Acara begitu meriah banyak teman-teman Neha yang hadir membawa suami dan anak-anaknya. Ada juga yang membawa kekasihnya. Namun tidak dengan Neha yang hanya datang sendiri. Akan tetapi tidak membuatnya patah semangat untuk bertemu dengan teman-temannya sewaktu sekolah. Neha mengedarkan pandangannya ia tidak sadar ada pria yang
memperhatikan dirinya dengan seksama lalu pria tersebut tanpa sadar melangkahkan kakinya menghampirinya.
"Neha!” sapanya. Neha menoleh ke arah sumber suara.
"Om…, maaf. Pak Ardan!" balasnya sungkan.
"Om saja! Tidak apa-apa?" jawab Ardan terus melihat Neha.
“Iya Om! Oh iya… Neha turut belasungkawa atas meninggalnya Tante Andin. Maaf Neha tidak bisa datang melayat karena masih di India.”
“Iya Terima kasih. Tidak apa-apa," jawab Ardan sendu.
“Selamat malam Pak Ardan! Hai Neha!” sapa salah satu teman Neha bernama Felicia.
“Malam!” balas Ardan.
“Hai Felicia!” Neha dan Felicia sekilas berpelukan.
“Kalau gitu, aku sama suamiku duduk dulu ya, ribet ini bawa anak!” ujar Felicia lalu berlalu bersama suaminya duduk di kursi yang sudah disediakan
"Oh ya! Mana suamimu? Om dengar dari Papamu, kamu menikah di India?” tanya Ardan yang tidak mengetahui jika Neha membatalkan pernikahannya. Neha tersenyum kecut. lalu sedikit menunduk mengingat Rohit yang selingkuh dengan teman kerjanya di India.
"Neha batal menikah Om, Calon Neha selingkuh! " jawabnya sendu lalu tersenyum menutupi kesedihan.
''Maaf!" balas Ardan merasa bersalah karena sudah menanyakan hal itu dan membuat Neha terlihat sedih.
“Tidak apa-apa om.”
''Ya udah Om, kalau begitu Neha mau gabung sama Feli,” ucap Neha dan diangguki Ardan kemudian Neha melangkah menghampiri Feli sedangkan Ardan duduk bersama guru-guru yang lainnya.
Pandangan Ardan tak lepas dari Neha, namun ia buru-buru mengalihkan pandangannya saat Neha juga tidak sengaja melihatnya. Ardan dan semuanya menikmati acara yang di suguhkan alumni sekolah Mahendra yang didominasi angkatan Neha.
Saat acara berlangsung tiba-tiba ponsel Neha bergetar di dalam tas kecilnya. Neha mengambil ponselnya lalu melihat layar ponselnya yang ternyata dari Sang Mama mengirim pesan.
"Neha … Maaf sayang, malam ini mama dan papa harus kembali ke New York. Adikmu, Naina sakit. Pulang nanti hati-hati ya.”
“Kenapa mendadak pada pergi sih! Naina pakai acara sakit lagi. Dasar manja!”
"Iya Ma. Semoga Naina cepat sembuh."
Begitu balasan Neha lalu kembali menyimpan ponselnya di dalam tasnya. Di waktu bersamaan ponsel Ardan juga bergetar tanda panggilan masuk Ardan melihat layar ponselnya lalu menjauh dari tempat acara untuk menerima panggilan ponselnya.
"Ya Nath, Ada apa?" jawabnya saat menjawab panggilan sambungan ponselnya yang ternyata dari sahabatnya, Nathan.
“Ardan! Aku titip Neha ya, tolong nanti antar dia pulang, tadi waktu berangkat aku yang antar!”
“Lalu…?”
“Dengar dulu brengsek!”
“Iya apa?”
"Naina sakit dan aku harus terbang ke New York malam ini juga. Tolong antarkan Neha pulang ke apartemen." jelas Nathan
''Iya, Ada lagi!”
"Jaga Anakku!” jawab Nathan
“Hm!” Keduanya mematikan sambungan ponselnya masing-masing. lalu Ardan kembali bergabung bersama guru yang lain.
Setelah selesai Ardan Kembali masuk kedalam dan duduk di kursinya kembali. Pemandangannya pun tak lepas dari wajah cantik Neha.
Acara terus berlanjut dengan canda dan tawa hingga tidak terasa acara selesai dan semua yang hadir pulang ke rumah masing-masing. Tidak terkecuali Neha.
“Mau pulang?” tanya Ardan saat melihat Neha berdiri di depan ballroom
“Iya Om, tapi taksi online belum ada yang merespons."
“Om antar pulang ya!”
“Gak usah Om! Nanti ngerepotin."
“Gak apa-apa. Lagian ini udah malam!”
Neha berfikir sejenak tidak baik juga malam-malam pulang sendirian. Lagipula Ardan adalah sahabat Papanya. Neha mengangguk dan sekilas tersenyum.
Ardan tersenyum saat Neha mengangguk setuju mau diantar, lalu keduanya berjalan menuju parkiran.
“Ayo masuk!” ucap Ardan saat membukakan pintu mobilnya.
“Terima kasih Om,” balas Neha lalu masuk kedalam mobil bagian depan kemudian Ardan masuk di bagian kemudi.
Sepanjang perjalanan mereka hanya diam tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana, semua merasa canggung. Entah apa yang membuat mereka canggung. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu.
''Neha!'' panggil Ardan membuka percakapan.
”Iya om.”
“Kamu masih kerja di India?'' Neha menggeleng. Karena semenjak gagal menikah Neha memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
“Sebenarnya Neha lagi cari pekerjaan di sini Om, tapi belum dapat. Om tahu sendiri sekarang cari kerjaan itu susah!” balas Neha sedikit tertawa di ikuti Ardan.
''Di sekolah Mahendra sebenarnya lagi butuh guru untuk Anak TK. Kamu mau gak? Tapi gak sesuai di bidang kamu.”
“Serius om, Neha mau om, dari pada Neha menganggur'' jawab Neha Antusias
“Iya! Tapi benar kamu mau? Anak-anak TK biasanya rewel!”
“Mau Om! Namanya juga anak-anak, yang sudah dewasa dan berumur saja terkadang rewel.” keduanya tertawa tanpa sadar Neha memegang lengan Ardan.
“Baiklah, besok datang saja ke sekolah dan temui Tante Nadia. Besok Om di sekolah juga.
“Iya Om, terima kasih.”
Tak lama mereka sampai di apartemen. Ardan mematikan mobilnya dan tersenyum ke arah Neha.
“Sudah sampai.” ujar Ardan.
“Masuk dulu yuk Om!
“Boleh!” Mereka turun dari mobil dan masuk ke apartemen.
''Silahkan masuk Om!” Ardan masuk kedalam setelah Neha membuka pintu apartemennya.
“Duduk Om!”
“ Iya, terima kasih!”
“Minum apa Om. Teh, kopi, jus, susu.”
“Air putih saja.”
“Tunggu ya om. Neha ambilkan.”
Neha menuju dapur untuk mengambil minuman sedangkan Ardan mengedarkan pandangannya melihat ruangan apartemen milik Nathan. ingatannya kembali saat masih pacaran dengan Laras semasa muda. Karena di ruangan ini lah saksi cinta mereka pernah ada.
“Ini om, silahkan diminum,” ucap Neha mengagetkan lamunannya.
''Terima kasih.”
''Sama-sama. Neha tinggal sebentar ya Om. Mau ganti baju sekalian mengambil berkas untuk besok.” Ardan mengangguk kemudian Neha berjalan ke kamarnya. setelah selesai Mengganti baju, Neha keluar sambil membawa beberapa berkas untuk melamar menjadi guru di sekolah Ardan.
“Ini Om berkasnya. Apa aja yang harus dibawa?” tanya Neha duduk di samping Ardan. Ardan melihat dan memeriksa semua berkas dokumen milik Neha yang besok akan dibawanya.
''Sudah! Ini sudah cukup, yang terpenting kamu sabar sama anak-anak.”
''Iya Om, Neha selalu sabar!'' jawab Neha ambigu seraya menunduk. Ardan tahu apa yang dirasakan Neha. Rasa dimana saat gagal menikah.
“Terkadang kita dipertemukan dengan orang yang salah sebelum dipertemukan dengan orang yang tepat!”
“Iya Om. Om benar. Ya begitulah perjalanan hidup Om. Tentunya Om lebih berpengalaman.”
“Kalau begitu…”
Neha tiba-tiba berteriak saat mendengar suara kilatan Petir yang tiba-tiba menggelegar membuat Neha terkejut memegang lengan Ardan terlebih saat ini lampu pun ikut padam.
''Om takut! Jangan pulang dulu.” cicit Neha menyembunyikan wajahnya di punggung Ardan dan memegang erat lengannya.
“Kamu sudah besar masih saja takut gelap!” balas Ardan lalu the kecil lalu mengusap pundak Neha.
“Neha takut gelap dari kecil Om. Om juga tahu. Pokoknya jangan pulang sebelum lampunya hidup.”
“Iya!”
Neha kini justru memeluk Ardan dari belakang sama saat waktu kecil ketika takut gelap. Ardan merasa sedikit aneh saat Neha terus memeluknya apalagi dada Neha menempel di punggungnya membuat dirinya sedikit gelisah. Bagaimanapun Ardan pria normal terlebih lama menduda. Akan tetapi sebisa mungkin Ardan mengatasi perasaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Fa Rel
neha anak siena kn
2022-06-15
0
🍁devi❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
aahaaiii benih 2, ..nih nihh😅😅
2022-03-28
0
⏤͟͟͞R◇Adist
ini masih bab yg sma kyk judul lama kan
2022-03-13
2