Dua manusia beda generasi tengah tidur berpelukan. Mereka juga tidak sadar sudah saling berpelukan. Rupanya Ardan menginap di apartemen Neha. Karena semalaman lampu di apartemennya tak kunjung menyala dan Ardan tertidur di sofa bersama Neha.
Ardan membuka matanya dan merasakan kebas di lengan kirinya. Karena Neha tidur di lengannya. Ardan melihat Neha yang masih tidur sambil memeluk dirinya.
“Neha! Neha bangun!”
“Hm…, jam berapa? Aku masih ngantuk!” lirihnya seraya mengeratkan pelukannya.
“Bangun! Sudah jam 5 pagi,” jawab Ardan dengan suara beratnya membuat Neha membulatkan matanya lalu melihat dada Ardan yang tepat di wajahnya.
“Hah…!” jerit Neha mendorong Ardan sampai terjatuh dari sofa.
‘Brukk’
“Aduh..!”
“Om! Maaf.” Neha bangkit turun dari sofa mencoba membantu Ardan.
“Maaf om. Neha tidak sengaja. Neha reflek! Mana yang sakit Om!” tanya Neha memegang lengan Ardan.
''Tidak ada yang sakit!”
''Maaf Om! Neha bantu berdiri ya!" Neha mencoba membantu Ardan berdiri. Namun saat sudah berdiri justru Neha kehilangan yang keseimbangan membuat keduanya terjatuh dengan posisi Neha di atas Ardan diiringi teriakan Neha.
''Aduh pinggangku'' pekik Ardan sambil memejamkan matanya begitu juga Neha.
tak lama mereka sama sama membuka mata dan tatapan mereka saling bertemu, seketika Neha bangkit dan sedikit salah tingkah.
“Eum…! maaf Om.”
''Ya tidak apa-apa'' jawab Ardan menahan sakit pinggangnya dan keduanya dan menjadi salah tingkah.
“Eum… Neha mau ke kamar!'' Neha melangkah namun karena gugup membuat dirinya tidak sengaja tersandung dan membuatnya hampir terjatuh beruntung Ardan sigap merengkuh nya.
“Hati-hati Neha!'' dan sekali lagi tatapan mereka saling bertemu.
Cukup lama mereka saling memandang, jantung keduanya pun sudah tidak bisa lagi diajak kompromi. Deringan ponsel Ardan membuyarkan semuanya. Ardan melepaskan tangannya dari lengan Neha Kemudian mengambil ponselnya di atas meja.
“Arsy,” ucap Ardan saat melihat layar ponselnya.
“Ya Sayang!” seru Ardan mengangkat sambungan ponselnya.
“Papa di mana?”
“Papa menginap di hotel, sebentar lagi Papa pulang!” balas Ardan yang tidak mungkin mengatakan jika menginap di apartemen Neha.
“Oh…! Ya sudah Pa, Papa hati-hati.” Ardan mematikan sambungan ponselnya lalu melihat Neha yang masih di depannya.
''Ya sudah. Om pulang. Arsy sudah mencari Om,'' pamit Ardan yang juga sedikit gugup. Neha hanya mengangguk dan sekilas melihat wajah Ardan.
“Sampai ketemu nanti di sekolah.” Ardan memasukkan ponselnya saku celananya lalu mengambil jasnya. Sebelum keluar Ardan menuju wastafel untuk mencuci wajahnya.
''Hati-hati Om!'' ucap Neha saat Ardan membuka pintu. Ardan tersenyum lalu keluar dari apartemennya.
Neha menutup pintunya dan bersandar di pintu, memegang dadanya yang masih berdegup tak menentu.
”Ya Tuhan! Kenapa dengan jantungku,” gumam Neha membayangkan Wajah Ardan yang masih awet muda dan masih terlihat tampan dibanding usianya. Neha bukan anak kecil lagi. Ia sudah 25 tahun. Cukup dewasa menilai laki-laki matang seperti Ardan.
Ardan yang sudah sampai di rumahnya buru-buru mandi membasahi seluruh tubuhnya dengan air. Bayangan wajah Neha dan baju tidur yang Neha kenakan membuat pikirannya kacau terlebih mengingat semalaman mereka tidur saling berpelukan.
Ardan pria dewasa dan matang dan masih mempunyai hasrat. Tidak heran saat berdekatan dengan Neha yang kini menjelma menjadi wanita dewasa hasratnya menjadi timbul. Mengingat saat Neha memeluknya dengan erat dan dadanya menempel di dadanya itu semakin membuat Ardan tidak tahan.
”Astaga! Apa yang ada dalam pikiranmu Ardan! Dia anak sahabat mu sendiri,” batinnya merutuki dirinya sendiri di bawah shower yang masih mengalir. Namun bayangan Neha tetap menari-nari di pelupuk matanya seakan bayangan Laras perlahan sirna di dalam pikirannya dan teralihkan oleh Neha.
**
Kini Neha sedang berada di parkiran sekolah dan masih berada dalam mobil. Neha juga melihat mobil Ardan dan itu membuatnya semakin gugup. Neha mencoba menguasai kegugupannya sebelum masuk ke dalam sekolah, entah gugup karena ingin interview atau gugup bertemu Ardan, entahlah.
''Ya Tuhan! Kenapa aku menjadi gugup seperti ini,” gumamnya seraya mengatur nafasnya.
''Neha! Dia itu om kamu! Sahabat Papa kamu, tidak lebih! Eng… Tapi kenapa aku semakin gugup! sial…!” gerutunya lagi seraya mengibas ngibaskan tangannya di wajahnya lalu menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Merasa gugupnya sedikit berkurang ia turun dari mobil dan berkas untuk melamar menjadi guru di sekolah Ardan.
Neha berjalan menuju ruangan Nadia dan tidak sengaja melihat Ardan sedang keluar dari ruangannya. Ardan berjalan sambil sibuk dengan ponselnya sehingga tidak mengetahui Neha sedang memperhatikan dari kejauhan.
“Jangan lihat kesini,” gumam Neha sambil berlari kecil menuju ruangan Nadia kemudian ia buru-buru mengetuk pintu ruangan Nadia.
“Masuk!” seru Nadia.
“Neha?”
”Boleh saya masuk Tante!”
"Boleh! Ayo masuk!” jawab Nadia lalu berdiri menyambut Neha kemudian mereka duduk di sofa.
“Apa kabar Neha?” tanya Nadia yang tidak mengetahui maksud kedatangan Neha.
“Baik Tante!”
“Kak! Neha sudah datang!” seru Ardan tiba-tiba dan masih memainkan ponselnya dan tidak tahu jika Orang yang ia cari sudah duduk manis bersama Sang Kakak.
''Sudah!” balas Nadia sedikit heran Kenapa tiba-tiba Ardan menanyakan Neha.
“Ouh! Om pikir kamu gak jadi datang?” ujar Ardan lalu duduk di sofa di seberang Neha.
“kalian sudah janjian?” Ardan dan Neha tersenyum satu sama lain.
''Begini kak. kelas TK kita membutuhkan guru. Jadi aku menawarkan Neha untuk menjadi guru TK di sini, kebetulan Neha juga membutuhkan pekerjaan.'' jelas Ardan melihat Neha dan Nadia bergantian.
“Oh…! Begitu.”
“Iya Tante!” Neha tersenyum malu karena Ardan terus melihatnya.
“Boleh! Memang kami sedang membutuhkan tenaga guru untuk kelas TK. Semoga kamu sabar menghadapi anak-anak kecil!” sambung Nadia.
“Jadi Neha diterima Tante?”
“Iya!”
“Terima kasih Tante!” balas Neha bahagia akhirnya mendapatkan pekerjaan.
“Mulai besok kamu sudah bisa mengajar!” ujar Nadia.
“Oh ya! Untuk berkas-berkasnya, apa kamu sudah membawanya!”
“Oh iya Tante, tadi malam Om Ardan sudah memberitahu persyaratannya.” Neha memberikan map yang berisikan data pribadinya untuk persyaratan administrasi menjadi guru di sekolah.
“Ok! Nanti saya periksa. Selamat bergabung di sekolah Mahendra!” Nadia menyalami Neha.
“Terima kasih Tante! Kalau begitu Neha pamit!”
Nadia tersenyum lalu Neha bangkit dari duduknya di ikuti Nadia dan Ardan.
“Terima kasih Om! Om sudah memberi kesempatan Neha untuk menjadi pengajar di sini!” ucap Neha mengeluarkan tangan pada Ardan.
“Sama-Sama!"
“Kalau begitu saya permisi!”
“Mau Om antar sampai parkiran?” tanya Ardan tanpa sadar dan masih menjabat tangan Neha sedangkan Nadia menggelengkan kepalanya ingin sekali menepuk wajah adiknya dengan map yang ia pegang.
“Tidak Om! Terima kasih! Neha masih hafal jalan koridor sekolah sampai parkiran.” Neha melepaskan jabatan tangannya dan tersenyum malu karena Ardan begitu intens melihatnya.
''Ah.. ! Iya…,hati-hati'' jawab Ardan lalu Neha melangkah keluar ruangan Nadia.
‘Plakkkk’ Nadia menepuk wajah adiknya dengan map.
“Aduh..! Sakit kak!” cicitnya.
“Sejak kapan mata duda Kamu itu genit?” selidik Nadia.
“Apa sih kak! Gak bisa lihat adiknya senang!”
''Oh…! Jadi kamu suka sama Neha?” goda Nadia melihat Wajah Ardan yang begitu bahagia melihat Neha.
“Gak!"
''Jangan bohong!”
''Kalaupun iya! Kenapa? Kita berdua sama sama sendiri tidak terikat hubungan dengan siapapun, sah-sah saja. Neha juga batal menikah sama kekasihnya,” jawab enteng Ardan.
“Jadi kamu ngambil kesempatan?”
“Anggap saja begitu. Tua-tua begini adiknya masih bisa dapatin daun muda!” seloroh Ardan membuat Nadia jengah.
“Sudah tua makin jadi!” ujar Nadia kesal lalu meninggalkan Ardan begitu saja sedangkan Ardan hanya tertawa kecil mengingat Neha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
🍁devi❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
puber ke dua
2022-03-28
0
⏤͟͟͞R◇Adist
tietie om Ardan ...inget encok om..umur udah tua🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
jgn jadi tua tua keladi 🙊🤣🤣🤣🤣🤣
2022-03-13
2
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
ciee ciee om ardan
2022-03-03
0