Bab 2

Pertemuan Tamara dengan Reza berawal dari pesantren ini. Rumah Reza dekat dengan pesantren tempat dimana Tamara mondok. Ketika Tamara dan Rista keluar untuk membeli kebutuhan pribadi di toko terdekat , Tamara dan Rista di hadang oleh segerombol pemuda nakal.

Tamara dengan sifat tomboy nya tak pernah takut dengan gangguan pemuda itu. Tamara menghadapinya dengan santai karena ia jago silat. Hanya saja dia baru ingat kalau ia menggunakan sarung. Tentu saja itu akan menyulitkan untuk melawan.

Rista sedari tadi sudah sangat ketakutan. Ia tak mengira ada pemuda seperti itu di desa ini.

Saat Tamara memajukan diri, segerombol pemuda itu semakin menjadi. Ia ingin menangkap Tamara gadis yang sangat cantik itu untuk menjadi mangsa nya malam ini. Rista diminta untuk berlari oleh Tamara. Tapi Rista tak tega, ia berteriak meminta bantuan kepada warga.

Jalanan yang ia lewati memang cukup sepi malam itu, tak seperti biasanya.

Satu tangan pemuda telah berhasil memegang tangan berkulit putih itu. Mereka menarik Tamara. Tapi tiba-tiba dari belakang segerombol pemuda itu ada seorang pria tampan dengan beraninya menendang punggung mereka satu persatu dengan cepat.

Semua tercengang memperhatikan aksi pria itu. Tak satu pun dari mereka bisa bangkit kembali dari kekalahannya melawan pria tampan itu. Mereka memilih mundur dan membiarkan dua gadis itu berlalu.

Reza gegas berlari menghampiri Tamara dan Rista yang tampak ingin cepat menghilang.

“Tunggu..” teriak Reza

Mereka berdua berhenti, membalikkan badan dan mengucapkan terima kasih.

“Hanya terima kasih saja?”

“Banyak gadis yang ingin mengenalku. Apa kalian tak ingin mengenalku juga? Namaku Reza,” ucap pria itu

“Aku Tamara dan ini Rista. Terimakasih Reza. Aku tak tau apa jadinya aku jika tak ada kamu,” ucap Tamara yang sudah membayangkan hal buruk akan terjadi.

Reza adalah warga sekitar pondok yang jago bela diri. Satu kampung bahkan sudah mengenalnya.

Gadis di desa itu juga banyak yang menyukai laki-laki itu. Sama halnya dengan Tamara yang tampaknya akan menyukainya.

“Kamu sepertinya anak kota ya?”

“Iya, aku baru saja masuk pondok sore tadi.”

Rista menarik tangan Tamara agar tak lebih lama lagi mengobrol. Karena pasti nanti Umi marah jika mereka melanggar aturan.

“Maaf kami harus kembali.”

Sesampainya di gerbang pondok, sudah ada umi dan juga suaminya, Haji Maskuri. Mereka cemas mengkhawatirkan keduanya yang belum pulang.

“Assalamu’alaikum. Maaf Umi, Abi, kami terlambat. Jangan hukum kami,” ucap Rista gemetar

Tamara hanya menundukkan kepala. Rista berniat ingin mengatakan semuanya yang terjadi tadi. Tapi di tahan oleh Tamara dengan mencubit tangannya. Tamara tahu jika Rista lapor pasti urusannya akan menjadi panjang dan tidak di izinkan lagi keluar. Bahkan Ayahnya akan diberi tahu tentang hal ini.

“Kalian kenapa terlambat? Rista kamu ajak kemana Tamara?” tanya Umi khawatir

Rista hanya menunduk tanpa menjawab. Umi menemukan ujung lengan baju Tamara sobek kecil,

“Ini kenapa, Mara?”

“Tadi ada sedikit kejadian, Umi.”

“Kejadian apa?”

“Hanya tersangkut, Umi. Tadi toko ramai berdesakan, saat kami melangkah ingin pergi saya ke dorong dan lengan bajuku tersangkut paku dinding. Jadi seperti inilah bajuku, Umi,” jelas Rista terbata

“Benar begitu, Rista?”

“Iya, Umi.”

Rista mengiyakan saja alasan tak masuk akal teman barunya itu sambil menahan tawa. Setelah Umi dan Abi menerima jawaban itu mereka menyuruh keduanya segera masuk dan istirahat. Umi dan Abi juga tahu sebenarnya ada yang mereka sembunyikan, tapi beliau lebih tahu mereka sedang ketakutan.

Dalam kamarnya yang sempit, Tamara tidak bisa tidur. Ia membelalakkan matanya ke langit-langit atap kamarnya ketika ingat Reza. Ketampanan Reza dua kali lipat dari Ayahnya. Baru kali ini Tamara bisa merasakan hatinya seperti di ketuk seorang laki-laki. Meskipun di kota banyak pria yang menyukainya tetapi belum ada pria setampan dan seberani Reza.

***

Kebiasannya bangun siang kini mulai terkikis. Ada Rista yang selalu menjadi alarmnya setiap hari.

Pagi jam empat mereka sudah harus berada di masjid dalam keadaan sudah mandi. Itu sudah menjadi peraturan pondok.

Sambil menunggu subuh mereka diwajibkan membaca Qur’an tapi tidak di setorkan.

Selama di masjid pekerjaan Tamara hanya menguap, semalaman ia tak bisa tidur karena banyak nyamuk dan udara yang panas. Dengan posisi duduk ia terlelap tidak sengaja hingga membuat dirinya jatuh. Orang-orang yang melihatnya tentu terkekeh. Rista menangkapnya lalu membangunkan temannya itu.

“Ra, Ra, ada Umi....”

“Sssrppp....” Tamara menyentuh ujung bibirnya sembari mengelap apakah ada sesuatu disana. Rista tertawa dengan membetulkan mukena temannya yang miring.

Usai sholat subuh kemudian semua santri menuju dapur untuk mengambil sarapan yang sudah di sediakan oleh tim piket hari ini.

Dengan meneguk teh dari gelasnya, Rista membisikkan sesuatu di telinga Tamara.

“Ingat... Kamu nanti akan masuk sekolah pertama kali disini. Kamu akan berkenalan di depan kelas. Jadi persiapkan dirimu.”

“Itu gampang. Aku sudah biasa berbicara di depan publik, Hahaha. Bahkan aku sering membuat malu,” candanya

“Rupanya kamu sudah berbakat.” Mereka sama-sama tertawa

Di sekolah SMA barunya.

“Perkenalkan teman-teman, saya Tamara Adelia Permana. Kalian boleh panggil sesuka hati, asal jangan panggil nama terakhir saya. Ayah saya akan marah.”

“Terimakasih Tamara atas perkenalannya. Mungkin ada yang ingin ditanyakan pada Tamara?”

Semua terdiam. Hanya satu orang yang kemudian melontarkan pertanyaan. Murid paling bandel di pondok.

“Tamara, kamu sudah punya pacar belom?” tanya Antok, murid pindahan juga dari kota. Bernasib sama dengan Tamara beberapa bulan sebelumnya.

“Jangan bertanya seperti itu, Anto,” ujar bu Afifah.

“Tak apa bu akan saya jawab. Belum, aku masih jomblo seumur hidup. Yang mau daftar boleh tapi harus seleksi dulu, hatiku tidak mudah di ketuk harus di dobrak.” Semua murid di kelas itu tertawa

“Sudah sudah... Tamara hanya bercanda ya.” Bu Afif menenangkan kelas yang gaduh dibuat anak didik barunya itu.

Sepertinya akan ada tambahan tenaga ekstra yang harus ia keluarkan untuk mendidik anak itu. Hingga beberapa hari telah berlalu. Tamara sekarang sudah satu bulan berada di tempat itu.

Ia merasa suntuk dengan hari-harinya. Tak ada acara tongkrongan. Tentu saja. Sampai suatu hari ia meminta izin kepada Umi untuk keluar sebentar dengan alasan membeli kebutuhan bulanan, kali ini tanpa Rista.

Dirasanya Rista teman tak sefrekuensi dengannya. Umi mengizinkan hanya beberapa menit saja. Tamara mengangguk. Padahal ia berniat untuk lebih lama. Ia ingin ke pantai yang tak jauh dari toko.

Di toko tersebut dirinya hanya mengambil kebutuhan ketika datang bulan. Setelah itu ia pergi ke belakang balai desa. Disana ia menemukan pantai kecil yang pemandangannya luar biasa. Tamara berjingkat jingkat kegirangan, melepaskan penat yang selama ini melekat ditubuhnya. Ia bahkan berguling di pasir pantai sampai bajunya kotor sekali. Baru ia sadari setelah bajunya basah terkena ombak.

“Duh. Gimana ini, pasti ketahuan sama Umi.”

“Ada yang bisa saya bantu, bidadari?” Tamara sontak kaget ada yang memanggilnya bidadari. Ternyata Reza.

“Za, ternyata kamu. Apa kamu punya baju wanita yang longgar? Milik adek kamu mungkin? Aku boleh pinjam? Bajuku basah dan kotor seperti yang kamu lihat.”

“Ayo ikut aku.”

Reza mengajaknya berjalan agak jauh dari bibir pantai sampai berhenti pada toko oleh-oleh yang berjejeran disana.

“Ambilah sesukamu. Aku yang akan bayar.”

***Apakah Tamara akan ketahuan oleh Umi? Atau akan ada orang yang melaporkan mereka kepada pihak pesantren?

Yuk nantikan terus kisahnya 😘😘***

...Terimakasih sudah setia membaca novel pertamaku ini...... LOPE SEKEBON BUAT KALIAN 😍😍😍😍💞💞💞💞...

Terpopuler

Comments

Mala Mukamalah

Mala Mukamalah

Baca karya baruku "PELAKOR PILIHAN MAMA MERTUA" yuk

2022-09-25

0

Julidawati Syakur

Julidawati Syakur

kaya nya seru nich cerita nya thoor.
semoga sucses thoor dgn karya nya.
semangat 💪💪💪💪💪 terus thoor, salken thoor.

2022-06-06

1

SoVay

SoVay

kereen

2022-04-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!