Jagan Salakan aku, jika aku berubah jadi cantik. Dan Jagan salahkan aku jika kau yang yang dulunya jijik padaku. Berubah jadi sayang dan ingin selalu di dekatku.
"Kamu yakin Ra." Sinta memegang pundak Rara. Mempertimbangkan lagi keputusan yang diambil oleh Rara. Tampak air matanya sedikit keluar dari matanya yang menatap Rara sedih.
"Ngak apa-apa kok kak, aku pasti bisa dan bertahan." Rara membulatkan tekadnya. Ia sudah percaya diri sekali untuk lanjut sekolah dan melawan dari intimidasi temannya.
"Semangat." Sinta megepalnya taganya ke atas. Dan langsung memeluk Rara untuk kedua kali. Sinta melepaskan pelukannya. Rara tersenyum dan kemudian berjalan ke arah gerbang sekolah. Hati Rara sedikit takut tapi ia berusaha untuk melawannya.
"Ra.." Seru Sinta dari jauh. Rara menoleh ke belakang.
"Semangat ya." Sinta melambaikan tangan. Rara membalasnya dengan senyuman.
.
.
.
.
Sepatu putih itu melankah berjalan di koridor yang tampak hanya beberapa orang yang berlalu lalang di sana karena jam pelajaran sudah masuk meskipun belum lama. Orang-orang di koridor tampak memperhatikan sosok itu dari jauh.
Dua orang Siswa yang lewat di depan Rara tampak salah tingkah karena terlalu lama menoleh ke arah Rara. Alhasil tubuh mereka berdua terjatuh menabrak kotak sampah plastik.
Rara membuka kenop pintu kelas, namun sebelum itu ia menghirup udara dulu dan mengeluarkan. Kelas yang sebelumnya bising karena tidak ada guru berubah hening seketika lantaran Rara masuk. Seluruh mata di kelas menatap ke arah Rara khususnya para Siswa yang sok ganteng.
Rara yang merasa diperhatikan oleh mereka semua tetap tak peduli dan terus berjalan ke arah banku.
"Ya Tuhan siapa cewek cantik itu." Batin Briyan. Sambil menoleh ke arah Rara yang duduk di bangkunya di belakang di tempat biasa.
Satu kelas masih memperhatikan Rara, tapi Rara tidak peduli ia mengeluarkan buku catatan dan membacanya daripada hanya berdiam diri lebih baik belajar untuk mempersiapkan ulagan Minggu depan.
"Briyan kamu liat apa sih. " Rani teman sebangku Briyan segaligus pacar tampak kesal melihat Briyan menatap Rara sambil tersenyum.
"Briyan liat aku dong." Rani membalikan kepala Briyan untuk megadapnya.
"Apa sih." Briyan dengan sebal berdiri dari tempat duduknya. Rani tampak sewot melihat Briyan yang menghampiri tempat duduk Rara.
"Hei kamu murid baru ya." Tanya Briyan yang terkenal cowok playboy. Rara hanya diam dan menatap sekilas menatap Briyan. Kemudian lanjut membaca buku. Meskipun sudah lama mengilang tak pernah ada kabar. Rara masih ingat Briyan, cowok yang sering membulinya.
"Hei. Aku nanya Lo." Ulang Briyan. Kali ini Rara menatap Briyan dengan penuh kebencian di ekspresinya. Sampai-sampai ia ingin meginjak-injak muka Briyan.
"Pergi." Satu kalimat digin dari Rara.
"Apa?" Briyan mengernyitkan dahi, baru terjadi dalam sejarah Briyan diusir oleh seseorang dan itu cewek. Biasanya juga Cewek-cewek pada kecentilan padanya.
"Apa telinga mu tuli. Aku bilang pergi." Rara memasang muka penuh dendam.
"Santai aja aku kan cuma nanya, siapa tau-."
"Aku bilang pergi." Bentak Rara. Briyan terdiam ia tak menduga cewek itu begitu pemarah.
"Hei sedang apa kalian di situ." Pak Romli guru IPA tiba-tiba datang. Seluruh murid langsung duduk di tempat masing-masing termasuk Briyan. Cowok itu begitu kaget setelah dibentak Rara.
"Sial tu Cewek kurang ajar banget dia sama gue. Awas aja dia, gue bakal bikin malu dia di depan orang banyak." Briyan tersenyum licik. Ia tak terima dirinya di perlakukan begitu.
__
Rara tak pernah sehagia ini dalam hidupnya. Baru pertama kali ini ia membentak salah satu perundungnya di sekolah degan ini Rara berharap ia tidak digangu lagi oleh Briyan.
"Hei anak baru." Seseorang menyeru Rara dengan suara kecil. Rara menoleh ke arah samping tepat di sebrang bankunya berada. Seseorang Siswi berkaca mata dengan rambut di kepang dua. "Nanti istrihat kita ke kantin bareng ya."
___
"Manda Monika."
"Hadir."
"Lidya Pratiwi."
"Hadir."
"Briyan aprizal."
"Hadir." Dengan nada lesuh.
"Rara Wulan."
"Hadir pak." Rara megankat taganya sontak membuat satu kelas heboh. Bagaimana tidak Rara yang terkenal dengan sebutan Manusia arang yang hitam dekil dan cupu beruba layaknya bidadari surga. Satu kelas pun merasa takjub dengan perubahanya sekarang. Beberapa bulan tidak masuk sekolah tanpa kabar, kini ia datang dengan wujud baru.
"Itu beneran si Rara." Tampak Dua siswi yang duduk di banku depan terpecaya.
"Kok dia bisa jadi berubah kayak gitu sih."
"Operasi plastik kali."
"Bukanya dulunya jelek kok bisa jadi cantik gitu sih."
"Wa-wah ane ni."
Dan
Bla bla bla bla bla. Satu kelas membicarakan dirinya, Rara tak peduli dan menulikan telinganya. Ia tetap membaca buku tanpa sedikitpun menoleh ke sekitar yang sedang heboh membicarakannya. Tampak Brian menoleh ke belakang dan menatap Rara dengan megernyitkan dahi.
"Jadi sebenarnya itu Rara, kok mukanya bisa berubah ya. Tapi dia cantik sih." Brian megakui Rara benar-benar cantik. Tidak seperti Rara yang dikenalnya dulu yang item, dekil, cupu lagi.
"Anak-anak tolong semuanya diam." Pak Romli meninggikan suaranya, sontak para murid menurut dan langsung diam daripada kena hukuman walaupun ada yang sebagainya yang masih ngerocos dengan teman sebangkunya.
"Rara ini sudah dekat dengan ujian semester dua dan kamu selama ini selalu absen. Jadi masalah kamu nanti biar Guru Bk yang mengurusnya."
Rara hanya meganguk pasrah, baru pertama kali ini ia masuk ruang Bk benar-benar meyebalkan baginya.
"Baiklah semaunya tolong keluarkan buku latihan kalian semua."
Rara megambil tasnya yang diletakkan di banku samping. Ia merogoh-rogoh bukunya.
"Kok nggak ada ya." Batin Rara.
Rara panik ia memeriksa satu persatu bukunya. dan tidak ada buku latihan Ipa hanya ada catatan. Masalahnya di buku latihan itu ada ulagan dan tugas yang dikumpulkan hari ini. Bisa gawat Rara kalo ngak ada buku itu. Tapi apa boleh buat sudah beberapa kali ia memeriksa tasnya dan tidak ada. Rara harus siap-siap di hukum berdiri di lapangan yang panasnya bukan main. Rara menaruk tasnya kembali. Namun tiba-tiba saja seseorang langsung meletakkan tasnya di situ, Rara mslihat orang itu tak lain tak bukan adalah Siswi berkapang dua berkaca mata bulat yang berbicara padanya tadi.
"Maaf aku numpang duduk di sini ya." Ucapnya sambil duduk tak mempedulikan Rara yang memberi izin atau tidak.
"Iya boleh." Rara terseyum paksa. Sudah lama ia duduk sendiri di banku belakang tanpa ada yang bersamanya. Sekarang seseorang mulai duduk di sampingnya rasanya agak aneh dan tidak betah.
"Hm. Ngomong-ngomong kamu udah selesaikan Pr ini belum." Ucap Siswi itu sambil memperlihatkan soal ulagan di lembaran bukunya.
"Hm..belum aku ngak bawak bukunya." Ucap Rara dengan nada putus asa.
"Kalo begitu kamu boleh liahat punyaku dan salin dibukumu." Ucapnya sambil menyodorkan bukunya ke Rara yang tidak tau menerimanya atau tidak ia agak terlihat cangung.
"Rasanya begini ya bersosialisasi itu." Batin Rara.
"Ini nanti keburu di suruh kumpul lo."
Mendegar hal itu Rara langsung megambil buku itu dan meyalin soal itu di buku catatannya. Rara merasa cangung sekali menulis lantaran gadis di sampingnya terus memperhatikannya terus.
"Aku mau tanya sama kamu. Kamu benaran Rara kan." Ucap gadis itu melihat dari bawah sampai atas.
"Iya, aku beneran Rara kok." Rara menjawabnya dengan agak malas. Ia tidak mau orang-orang menanyainya terus. Itu membuatnya tidak nyaman.
"Oh iya nama kamu siapa ya." Tanya Rara walaupun telah sekelas dengan lama dengan temanya tapi ia belum mengenal nama-nama dari mereka semau. Setidaknya ada yang Rara tidak ketahui.
"He he he he kamu kok, ngak tau sih nama aku, padahal kita udah jadi temen sekelas cukup lama lo." Gadis itu terkekeh sambil menutup mulutnya.
"Iya soalnya aku ngak pernah main sama kalian, makanya agak ngak tau." Rara megaruk rambutnya yang tak terasa gatal.
"Kalau begitu kenalin, nama aku Widya Salsa pangil aja Widya." Widya memperkenalkan dirinya. Rara terseyum kikuk. Merasa jadi orang bloon di dunia karena tidak tau nama teman kelas sendiri. Apalagi duduknya sedekatan.
___
"Hm Wid, kamu ke kantin dulu aja ya. Soalnya aku mau keruang BK." Ucap Rara dengan sedih. Ia terpaksa harus menerima hukuman yang dilontarkan guru BK nanti.
Rara berjalan menuju ruang Bk namun, matanya melihat ke arah seorang cowok yang berdiri dengan tagan memeluk dadah besandar di dinding. Ia tampak melamun. Rara ingat orang ini ia juga teman sekelas Rara tapi ia tidak tau siapa namanya.
Rara berjalan seperti biasa tanpa menghiraukan orang itu. Namun lankahnya tiba-tiba terhenti saat tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"Rara.." Suara itu berasal dari belakangnya. Rara tau Cowok itu yang memangilnya karena tidur ada orang lain di sini selain dirinya. Tempat ruang Bk memang selalu sepih, tidak ada murid yang mau ke tempat terkutuk ini walaupun sekedar nongkrong.
Rara mencoba tak menghiraukan dan tetap berjalan. Tapi tiba-tiba. Taganya ditarik paksa oleh seorang Cowok tadi. Rara sangat kaget. Ia langsung melepaskan tangannya secara kasar.
"Lepasin, kalo kamu berani macem-macem sama aku. Aku Laporin ke ruang guru. Mau." Ancam Rara dengan raut muka marah.
"Ck, gue ngak punya maksud sama lo. Gue cuma beritahu di kepala lo."
Dino menunjuk bagian belakang kepala Rara. Rara mengernyitkan dahi.
"Emang kenapa di kepala gue."
Rara meraba-raba bagian belakang kepalanya. Ada sesuatu di sana, seperti seseatu yang menyangkut. Rara menariknya ternyata sebuah kertas yang ditempel megunakan Tip x kertas bertuliskan " Manusia jadi-jadian." Ucap Rara, ia merasa heran mengapa ia tidak sadar jika ada orang yang menjahilinya seperti itu.
"Lo liat siapa yang nempel ini." Tanya Rara dengan geram. Dino cuma diam dan menunjuk orang degan dagunya yang baru keluar dari pintu masuk ruang Bk. Orang ditunjuk adalah Briyan yang nampak kesal sambil mengacak-acak rambutnya. Rara merasa percaya diri dan langsung melankah menuju Briyan.
"Lo yang nempelin beginian di kepala gue." Rara marah bukan main sambil memperlihatkan kertas itu.
"Kalo iya kenapa?" Briyan tampak merasa tak bersalah.
"Lo tega banget sih, emang gue punya salah sama lo." Bentak Rara kesal.
"Iya banyak malah. Lo bentak gue itu salah." Briyan memeluk dadanya.
"Itukan karena lo sendiri, gue ngak suka dideketin orang begok kayak lo." Rara tampak memasang muka merah padam.
"Eh denger yak, gue ngak suka dibentak atau diusir ngak ada dalam sejarah seorang Briyan diusir dan dibentak, lagian lo kok mulai berani sama gue, bukanya lo kalau gue buliy cuma diam aja." Briyan tampak heran dengan tinkah Rara yang tidak hanya berubah penampilan tapi juga sifat.
"Bukan karena diam berarti gue ngak berani, orang kayak lo ma, cuma musu enteng buat gue." Rara berkacak pinggang.
"Oh ya, kalau gue tantang lo gimana." Briyan tampak takjub dengan sikap berani Rara.
"Ayo siapa takut." Rara tak memikirkan konsekuensi yang ia terima nanti.
"Gue tantang lo buat, ikut kompetisi model kecantikan di sekolah gimana." Briyan dengan nada menantang.
"Baik gue mau. Tapi apa yang gue dapet kalo gue menang." Ucap Rara dengan berani.
"Hm. Kalo lo menang gue ngak akan gangu lo lagi dan gue akan turuti semua kemauan lo gimana."
"Baik gue mau, kalo gue menang terus minta dibelikan rumah gimana. Lo sangup katanya bakal turutin semua kemauan gua." Rara dengan sorot mata yang tajam sambil tersenyum.
"Oke, jagan kan itu lebih dari itu aku sangup kok. Aku kan anak orang kaya." Briyan tampak tak keberatan. Ia memang anak orang kaya, anak dari seorang pengusaha terbesar di kota ini tentunya hal tersebut tidak terlalu berat baginya.
"Tapi, itu kalo menang kalo lo kalah beda lagi ceritanya."
"Gue ngak takut kok. Gue bakal terima." Rara terus berkacak pinggang. Dan mengagap masalah ini enteng.
"Kalo lo kalah gue bakal gangu lo. Ngak hanya itu lo harus jadi pacar gue dan turuti semua kemauan gue gimana." Briyan terseyum licik. Keringat Rara meguyur deras mejalin hubungan dengan orang yang ia benci. Itu tak dimengerti nalarnya. Tapi biar manapun ini ia harus terima supaya Briyan tidak megangunya lagi untuk selamanya, lagipula ia sudah cantik tentu ia pasti menang dan Briyan juga termasuk pria playboy yang suka bosan dengan berpacaran dengan satu orang wanita saja. Setelah itu ia pasti akan diputusi. Rara menyetujui.
"Baik gue mau."
Briyan terseyum senang sambil megambil Kertas kompetisi itu.
"Kompetisi itu diadakan hari Minguh ini. Lo harus siap-siap gue akan datang melihat kalo lo sampai ngak datang. Gue angap lo kalah. ngerti." Ucap Briyan kemudian berlalu pergi dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana bersama Dino.
Rara melihat kertas kompetisi itu, melihat syarat-syarat apa saja yang harus dilakukan.
1 Harus memakai gaun yang seindah munkin saat acara Kompetisi nanti.
2 Peserta harus Siswi yang bersekolah di Smart School.
3 Peserta harus cantik dan seksi munkin untuk memikat para juri.
4 Peserta yang tidak datang akan diangap gugur.
"Cuma itu, aku pasti menang." Batin Rara.
Rara melihat lagi, tempat pendaftaran berada di Ruang Laboratorium. Pendaftaran akan ditutup mulai besok. Hadiahnya adalah uang sebesar 12 juta untuk peserta yang menang akan dapat tiket berlibur ke Jepang Mata Rara melebar hadiah yang dijanjikan sunguh besar ditambah lagi kalo ia menang hadiah dari Briyan siap menanti. Biar bagaimanapun Rara tidak munkin meyiakan kesempatan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments