“Shit...!” ucap Ardan merutuki diri sendiri. Otaknya saat ini dipenuhi dengan bayangan Neha.
Ardan duduk bersandar di sandaran tempat tidurnya lalu ia meraih ponsel dan melihat jam di ponselnya, setelah melihat jam Ardan memutuskan untuk ke kamar Arsy.
'Tok-tok' Ardan mengetuk pintu kamar Arsy, Sang Anak.
“Masuk!” Ardan membuka pintu nya
“Arsy!”
“Iya pa!”
“Papa mau keluar, kamu mau ikut?"
“Gak pa! Di rumah aja. Tugas Arsy belum selesai! Aja kak Devan saja.”
“Ok baiklah! Mau pesan apa, nanti papa belikan.”
“Coklat saja Pa!”
“Ok!” Ardan kemudian keluar dari kamar Arsy dan menuju kamar Devan.
“Dev!” panggil Ardan di ambang pintu kamar Devan yang tidak ditutup.
“Ya Pa!”
“Mau ikut Papa ke minimarket gak?”
“Gak Pa! Tugas dari Papa belum selesai dan yang ini Devan belum begitu paham!” Ardan berjalan masuk dan menghampiri Devan di meja belajarnya.
“Ya mana?”
“Ini!”
“Ini gampang Dev, kamu tinggal samakan semua sisinya tapi yang ini dikalikan dulu.”
( authornya ngarang. haha soal apaan itu!)
Ardan mengajari Devan soal matematika yang belum Devan mengerti. Setelah Devan mengerti baru Ardan pamit keluar. Sebisa mungkin Ardan selalu ada saat Sang anak membutuhkan. Agar anak-anaknya tidak merasa kurang perhatian. jika tidak dirinya siapa lagi yang memperhatikan.
“Sudah paham, kan?”
“Sudah Pa!”
“Mau ikut?”
“Gak deh Pa! Mau selesaikan saja soal berikutnya!”
“Ya sudah kalau begitu Papa keluar sebentar ya. Ingatkan adikmu tidurnya jangan terlalu malam!”
“Iya Pa!”
Ardan tersenyum lalu keluar dari kamar Sang anak kemudian ia keluar menuju salah satu minimarket dekat rumahnya.
Sesampainya di minimarket Ardan memilih dan mengambil apa yang ia butuhkan lalu beralih ke tempat jajanan tanpa melihat kanan kiri depan belakang ia terus menyusuri rak rak jajanan. Tiba tiba saat hendak mengambil coklat bersamaan dengan itu ada seseorang yang juga ingin mengambil coklat, akhirnya tangan mereka bersentuhan dan keduanya saling melihat satu sama lain.
'“Om…”
“Neha…!”
“Belanja di sini?”tanya Ardan heran pasalnya minimarket yang sekarang mereka datangi sedikit jauh dari apartemen Neha.
“Ini Om! Neha jalan sama Feli di daerah sini. Kebetulan persediaan air di mobil Feli habis jadi mampir kemari buat beli air minum,” jelas Neha lalu Ardan melihat belanjaan Neha yang ada di keranjang.
“Oh…”
''Neha! Maaf aku harus pulang! Suami ku sudah pulang. Aku duluan ya! Maaf gak bisa antar kamu pulang! Bye…! Selamat malam pak Ardan! Titip Neha!” ucap Felicia terburu-buru lalu meninggalkan Neha tanpa memberi kesempatan Neha untuk bicara. Neha hanya melambaikan tangannya dan melihat Felicia keluar minimarket
''Sudah. Nanti om antar!” ucap Ardan
“Tidak perlu om, Neha naik taksi saja. Nanti malah ngerepotin Om.”
“Tidak apa-apa. Ayo ke kasir!'' jawab Ardan lalu keduanya ke kasir.
''Mbak jadikan satu ya,'' ucap Ardan pada pegawai kasir saat menyerahkan belanjaannya.
“Tapi Om?”
“Tidak apa-apa!” jawab Ardan Santai.
Setelah membayar belanjaannya mereka keluar dan menuju parkiran lalu meletakkan belanjaannya di bagasi mobil. Kemudian Ardan membuka pintu mobil bagian depan.
“Mau main ke rumah Om dulu?”
“Emm…, pulang saja Om. Sudah malam.”
“Baiklah!”
Ardan sedikit menambah kecepatan mobilnya dan menuju apartemen Neha. Sepanjang perjalanan Neha dan Ardan saling diam dan hanya sesekali tersenyum saat tidak sengaja saling menatap. Mereka bingung apa yang harus menjadi bahan obrolan.
“Om!”
“Neha!”
Mereka tertawa kecil Karena memanggil satu sama lain secara bersamaan. Mereka benar-benar canggung satu sama lain.
“Ya udah kamu duluan,” ujar Ardan.
“Em …."
Keduanya justru tertawa kecil. Neha dan Ardan sama-sama menjadi salah tingkah. Neha melihat Ardan sekilas lalu membuang pandangannya begitu juga Ardan. Neha menghela nafas panjang lu tersenyum ke arah Ardan.
“Om punya pacar?” Ardan tertawa kecil lalu sekilas melihat Neha.
“Sudah!”
“Oh!” Wajah Neha berubah sendu lalu tersenyum tipis. Ardan tersenyum dalam hati melihat wajah Neha yang seolah kecewa.
“Orangnya cantik, manis, Sayang sama-sama anak!”
“Pasti yang jadi pacar Om beruntung banget! Om kan kalau udah cinta pasti sayang banget. Sama Tante Andin yang gak begitu Om Cintai saja. Om bisa romantis terus.”
“Kamu bisa saja!”
“Siapa pacar Om? Guru di sekolah?”
“Iya guru baru!”
“Oh!” Neha semakin sendu.
“Kamu mau tahu, siapa pacar Om!”
“Siapa Om?”
“Namanya... Neha Sharma Adam.”
“Eh! Itu aku Om!” Ardan tertawa di ikuti Neha yang juga tertawa sambil memegang lengan Ardan.
“Dulu kamu kalau ditanya, Neha pacar kamu siapa? Kamu jawab, Om Ardan!”
“Apa sih Om! itu kan dulu waktu Neha SD!”
“Kalau sekarang, mau?”
Neha hanya menanggapi dengan tertawa dan tanpa sadar masih memegangi lengan Ardan. Neha bukanya tidak mau hanya saja malu menjawab iya. karena mereka juga baru saja bertemu kembali. Tak begitu lama mobil Ardan masuk ke area apartemen Neha dan langsung masuk ke basement.
“Ayo Om masuk!” ajak Neha saat sampai di unit apartemennya. Ardan Masuk lalu duduk di sofa dengan santainya.
“Mau minum apa Om?”
“Air putih saja!”
“Sebentar Neha ambilkan.” Neha menuju dapur dan mengambilkan air minum untuk Ardan.
“Oh ya Om! Apa ada syarat yang harus Neha tambah?” Neha duduk di samping Ardhan lalu memberikan segelas air putihnya.
“Ada! Kamu harus punya sertifikat pendidik dan kamu harus kuliah lagi minimal satu tahun . Nanti Om bantu.”
“Baiklah Neha mengerti. Menjadi seorang guru juga harus mengantongi izin dari dinas pendidikan. Tidak asal!” Ardan tersenyum dan mengangguk kemudian mengusap rambut Neha seperti anak kecil.
“Iss... Om suka banget berantakan rambut Neha!” Cici Neha sambil merapikan rambutnya dan Ardan hanya tertawa.
Sejenak Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing sambil melihat televisi. Sesekali Neha melirik Ardan begitu juga Ardan diam-diam mencuri pandang Neha.
“Om Ardan ternyata masih terlihat muda dan masih terlihat tampan. Astaga...! Neha apa yang kau pikirkan!” cicit Neha dalam hati.
“Kamu sekarang tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik. Sama seperti mendiang Mama kamu.” batin Ardan sekilas melirik lagi ke arah Neha.
“Om!” panggil Neha tiba-tiba membuat Ardan berpura-pura fokus melihat televisi. Padahal ia juga sedang mengontrol emosi dan detak jantungnya duduk berdekatan dengan Neha bahkan bahu mereka saling bersentuhan.
“Hm!”
“Boleh bersandar sebentar?” Ardan tersenyum melihat manik mata indah Neha kemudian merentangkan satu tangannya. Neha menggeser duduknya dan merebahkan kepalanya di dada Ardan.
“Kamu kenapa?” tanya Ardan.
“Kangen Om!”
”Hah?”
“Maksud Neha kangen sama Papa!”
“Oh!” Ardan tersenyum kemudian mengusap bahu Neha.
“Om pikir kamu rindu sama Om?”
“Iya… Neha memang Rindu sama Om! Rindu dipeluk seperti waktu kecil dulu.”
Mereka tertawa kecil tanpa sadar Ardan mencium pucuk rambut Neha seperti waktu kecil dulu. Tidak terasa Neha justru tertidur membuat Ardan juga ikut tertidur di sofa. Sepertinya mereka nyaman satu sama lain. Bahasa tubuh seseorang yang sedang jatuh cinta memang tidak bisa berbohong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 𝕸y💞 Manis ŔẰ᭄
Next
2022-04-04
1
⏤͟͟͞R◇Adist
mereka yag kasamran cuit cuit malu malu meong knpa aq yg senyum senyum🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-03-13
2
W⃠InDiAna ᶜᶠK🄷An✰͜͡v᭄💋R⃟ 💯
Wkakakakakak 🤣 ini si om om pakai malu malu meong n Neha juga gitu deh pakai curpan segala 🤣🤣
Duh kalian berdua ini ya sama sama suka tapi gengsi.. udah jadian aja umur gak jadi masalah asal cinta n kenyamanan itu ada eh juga kasih sayang 🤭🤭🤭
Bapeer kan🤣🤣🤣🏃🏃🏃
Cusss mau beli coklat🤭🤭
SEMANGAT 💪
2022-03-10
1