Bab 5

“Maaf Ustad, saya tidak tahu ada ustad di belakang saya.”

 

“Tidak apa, saya juga minta maaf.” Pria berkacamata itu berlalu meninggalkan Tamara sendiri mematung disana.

 

 

“Apa yang ustad Ziddan lakukan di belakangku tadi ya,” gumamnya

 

 

Tamara mengacuhkan pertanyaanya di kepala. Ia berniat untuk kembali merenungkan nasibnya.

 

 

***

 

Satu bulan setelah kelulusan.

 

Tamara sore ini sudah ada janji dengan Reza, mereka berdua ingin membicarakan lamaran itu. Orang tua Reza juga sudah menyetujui hubungan mereka. Bahkan Ayah dan Ibunya Reza sangat senang dengan gadis itu.

 

 

Saat Tamara akan melangkah membuka gerbang, terlihat sebuah mobil yang sangat ia kenali itu datang.

 

 

Yap. Mobil Ayahnya tiba pada saat ia akan menemui Reza. Ia terkejut sebab Ayahnya tak menghubunginya jika akan berkunjung hari ini.

 

 

Tamara menyalami kedua orang tuanya yang baru turun dari mobil. Ketiganya saling berpeluk hangat melepas rindu. Kerinduan Tamara sangat dalam kepada keluarganya.

 

Sejak dikirimnya ke pondok itu Tamara hanya di jenguk selama dua kali saja. Dan satu kali pulang ketika libur idhul fitri.

 

“Aku sangat rindu, Bu,” ucapnya dalam pelukan itu

 

“Kerinduan Ibu melebihi kerinduanmu kepada ibu, Nak.” Wanita dewasa itu mengelus kepala anaknya.

 

“Ayah dan Ibu kesini membawa kejutan kecil,” kata Ayah

 

“Apa itu?”

 

Tiba-tiba pintu mobil belakang terbuka,

 

“Kakak.......” Tubuh kecil itu berlari menghampiri

 

“Difa......”

 

“Jadi ini kejutannya, kejutannya terlalu kecil, Yah. Tamara kira akan dibelikan sesuatu. Hahaha,” canda Tamara. Mereka semua tertawa menggoda Difa yang terlihat memajukan bibir merahnya hingga menyentuh hidung.

 

“Difa kangen sekali sama kakak. Apa kakak ga kangen sama aku?”

 

“Tentu kakak kangen dong, Dek.”

 

Tamara dengan perasaan bahagianya masih belum menyadari bahwa ia telah mengingkari janjinya untuk bertemu dengan Reza. Pria tampan itu sudah menunggunya  hampir satu jam yang lalu.

 

 

Reza sudah mulai agak kesal karena Tamara tak kunjung datang hingga waktu magrib tiba.

 

Reza membalikkan tubuh kekarnya, ia mengurungkan niatnya untuk bertemu Tamara kali ini. Tidak biasanya bidadari Reza itu mengingkari janji.

 

Perasaan Reza mulai tak enak. Usai sholat magrib di toko laki-laki itu memutuskan untuk melihat keadaan pondok. Atas rasa penasarannya, Reza mencari tahu ke pondok secara sembunyi-sembunyi. Ia mengintai dari luar.

 

Tapi hal itu diketahui oleh Rista yang hendak ke kamar setelah selesai setor ayat kepada Umi.

 

Tamara sudah lebih dulu selesai, ia dipercepat karena masih ada keluarganya yang bertamu.

 

Adiknya juga masih tak ingin melepaskan kakak tercantiknya. Difa masih saja berpangku manja dengan Tamara.

 

Reza kemudian memberanikan diri masuk ke halaman pondok. Rista membantunya masuk dan menunjukkan ruangan dimana Tamara dan keluarganya berkumpul.

 

Tetapi ada seseorang yang menghadangnya. Terjadi sedikit keributan disana antara Reza dan ustad Ziddan, karena ustad Ziddan tak mengizinkan Reza menemui Tamara begitu saja. Tamara yang mendengar suara Reza berteriak memanggil namanya kemudian keluar menemui Reza. Semua yang ada di ruang tamu pun ikut menyusul Tamara. Memastikan kejadian apa yang sedang terjadi.

 

Abi melerai keduanya kemudian mengizinkan Reza masuk, dan menyuruh ustad Ziddan untuk menggantikan Abi menerima setoran ayat para santri. Setelah semua tenang barulah Abi memecah keheningan itu dengan sebuah pertanyaan untuk Reza.

 

“Nak Reza, ada perlu apa kesini? Apakah Ayah nak Reza yang menyuruh kesini?” tanya Abi.

 

Abi memang sudah mengenal Reza karena selain tetangganya yang kaya, Ayahnya juga sering mengirimkan sumbangan untuk pesantren setiap bulannya. Tetapi karyawannya yang diperintah untuk mengirimkan sumbangan tersebut.

 

“Tidak, Abi. Saya kesini bermaksud baik sebenarnya. Saya ingin menyampaikan ini kepada Ayah Tamara.”

 

Semua terdiam mendengar apa yang Reza ucapkan. Abi dan Umi semakin tidak mengerti kenapa pria itu bisa mengenal Tamara dan apa yang ingin ia sampaikan kepada Ayah Tamara.

 

“Om, dengan segala hormat saya kepada Om.” Reza menarik nafasnya dalam-dalam.

 

“Saya ingin melamar putri tercantik Om ini,” ucapnya dengan jelas.

 

 

“Melamar? Anak saya? Tamara?”

Ayah membelalakkan matanya. Menelusuri wajah Tamara dengan teliti.

 

“Iya Om, Tamara. Saya jatuh cinta dengan anak Om.”

 

“Tapi anak Om ini masih bocah yang baru lulus SMA satu bulan lalu. Usianya masih sangat muda untuk menikah.”

 

“Maaf Nak, Om tidak bisa menikahkan Tamara terlalu cepat. Om tidak mau Tamara menikah muda. Om ingin Tamara mengejar mimpinya dulu,” ucap Permana dengan nada lemah.

 

Reza masih mencoba berusaha meyakinkan Ayah Tamara. Sedangkan Tamara hanya bisa menunduk tanpa berani menatap Ayahnya. Sifatnya sudah berubah menjadi lebih lembut saat mondok. Tidak seperti dulu yang suka melawan omongan Ayahnya.

 

Tamara juga hanya bisa pasrah atas keputusan Ayahnya nanti, ia berdoa dalam diamnya. Semoga perjuangan Reza menghadapi Ayahnya berbuah manis.

 

 

Bagaimana perjuangan Reza selanjutnya?

Terimakasih kesayanganku sudah setia membaca novel ini 🥰🥰🥰 Lope lope buat kalian semuaa. Love uuuuuu 😍😍😍😍😍😘😘😘😘

 Jangan Lupa Komen, like, dan dukung aku terus yaa. sayang kalian semua 😘😘😘😘😘

 

Terpopuler

Comments

KesyaArni

KesyaArni

To the point aj nih...

2022-03-03

1

_Ndah

_Ndah

bikin lemes ni si Om Permana 😌

2022-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!