Di sisi lain Laras merasa kecewa terhadap ibunya.
"kenapa ibu tidak memarahinya, dia sudah berani membohongi ibu." tanya Laras dengan nada sedikit kesal.
"tidak nak, menurut ibu wajar kalo dia berani berbohong. Ibu tahu dia ingin sekali memiliki teman, semenjak Rani pindah rumah kan dia tidak memiliki teman lagi. Di sekolah pun dia sampai saat ini belum memiliki teman, makanya saat mendengar ajakan untuk berteman dia langsung saja menerimanya, dia tidak memikirkan resiko selanjutnya yang akan dia dapatkan." bu Tatum menjelaskan alasannya pada Laras yang hanya di balas dengan anggukan oleh Laras.
"ibu takut dia tidak bisa memiliki teman di luar sana dengan sifatnya yang terlalu pendiam dan selalu merasa minder. Ibu minta kamu jaga dia yaa, bantu dia agar bisa lebih percaya diri lagi." tambah bu Tatum sambil mengelus punggung tangan Laras.
Laras adalah anak yang periang, berani dan tegas namun sedikit keras kepala. Tapi di balik itu semua Laras selalu melindungi Asty, saat masih berada di satu sekolah ia tidak segan membalas perlakuan anak yang menjahili Asty.
*Flash back on
Di suatu pagi yang cerah, seperti biasa gadis kecil itu bersiap untuk berangkat sekolah. Ia menyiapkan buku-buku pelajaran dan di masukannya ke dalam ransel berwarna merah muda bergambar tokoh kartun wanita berambut panjang yang pirang tersebut.
"ayo anak-anak sarapan dulu." ajak bu Tatum sambil merapihkan piring-piring di atas meja kecil nan sederhana.
"iya bu.." jawab Laras dan Asty berbarengan sambil bergegas menghampiri ibunya.
Hari ini kebetulan ayah mereka sedang berada di luar kota mengerjakan sebuah pembangunan rumah, mereka tidak memiliki handphone sehingga mereka tidak tahu kapan ayahnya bisa pulang. Jadi mereka hanya sarapan bertiga.
"sepi banget yaa rumah, gak ada ayah." ucap Asty memecah suasana hening sarapan.
"yaa kan masih ada aku, Asty.." Laras menjawab celetukan Asty sambil mengacak-acak rambut Asty.
"iihhhh kak Laras kebiasaan deh, rambut aku kan jadinya berantakan lagi." ucap Asty kesal sambil menyebikan bibirnya dan merapihkan rambutnya.
Suasana sarapan pun jadi ramai karena ulah Laras yang menjahili adiknya itu.
"udah udah.. ayo siap-siap. nanti kalian terlambat sekolah." seru bu Tatum menghentikan keributan anak-anaknya.
Mereka pun bersiap, tak lama kemudian datang teman-teman Laras. Seperti biasa mereka akan berangkat ke sekolah bersama-sama, tapi Asty masih belum siap untuk berangkat.
"ya ampun ni bocah pake sepatu ajah lama bener dah. kamu bisa ngga sih pake sepatu?" tanya Laras dengan suara sedikit keras.
Laras memang begitu, terlihat galak ketika berbicara tapi sebenarnya anak yang sangat perhatian pada keluarganya.
"ampun nih orang galak banget yaa." gerutu Asty terdengar oleh Laras
"kamu ngomong apa Asty, kakak denger nihh. kalo dijahilin temen kakak, kakak gak bakalan nolongin nih." ketus Laras sambil melipat kedua tangannya di dada.
"e... eh jangan donk kak, nanti aku terus-terusan dijahilin temen kakak di sekolah." pinta Asty segera bangun dari duduknya dan menghampiri kakaknya yang sedang berdiri bersama teman-temannya menunggu Asty yang sedang memakai sepatu.
Laras dan teman-temannya pun tertawa geli melihat adiknya Laras ketakutan bila tidak di tolong saat dijahili teman sekelas Laras.
"udah... udah... ayo buruan kalian berangkat, nanti terlambat." seru bu Tatum menghentikan tawa mereka.
Kemudian Laras dan Asty pun mencium tangan bu Tatum secara bergantian, meminta doa sebelum berangkat sekolah. Setelah itu mereka pun berjalan kaki menuju sekolah karena jarak dari rumah Asty ke sekolah cukup dekat.
Setelah mereka sampai di sekolah, Asty dan Laras pun berpisah memasuki kelas masing-masing.
"belajar yang bener, kalo ada yang jahilin lawan aja ga usah takut." Laras menasehati Asty sambil menggosok rambut Asty dengan pelan.
"iyya kak.." jawab Asty melihat kakak dan teman-temannya pergi meninggalkannya.
Asty pun memasuki kelasnya dan segera duduk di bangku barisan kedua dari belakang. Tak lama kemudian datanglah seseorang menghampirinya.
"heh kamu, adiknya Laras." seru seorang anak laki-laki berbadan tinggi besar membuat Asty ketakutan.
"i-iya aku adiknya kak Laras, ke-kenapa ya?" tanya Asty gugup, ia sudah tau sebentar lagi akan di bully.
Anak Laki-laki itu tertawa bersama dua temannya lagi. Mereka adalah Roby, Tio, dan Nico teman sekelasnya Laras. Seperti biasa mereka akan datang ke kelas Asty untuk sekedar mengusili adiknya Laras itu ketika ada waktu senggang.
*ampun deh bocah, senengnya jahilin anak kecil aja. Jangan di tiru yaa teman-teman*
"kakak kamu tuh manis, boleh yaa aku jadiin pacar hahaha." pinta Nico sambil tertawa.
"ciihhh, kakak aku pacaran sama orang jail kayak gini mah bakal saling jahilin." batin Asty sambil menatap Nico.
"yaudah kita ke kelas dulu, baek-baek di kelas yaa adek kecil." seru Nico.
Pletak...
tiba-tiba Roby menghampiri Asty dan menjitak kepala Asty.
"aduuhhh..." Asty meringis kesakitan tapi ia diam saja, tidak berani melawan.
Tidak lama kemudian guru pun masuk setelah Roby CS meninggalkan kelas Asty, pelajaran pun dimulai. Setelah satu jam pelajaran, bel istirahat pun berbunyi. Mendengar bel berbunyi Asty pun bergegas keluar kelas, bukannya pergi ke kantin untuk membeli jajan seprti anak-anak yang lain, Asty malah pergi ke kelas kakaknya untuk mengadu kejadian tadi pagi.
"kak Laras..." panggil Asty berlari menghampiri Laras yang tengah asyik mengobrol bersama teman-temannya.
"heh kamu kenapa.?" tanya Laras panik melihat adiknya meneteskan air mata.
"itu kak, tadi pagi ada kak Roby sama temen-temennya ke kelas aku. terus kak Roby jitak kepala aku." Asty menjelaskan kejadian tadi pagi sambil sesekali mengusap air matanya.
"ya ampuunn... ni bocah, kayak gitu doank mewek." batin Laras sambil mengelus-elus kepala Asty.
"udah udah jangan nangis lagi, nanti kakak bales tuh si Roby." seru Laras menenangkan Asty sambil melihat ke arah teman-temannya yang sedang tersenyum melihat kelakuan adiknya Laras.
Tak lama kemudian Roby Cs memasuki kelas, di sana masih ada Asty yang sedang mengusap air matanya.
"eeeh... ada anak kecil di sini." Roby menghampiri Asty sambil tertawa meledek.
"ini dia biang keroknya, lu apain adik gue hah." Laras bangkit dari duduknya memelototi Roby.
"eitss... tenang dulu bidadariku, jangan marah nanti cantiknya ilang" Nico datang menghampiri Laras sambil tersenyum..
"cihhh, najis gue jadi bidadari cowok tengil kayak Lo." jawab Laras melipat kedua tangannya di dada.
"kalian semua bisa nggak sih jangan gangguin adek gue." Laras kesal mengarahkan telunjuknya pada anak-anak tengil yang ada di hapannya sekarang.
"yaa ngga laah, abis adek lo gemesin sih kayak kakaknya." jawab Nico di ikuti tawa teman-temannya.
Asty memang berpenampilan menggemaskan dengan tubuh gemuk, pipi bulat, dan rambut cepaknya membuat ia jadi bahan bullyan.
*Pletak... pletak.. pletak...
Laras dengan kesalnya menjawab ucapan Nico dengan menjitak kepala Roby cs itu.
"rasain tuh.. awas yaaa kalo lo lo pada masih gangguin adek gue, gue bakal kasih yang lebih menyakitkan lagi dari ini." ancam Laras pada Roby Cs tanpa mendengarkan jawaban mereka dan langsung pergi mengantarkan Asty ke kelasnya.
"aduuhhh sialan tuh cewek, bisa sakit banget gini kepala gue." Roby mengeluh kesakitan sambil mengusap kepalanya.
"iya kuat banget tenaganya tuh cewek." sahut Nico sambil memegangi kepalanya juga.
"gue kapok dah, ga ikutan lagi jahilin tuh adeknya si Laras."sambung Tio di jawab anggukan oleh dua sahabatnya.
.
.
.
.
bersambung.....
jangan lupa tinggalkan jejak yaa teman-teman, biar author semangat up nya.. 😁 dukung terus yaa terimakasih 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments