikahinya.
32 32. Aku tidak akan bisa adil.
33 33. Terima Saja.
34 34. Dengan Bismillah, aku menerima tawaran kamu.
35 35. Mahar dari suami Saya.
36 36. Bersedia 'Kan?
37 37. Kekaguman Zethasa pada Shanum.
38 38. Penyambutan untuk Zethasa.
39 39. Bersedia Menjadi Adik Madu.
40 40. Salah Menyebut Nama.
41 41. Menggoda kedua Istrinya.
42 42. Mas bisa menceraikan aku.
43 43. Hatiku Sakit Mendengarnya.
44 44. Dua Makmun.
45 45. Mungkin besok saat ayam jantan mengeong.
46 46. Menyuapi kedua istri.
47 47. Princess.
48 48. Semut cantik nan Shalihah.
49 49. Panggilan Sayang.
50 50. Membahayakan nyawa.
51 51. Hamil lagi.
52 52. Tidur Bersama.
53 53. Empat Alarm.
54 54. Kehamilan salah faham.
Episodes

Updated 54 Episodes

1
1. Adzraffa Khayru Al-jaris.
2
2. Rhaisanum Almahyra Qurby.
3
3. Kehilangan calon buah hati.
4
4. Kamu Kuat.
5
5. Sadarkan Diri.
6
6. Zeetasha Umaiza Alghist.
7
7. Mengalami Kelumpuhan.
8
8. Cinta?!
9
9. Jomblo Nanggung.
10
10. Si Tampan Resek.
11
11. Tangisan Kyra karena Aftha.
12
12. Jangan jelekin Kak Aaf.
13
13. Amazing mereka berdua.
14
14. Kyra Hilang.
15
15. petak umpat berbahaya.
16
16. Onet.
17
17. Nikahan Massal.
18
18. Henti Jantung.
19
19. Calon Pejuang Halal.
20
20. Wanita yang mirip laki-laki.
21
21. Bisikan untuk Gean.
22
22. Kepergok.
23
23. Menatap Cantik.
24
24. Pawangnya Biyya.
25
25. Kekuatan Gombal.
26
26. Amma sudah Jinak.
27
27. Tambahan Ratu di Rumah Ini.
28
28. Buta dan Lumpuh.
29
29. Buta Juga Lumpuh.
30
30. Pengakuan Afkha.
31
31. Kamu Bisa Menikahinya.
32
32. Aku tidak akan bisa adil.
33
33. Terima Saja.
34
34. Dengan Bismillah, aku menerima tawaran kamu.
35
35. Mahar dari suami Saya.
36
36. Bersedia 'Kan?
37
37. Kekaguman Zethasa pada Shanum.
38
38. Penyambutan untuk Zethasa.
39
39. Bersedia Menjadi Adik Madu.
40
40. Salah Menyebut Nama.
41
41. Menggoda kedua Istrinya.
42
42. Mas bisa menceraikan aku.
43
43. Hatiku Sakit Mendengarnya.
44
44. Dua Makmun.
45
45. Mungkin besok saat ayam jantan mengeong.
46
46. Menyuapi kedua istri.
47
47. Princess.
48
48. Semut cantik nan Shalihah.
49
49. Panggilan Sayang.
50
50. Membahayakan nyawa.
51
51. Hamil lagi.
52
52. Tidur Bersama.
53
53. Empat Alarm.
54
54. Kehamilan salah faham.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!