Sejak kejadian di kelas Laras saat itu, Roby CS tidak lagi menjahili asty karena saat ini mereka sedang mulai fokus ujian kelulusan.
*Flash back off
Malam pun tiba, tapi Asty tidak bisa memejamkan matanya.
"duuhh... aku kok ga bisa tidur siihh, perasaan ga nyaman banget ni hati." Asty duduk di tempat tidurnya memegangi dadanya dan di lihatnya jam di dinding menunjukan pukul setengah sepuluh, biasanya Asty tidur pukul sembilan.
Kemudian ia keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga, terlihat ada bu Tatum dan Laras masih sedang menonton televisi.
"eh bocah, kenapa keluar lagi?" tanya Laras kaget melihat adiknya keluar dari kamar dengan muka cemberut.
"iya nak, kamu kenapa? ada apa? apa kamu mimpi buruk?" rentetan pertanyaan muncul dari mulut bu Tatum.
"buset dah si ibu, kalo nanya panjang banget bu." gumam Laras di balas tawa bu Tatum.
"ini bu, aku ga tenang banget mau tidur ga nyaman perasaan aku." Asty menjelaskan pada ibu dan kakaknya sambil memainkan jemarinya.
"kamu takut tidur sendirian?" tanya Laras penasaran.
"ngga ka, bukan gitu. tapi..." Asty berbicara setengah-setengah membuat Laras penasaran.
"Tapi kenapa dek, coba yang jelas ngomong tuh.!" pinta Laras sedikit memaksa.
"kakak, sabar dulu biar adik cerita pelan-pelan." seru bu Tatum
Setelah melewati perdebatan bu Tatum dan Laras, akhirnya Asty melanjutkan ceritanya.
"gini bu, kakak. aku ga bisa tidur soalnya aku kepikiran terus tadi siang aku udah bohong sama ibu." Asty menjelaskan sambil menunduk penuh penyesalan.
"ya ampun nak... ibu kira ada masalah apa." bu Tatum terkejut mendengar penjelasan Asty.
"makanya jangan suka bohongin orang tua, bohong itu dosa lho dek." ujar Laras sambil menatap ke arah Asty.
"iya kak, aku minta maaf yaaa udah bohongin kalian." pinta Asty dengan wajah yang terus menunduk penuh penyesalan.
Kemudian bu Tatum memegang dagu Asty dan mengangkatnya sehingga bu Tatum bisa melihat wajahnya yang sejak tadi dia sembunyikan.
"iya nak, ibu udah maafin kamu kok. asal kamu janji jangan berbohong lagi. Kalo ada masalah, mau yang bikin kamu sedih atau seneng, kamu cerita sama ibu yaa biar ibu tau apa masalah kamu dan pasti ibu bantu kamu selesaikan masalah itu." bu Tatum menasehati Asty sambil membelai rambut pendek Asty.
"dan satu lagi Asty, kamu jangan berani lagi berbohong, karena dari satu kebohongan akan muncul lagi kebohongan-kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan yang pertama kamu lakukan." Laras menambahkan perkataan bu Tatum dengan ekspresi wajah serius, sebelumya Laras tidak pernah se serius itu, biasanya dia bicara dengan wajah santai.
"waduh.. kakak kamu kenapa Asty, bisa ngomong kayak gitu?" tanya bu Tatum mengerutkan dahinya merasa heran.
"ihh .. si ibu, bukannya di dukung ini kata-kata anaknya malah ngeledek gitu." jawab Laras melipat kedua tangannya.
"hehehe.... iyya iya, anak ibu yang satu ini bener banget kata-katanya. Asty, kamu tadi paham kan apa yang kakak kamu bilang." bu Tatum menoleh pada Asty setelah mengiyakan ucapan Laras.
"iya paham bu. sekali lagi maafin Asty yaah bu, kakak." Pinta Asty sambil menatap ibu dan kakaknya.
"iya dek, udah kakak maafin kok." jawab Laras sambil memeluk adiknya di ikuti oleh bu Tatum.
*****
Matahari mulai memancarkan sinarnya, Asty dan Laras tengah sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah mereka masing-masing.
"Laras, Asty ayo sarapan dulu." teriakan bu Tatum memecahkan keheningan pagi hari itu. Bu Tatum memanggil anak-anaknya sambil menata makanan di meja.
"iya bu." teriak Laras dari dalam kamarnya.
Sementara Asty masih kebingungan dengan PR nya yang kemarin di kerjakan bersama Nuri, karena Asty tidak yakin dengan jawaban ngasal nya.
"duuhhh.. gimana ini yaaa, jawabannya bener ngga yaa. Semoga gak dapet hukuman." Asty kebingungan di dalam kamarnya sambil menatap jawaban dari PR nya.
Karena Asty tak kunjung datang untuk sarapan, Laras pun menyusul ke kamar Asty.
"wouy lagi apa sih lama banget, buruan sarapan ntar telat ke sekolahnya loh." seru Laras membuka pintu kamar mengagetkan Asty.
"i-iya kak, ini bentar lagi beres kok." jawab Asty terbata-bata sambil memasukan bukunya ke dalam tas.
Asty tidak berani meminta tolong pada Laras untuk mengecek PR nya, takut Laras akan tambah marah mengingat kemarin Asty sudah mengerjakannya di rumah Nuri.
"ahhh daripada pagi-pagi dapet omelan kak Laras, mending di biarin aja deh yang penting kan ada jawabannya daripada ngga di kerjain sama sekali." gumam Asty sambil tersenyum tenang. Kemudian bergegas menuju bu Tatum dan Laras yang menunggu untuk mulai sarapan.
Setelah menghabiskan sarapan, Asty dan Laras pun berpamitan pada bu Tatum.
"Laras berangkat sekolah dulu yaa, bu." seru Laras seraya mencium punggung tangan bu Tatum.
"iya nak, hati-hati di jalan ya. tengok tengok dulu kalo mau nyebrang." jawab bu Tatum mengusap kepala Laras.
"ya iyalah bu, masa mau lari gitu aja emangnya anak kecil." jawab Laras melirik adik kecilnya.
"diihh ngapain liat aku, aku bukan anak kecil lagi tau, aku udah kelas dua bukan TK lagi." bela Asty sambil menyalami bu Tatum.
"udah udah kenapa pada ribut sih jadinya, dah sana pada berangkat nanti telat lhoo.." bu Tatum memerintahkan anak-anaknya sambil menepuk pundak kedua anaknya itu.
Mereka pun berangkat dengan arah yang berbeda. Ya, sekarang Laras sudah SMP jadi tidak berangkat bersama lagi dengan Asty seperti saat Asty baru masuk sekolah. Asty berjalan sendirian hingga sampai di sekolah, sepanjang jalan Asty melamun membayangkan saat berangkat sekolah bersama kakaknya.
"coba masih ada kak Laras, pasti rame berangkat sekolah bareng temen-temen kak Laras."gumam Asty sambil menendangi bebatuan kecil yang ia pijak.
Tiba-tiba terdengar suara anak laki-laki kesakitan "aduhh.. siapa nih yang nendang batu." ujar anak itu sambil memegangi kakinya.
"waduuhhh mati aku, kena si Andri lagi." batin Asty menatap anak lelaki yang berjalan di depan nya.
"sejak kapan lagi dia jalan di depanku?" batinnya lagi masih menatap Andri yang tengah menghampirinya.
"eh kamu, bisa ngga sih jalan biasa ajah gak usah tendangin batu segala. liat tuh kaki gue jadi berdarah gini." ujar Andri marah sambil menunjukan kakinya yang mengeluarkan sedikit darah.
"aduuh maaf Andri, aku gak sengaja tadi aku gak liat ada kamu di depan." ucap Asty sambil menundukan kepalanya.
"heh, yang ngajak ngomong tuh ini di depan kamu bukan di bawah." seru Andri sambil mengangkat dagu Asty agar menatapnya.
"astaga mukanya gemesin banget sih." batin Andri sambil memegang dagu Asty kemudian Asty menepis tangan Andri.
"eh... gue ga nerima maaf lo gitu aja." seru Andri melipat kedua tangannya di dada menyembunyikan rasa terkejutnya.
"terus aku harus gimana donk?" tanya Asty kebingungan sambil memainkan jarinya mengusir rasa takut.
"lucu banget ekspresinya kalo lagi bingung, gue kerjain ahhh.." batin Andri menemukan sebuah ide.
"sebagai tanda permintaan maaf lo, gue mau lo jadi asisten gue selama seminggu." pinta Andri.
"a-apa.. asisten? seminggu?" Asty terkejut.
"iya, lo harus nurutin semua perintah gue selama seminggu." jelas Andri.
"ta-tapi kan..." belum selesai Asty bicara langsung di potong Andri.
"ngga ada tapi-tapi, gue luka gini kan gara-gara lu, gue jadi ga bisa ngapa-ngapain." potong Andri tanpa ragu.
"dih .. luka segitu doank, masa sampe gak bisa ngapa-ngapain." batin Asty.
"jadi mulai sekarang lo jadi asisten gue." tambah Andri
"tapi selama di sekolah ajah kan?" tanya Asty
"ya, kalo lo mau jadi asisten gue di rumah juga ga apa-apa kalo lo mau." jawab Andri meledek.
"eh eh jangan, di sekolah ajah ya." pinta Asty.
"okeh, sekarang ikut gue ke UKS ngobatin luka ini." ajak Andri sambil menunjuk luka di kakinya.
"dan nih, bawain tas gue." tambahnya memberikan tas ransel yang sedari tadi ia gendong kepada Asty.
"i-iya.." tanpa ragu Asty membawakan tas Andri.
"daripada gue liat lu di bully sama anak-anak lain, mending kayak gini. gue bisa sekalian jagain lo Asty." batin Andri sambil berjalan di depan Asty.
.
.
.
.
.
.
.
bersambung....
sepertinya ada yang diam-diam suka nihh...
yuks tinggalkan jejak biar author semangat lagi up nya.. terimakasih 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments