Unconditional Love 2

Tangisan yang terdengar pilu, memecah keheningan bilik toilet perempuan. Nadira terus menghapus air matanya yang dengan senang hatinya terus terjun menciptakan titik-titik basah pada rok abu-abu Nadira. 

"Aku ingin melawannya, akan tetapi sangat sulit untuk kulakukan," gumam Nadira, yang seakan menyadari kelemahannya. 

Tidak pernah ada yang memperhatikan mata sembab Nadira saat gadis tersebut keluar dari toilet. Sesungguhnya Nadira sangat ingin ada seseorang yang memberikannya perhatian, walau hanya sekadar basa-basi mungkin itu akan lebih menyenangkan hatinya karena kehadirannya dihargai. Namun, kenyataannya adalah nihil, tidak ada yang memberikan basa-basi itu. Jangankan untuk sebuah basa-basi, bahkan Nadira tidak pernah mendengar seseorang menyapanya saat berpapasan. 

Duduk di bangku taman, seraya menyibak tiap lembar halaman buku novel yang dibacanya. Hanya novel teman sejatinya, lalu bagaimana dengan Farhan? Sebenarnya Nadira tidak begitu menganggap kesediaan Farhan menjadi sahabatnya dengan sungguh-sungguh. Baginya, manusia adalah makhluk yang mudah datang dan mudah pergi walau tanpa ada alasan dibaliknya. Lalu tentang Farhan, Nadira menganggap lelaki tersebut sama dengan ungkapannya. 

"Hai," sapa seseorang, yang tanpa sengaja menghentikan kegiatan Nadira menuju alam penuh ilusi dalam novel. 

Nadira menurunkan buku novel yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Gadis tersebut mendapati Farhan telah tersenyum lebar seraya menatapnya dengan binar yang jelas. Nadira juga melihat Farhan membawa sebungkus roti dan satu botol air mineral bersamanya. 

"Tidak makan?" tanya Farhan. 

"Tidak." Geleng kepala Nadira, nyatanya semakin melebarkan lengkungan pada bibir Farhan. 

"Kalau begitu, kita makan roti ini berdua," usul Farhan, sembari menyibukkan tangannya untuk membuka bungkus roti, lalu membagi roti tersebut menjadi dua, untuk diberikannya satu pada Nadira. 

"Temani aku sarapan, ya," sambung Farhan, seraya menyodorkan separuh roti yang dibelinya kepada Nadira. 

"Kamu belum sarapan? Kalau begitu, kamu habiskan saja semuanya." Nadira sebenarnya enggan menerima roti yang diberikan Farhan untuknya. Mendengar lelaki di sampingnya telah melewatkan makan paginya, Nadira tidak ingin Farhan membagi roti hanya untuk dirinya.

"Aku tidak berselera menghabiskan roti ini sendirian," tutur Farhan. "Lagi pula aku sudah mencuci tangan sebelum memegang roti ini," sambungnya, berusaha meyakinkan Nadira.

Nadira menerima roti pemberian Farhan untuk menyenangkan lelaki tersebut, dan benar saja, Farhan dengan lahap memakan separuh roti yang dimilikinya saat melihat Nadira ikut memakan separuh roti yang diberikannya. Mereka berdua lekas menghabiskan satu roti yang dibagi menjadi dua tersebut, lalu meminum air mineral yang telah dibeli oleh Farhan. 

Sinar matahari tidak begitu terik, hanya menghangatkan dan itu sangat nyaman untuk Nadira. Berbincang berdua bersama Farhan untuk menghabiskan waktu istirahat, ternyata mampu menghapus kesedihan Nadira pada hari itu. Mendengar kelakar Farhan yang tiada henti, membuat Nadira memiliki alasan untuk tertawa. Hari itu sangat menyenangkan, bersama Farhan adalah hal yang menyenangkan, dan Nadira bersyukur untuk itu. 

...----------------...

Berita di televisi yang sering menayangkan perihal bencana meletusnya Gunung Merapi hingga menyebabkan tiga ratus lima puluh tiga korban meninggal dunia, cukup membuat resah para pendengarnya. Ada yang turut bersedih membayangkan nasib sanak saudara mereka yang mungkin ada di sana. Ada juga yang bersedih walau tanpa ada sanak saudara mereka di tempat kejadian tersebut, karena anggapan orang seperti itu adalah semua yang terlahir di tanah Nusantara adalah saudara mereka. 

Nadira turut merasakan kesedihan yang serupa, walau tidak ada saudaranya di sana. Membayangkan berapa banyak hati yang patah saat orang tersayang mereka dinyatakan sudah tak bernyawa. Membayangkan betapa pilunya tangisan anak-anak saat mendapati kedua orang tua mereka mungkin telah berpulang pada pelukan Sang Maha Kuasa. Masih banyak syukur yang dapat Nadira lantunkan untuk berterimakasih atas segala nasib baiknya jika dibandingkan dengan orang-orang di lokasi kejadian. 

"Berkumpulnya kita di sini adalah untuk merancang program kerja yang sasarannya untuk para korban bencana alam meletusnya Gunung Merapi," ucap Sang Ketua Osis untuk mengutarakan maksud dan tujuannya mengumpulkan para anggota Osis.

"Kami meminta sebanyak-banyaknya usulan untuk dipertimbangkan demi memberikan yang terbaik untuk saudara kita di lokasi bencana alam," sambung Wakil Ketua Osis. 

"Naufal, aku akan menjadi yang pertama mengutarakan usulanku," ucap Kesya dengan girang, dan langsung mendapat perhatian dari Sang Ketua Osis. 

Naufal adalah nama dari Sang Ketua Osis, lelaki tersebut sangat berwibawa dan layak memegang jabatannya sebagai Ketua Osis SMA Cakra Buana. Kesya yang begitu mengidolakan Naufal sejak pertama kali dirinya mengenal Naufal saat duduk di bangku sekolah menengah pertama, tidak pernah kehabisan akal untuk mencari perhatian dari Sang Ketua Osis tersebut.

"Katakan," pinta Naufal dengan serius, karena program kerja tersebut ia rancang dengan sungguh-sungguh. 

"Baiklah. Bagaimana kalau kita mengadakan bakti sosial, dengan menarik sumbangan di lingkungan sekolah kita untuk menjadi langkah yang pertama, lalu disambung dengan melakukan hal yang serupa di lingkungan masyarakat sekitar," ucap Kesya dengan lugas mengutarakan usulannya. 

"Baik, dapat dimengerti. Lalu untuk mengadakan bakti sosial di lingkungan masyarakat, kita akan melakukannya dengan cara seperti apa?" tanya Naufal. 

"Untuk di lingkungan masyarakat, kita dapat mendatangi rumah-rumah, atau meminta bantuan RT setempat, serta mengadakannya di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, atau yang lainnya," jawab Kesya. 

"Bagaimana apa ada yang bisa menambahkan?" Naufal kembali bertanya. 

Hanya hening yang didapatkan Naufal dari pertanyaannya. Ditatapnya satu-persatu para rekan organisasinya. Ada yang bungkam menundukkan kepalanya, ada yang pura-pura berpikir, ada yang pura-pura menulis, dan ada yang pura-pura berdiskusi. Naufal hanya memperhatikan para rekannya selama sepuluh menit dengan harapan akan mendapatkan usulan selanjutnya. Namun semua itu kosong, kenyataannya memang mereka semua hanya berpura-pura, hingga tatapan Naufal akhirnya tertuju pada gadis berkacamata yang menundukkan kepalanya di bangku paling sudut. 

"Kamu, yang duduk di sudut." Suara Naufal memecah keheningan, membuat Nadira yang merasa terpanggil mendongakkan kepalanya. 

Banyak yang mengucapkan syukur dalam hati karena akting mereka dalam berpura-pura sibuk, akhirnya berhasil. Sebenarnya tidak ada yang melintas di benak mereka hingga berpura-pura sibuk dijadikannya sebagai jurus paling ampuh untuk terhindar dari pertanyaan sulit yang dilontarkan Naufal. 

"Saya?" Tunjuk Nadira pada dirinya sendiri. 

"Iya, kamu." Naufal mengangguk. "Nadira, saya minta usulan kamu untuk program kerja Osis kali ini," sambungnya. 

Dengan ragu-ragu dan kecanggungan yang besar hinggap dalam dirinya, Nadira tetap memberanikan diri untuk mengutarakan usulan yang terpendam dalam otaknya sejak awal. "Usulan saya adalah dengan mengadakan sebuah pameran seni," ucapnya, disambut gelak tawa dari Kesya dan kedua temannya. 

"Pameran seni? Naufal, usulan itu sama sekali tidak masuk akal. Kita membicarakan tentang bencana alam, tapi dia justru ingin mengadakan pameran. Kita membahas rencana untuk ajang belasungkawa, bukan ajang untuk mencari apresiasi," sanggah Kesya dengan cepat. 

"Diam, Kesya! Kita bisa dengarkan dulu maksudnya," tegas Naufal. "Lanjutkan, Nadira," sambungnya memberi kesempatan Nadira untuk menjelaskan. 

Nadira mengangguk mantap, sebelum melanjutkan penjelasannya. "Diingat salah tujuan pameran adalah untuk ajang sosial kemanusiaan, kita dapat kaitkan tujuan ini dengan topik pertama kita. Kita akan mengadakan pameran, yang akan melibatkan banyak sekolahan di dalamnya. Lalu hasil dari penjualan karya yang kita peroleh akan kita alokasikan untuk para korban bencana alam," paparnya. 

"Itu hanya akan membuang-buang waktu saja!" sanggah Kesya dengan cepat. 

"Jangan hiraukan dia, lanjutkan saja, Nadira," ucap Naufal, yang tampak mulai tertarik dengan usulan Nadira. 

"Yang ingin saya dapatkan dari rencana ini bukanlah besaran anggaran yang akan kita peroleh. Melainkan dari kesungguhan para generasi muda untuk membantu para korban bencana alam. Di sini bukan hanya kita yang akan berperan penting, melainkan akan ada banyak siswa dari banyak sekolahan, dan juga para kolektor serta pengunjung yang berkenan membeli karya para seniman muda kita." Dengan bersemangat Nadira kembali memaparkan maksudnya.

"Beri tepuk tangan untuk Nadira," ucap Naufal, yang disambut oleh tepuk tangan dengan antusias dari para rekan-rekan organisasi. 

Nadira merasa tersanjung dengan apresiasi yang diberikan Naufal atas usulannya. Gadis tersebut tidak menyangka jika idenya akan mendapat tepuk tangan meriah dari rekan organisasinya. Namun kebahagiaan tersebut mendadak sirna, saat melihat tatapan tajam Kesya yang seperti hendak menelannya hidup-hidup. 

"Baiklah terima kasih, Nadira. Jika program kerja yang kamu usulkan tadi mendapat persetujuan dari Kepala Sekolah, maka kamu harus siap-siap sibuk mempersiapkan rencana ini dengan saya," pesan Naufal, dibalas anggukan oleh Nadira. 

"Terima kasih juga untuk semuanya, kehadiran kalian sangat berarti untuk kesuksesan organisasi kita," sambung Naufal. "Kalau begitu saya tutup rapat ini, dan kalian dapat kembali ke rumah masing-masing, sekarang," lanjutnya. 

Meja rapat mulai ditinggalkan oleh para empunya. Nadira juga ikut keluar dari ruang Osis tersebut dengan langkah cepat untuk segera pulang, dengan tujuan agar terhindar dari amukan Kesya yang mungkin akan diberikan untuknya. 

Terpopuler

Comments

Kak Icha

Kak Icha

Semoga sukses Thor Niffi 🥰

2022-07-23

0

Kymilla Cania Juita

Kymilla Cania Juita

Semangat Thor

2022-03-31

0

Alitha Fransisca

Alitha Fransisca

Lanjut Thor semangat!!!

2022-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 Rintihan Terlepas
2 Unconditional Love 2
3 Unconditional Love 3
4 Unconditional Love 4
5 Unconditional Love 5
6 Unconditional Love 6
7 Unconditional Love 7
8 Unconditional Love 8
9 Unconditional Love 9
10 Unconditional Love 10
11 Unconditional Love 11
12 Unconditional Love 12
13 Unconditional Love 13
14 Unconditional Love 14
15 Unconditional Love 15
16 Unconditional Love 16
17 Unconditional Love 17
18 Unconditional Love 18
19 Unconditional Love 19
20 Unconditional Love 20
21 Unconditional Love 21
22 Unconditional Love 22
23 Unconditional Love 23
24 Unconditional Love 24
25 Unconditional Love 25
26 Unconditional Love 26
27 Unconditional Love 27
28 Unconditional Love 28
29 Unconditional Love 29
30 Unconditional Love 30
31 Unconditional Love 31
32 Unconditional Love 32
33 Unconditional Love 33
34 Unconditional Love 34
35 Unconditional Love 35
36 Unconditional Love 36
37 Unconditional Love 37
38 Unconditional Love 38
39 Unconditional Love 39
40 Unconditional Love 40
41 Unconditional Love 41
42 Unconditional Love 42
43 Unconditional Love 43
44 Unconditional Love 44
45 Unconditional Love 45
46 Unconditional Love 46
47 Unconditional Love 47
48 Unconditional Love 48
49 Unconditional Love 49
50 Unconditional Love 50
51 Unconditional Love 51
52 Unconditional Love 52
53 Unconditional Love 53
54 Unconditional Love 54
55 Unconditional Love 55
56 Unconditional Love 56
57 Unconditional Love 57
58 Unconditional Love 58
59 Unconditional Love 59
60 Unconditional Love 60
61 Unconditional Love 61
62 Unconditional Love 62
63 Unconditional Love 63
64 Unconditional Love 64
65 Unconditional Love 65
66 Unconditional Love 66
67 Unconditional Love 67
68 Unconditional Love 68
69 Unconditional Love 69
70 Unconditional Love 70
71 Unconditional Love 71
72 Unconditional Love 72
73 Unconditional Love 73
74 Unconditional Love 74
75 Unconditional Love 75
76 Unconditional Love 76
77 Unconditional Love 77
78 Unconditional Love 78
79 Unconditional Love 79
80 Unconditional Love 80
81 Unconditional Love 81
82 Unconditional Love 82
83 Unconditional Love 83
84 Unconditional Love 84
85 Unconditional Love 85
86 Unconditional Love 86
87 Unconditional Love 87
88 Unconditional Love 88
89 Unconditional Love 89
90 Unconditional Love 90
91 Unconditional Love 91
92 Unconditional Love 92
93 Unconditional Love 93
94 Unconditional Love 94
95 Unconditional Love 95
96 Unconditional Love 96
97 Unconditional Love 97
98 Unconditional Love 98
99 Unconditional Love 99
100 Unconditional Love 100
101 Unconditional Love 101
102 Unconditional Love 102
103 Unconditional Love 103
104 Unconditional Love 104
105 Unconditional Love 105
106 Unconditional Love 106
107 Unconditional Love 107
108 Unconditional Love 108
109 Unconditional Love 109
110 Unconditional Love 110
111 Unconditional Love 111
112 Unconditional Love 112
113 Unconditional Love 113
114 Unconditional Love 114
115 Unconditional Love 115
116 Unconditional Love 116
117 Unconditional Love 117
118 Unconditional Love 118
119 Unconditional Love 119
120 Unconditional Love 120
121 Unconditional Love 121
122 Unconditional Love 122
123 Unconditional Love 123
124 Unconditional Love 124
125 Unconditional Love 125
126 Unconditional Love 126
127 Unconditional Love 127
128 Unconditional Love 128
129 Unconditional Love 129
130 Unconditional Love 130
131 Unconditional Love 131
132 Unconditional Love 132
133 Unconditional Love 133
134 Unconditional Love 134
135 Unconditional Love 135
136 Unconditional Love 136
137 Unconditional Love 137
138 Unconditional Love 138
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Rintihan Terlepas
2
Unconditional Love 2
3
Unconditional Love 3
4
Unconditional Love 4
5
Unconditional Love 5
6
Unconditional Love 6
7
Unconditional Love 7
8
Unconditional Love 8
9
Unconditional Love 9
10
Unconditional Love 10
11
Unconditional Love 11
12
Unconditional Love 12
13
Unconditional Love 13
14
Unconditional Love 14
15
Unconditional Love 15
16
Unconditional Love 16
17
Unconditional Love 17
18
Unconditional Love 18
19
Unconditional Love 19
20
Unconditional Love 20
21
Unconditional Love 21
22
Unconditional Love 22
23
Unconditional Love 23
24
Unconditional Love 24
25
Unconditional Love 25
26
Unconditional Love 26
27
Unconditional Love 27
28
Unconditional Love 28
29
Unconditional Love 29
30
Unconditional Love 30
31
Unconditional Love 31
32
Unconditional Love 32
33
Unconditional Love 33
34
Unconditional Love 34
35
Unconditional Love 35
36
Unconditional Love 36
37
Unconditional Love 37
38
Unconditional Love 38
39
Unconditional Love 39
40
Unconditional Love 40
41
Unconditional Love 41
42
Unconditional Love 42
43
Unconditional Love 43
44
Unconditional Love 44
45
Unconditional Love 45
46
Unconditional Love 46
47
Unconditional Love 47
48
Unconditional Love 48
49
Unconditional Love 49
50
Unconditional Love 50
51
Unconditional Love 51
52
Unconditional Love 52
53
Unconditional Love 53
54
Unconditional Love 54
55
Unconditional Love 55
56
Unconditional Love 56
57
Unconditional Love 57
58
Unconditional Love 58
59
Unconditional Love 59
60
Unconditional Love 60
61
Unconditional Love 61
62
Unconditional Love 62
63
Unconditional Love 63
64
Unconditional Love 64
65
Unconditional Love 65
66
Unconditional Love 66
67
Unconditional Love 67
68
Unconditional Love 68
69
Unconditional Love 69
70
Unconditional Love 70
71
Unconditional Love 71
72
Unconditional Love 72
73
Unconditional Love 73
74
Unconditional Love 74
75
Unconditional Love 75
76
Unconditional Love 76
77
Unconditional Love 77
78
Unconditional Love 78
79
Unconditional Love 79
80
Unconditional Love 80
81
Unconditional Love 81
82
Unconditional Love 82
83
Unconditional Love 83
84
Unconditional Love 84
85
Unconditional Love 85
86
Unconditional Love 86
87
Unconditional Love 87
88
Unconditional Love 88
89
Unconditional Love 89
90
Unconditional Love 90
91
Unconditional Love 91
92
Unconditional Love 92
93
Unconditional Love 93
94
Unconditional Love 94
95
Unconditional Love 95
96
Unconditional Love 96
97
Unconditional Love 97
98
Unconditional Love 98
99
Unconditional Love 99
100
Unconditional Love 100
101
Unconditional Love 101
102
Unconditional Love 102
103
Unconditional Love 103
104
Unconditional Love 104
105
Unconditional Love 105
106
Unconditional Love 106
107
Unconditional Love 107
108
Unconditional Love 108
109
Unconditional Love 109
110
Unconditional Love 110
111
Unconditional Love 111
112
Unconditional Love 112
113
Unconditional Love 113
114
Unconditional Love 114
115
Unconditional Love 115
116
Unconditional Love 116
117
Unconditional Love 117
118
Unconditional Love 118
119
Unconditional Love 119
120
Unconditional Love 120
121
Unconditional Love 121
122
Unconditional Love 122
123
Unconditional Love 123
124
Unconditional Love 124
125
Unconditional Love 125
126
Unconditional Love 126
127
Unconditional Love 127
128
Unconditional Love 128
129
Unconditional Love 129
130
Unconditional Love 130
131
Unconditional Love 131
132
Unconditional Love 132
133
Unconditional Love 133
134
Unconditional Love 134
135
Unconditional Love 135
136
Unconditional Love 136
137
Unconditional Love 137
138
Unconditional Love 138

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!