Setelah mereka masuk ke dalam rumah, Asty begitu kagum melihat rumah kokoh yang baru di bangun tersebut karena terlihat begitu berbeda dengan rumahnya yang begitu sederhana. Melihat Asty yang kagum dengan rumahnya, Nuri tersenyum sinis.
"bagus kan rumah gue." ucap Nuri sambil melipat kedua tangannya di dada, terlihat menyombongkan diri.
"iyya bagus." jawab Asty polos sambil melihat-lihat seisi rumah dengan pernak-pernik yang menurut Asty begitu mewah.
"yaudah ayo kita mulai ngerjain PR nya." Nuri menepuk pundak Asty sehingga mengagetkannya yang tengah asyik melihat-lihat.
"eh i-iya ayo kita mulai." jawab Asty kaget.
Merekapun duduk di ruang tamu, suasana rumah terasa sepi karena ibu dan adik Nuri sedang keluar rumah.
Bukan berdiskusi mengerjakan PR, Nuri malah duduk santai sambil menikmati satu cup ice cream berukuran besar sendirian.
"katanya mau ngerjain bareng, eh malah makan ice cream." batin Asty agak sedikit jengkel.
Nuri memang sengaja memakan ice cream sendirian di depan Asty karena ia tahu Asty tidak pernah memakan ice cream, jangankan untuk beli ice cream, uang sakunyapun kadang Asty tidak punya. Asty sudah biasa sekolah membawa air dan makanan ringan yang ada di rumah.
Kasian banget deh si Asty, udah bela-belain datang dari jauh cuma buat ngeliat si Nuri makan es krim.
"Nuri, kamu emangnya udah selesai PR nya?" tanya Asty menelan saliva nya memberanikan diri mengusik Nuri yang asik menikmati satu cup besar es krimnya.
"halaah... gampang itu sih, nanti juga selesai." Nuri menjawab dengan sombongnya sambil memakan es krim di depan Asty.
"ahh tau gini ngerjain di rumah ajah, mana susah banget lagi. kalo di rumah kan bisa nanya sama kaka." batin Asty penuh penyesalan.
*****
Di rumah Asty, ibu Tatum sedang cemas menunggu Asty pulang.
"udah sore gini kok Asty belum juga pulang ya, dia pergi kemana sebenarnya?" gumam ibu Tatum sambil bolak balik menatap jauh ke arah rumah bi Tini, bibinya Asty.
Tiba-tiba kakak kedua Asty datang menghampiri Ibu Tatum yang terlihat begitu cemas.
"ibu kenapa bu, apa yang terjadi?" tanya Laras penasaran melihat ibu yang terlihat sedang cemas.
"itu adik kamu belum pulang juga, tadi bilangnya mau ngerjain PR di rumah bi Tini. tapi udah jam segini belum juga pulang." jawab bu Tatum sambil tetap mengawasi jalan.
Laras merasa aneh karena tidak biasanya Asty mengerjakan tugas di luar rumah, dengan insiatif nya Laras berniat menyusul Asty daripada ibunya terus menerus merasa cemas karena waktu pun sudah menunjukan pukul setengah 3 sore.
"yaudah bu, biar Laras yang samperin Asty." pinta Laras pada ibunya yang sedang cemas.
"oh ya sudah, kamu hati-hati di jalannya yaa." jawab bu Tatum membiarkan anaknya yang menyusul Asty.
Laras sudah kelas satu SMP jadi bu Tatum tidak begitu takut membiarkan anaknya pergi sendirian.
Berbeda dengan Asty, Laras itu anak yang periang, mudah bergaul dan berani jika ada yang menjahilinya.
Kadang dulu jika Asty dijahili oleh temannya, ia langsung mendatangi kelas Laras untuk mengadu karena kebetulan pada saat Laras kelas enam SD, Asty baru kelas satu dan mereka berada di satu sekolahan.
Terkadang teman sekelas Laras yang datang ke kelas Asty untuk menjahili Asty karena mereka tahu Asty adalah adiknya Laras yang menjadi bahan empuk untuk dijahili.
Hampir setiap hari teman-teman Laras datang untuk sekedar menjahili Asty, hingga kemudian Asty selalu mengadu kepada Laras, itu membuat teman-teman Laras merasa senang karena dapat mainan baru..
Laras bergegas menuju rumah bi Tini. Sesampainya di rumah bi Tini, Laras merasa kaget karena tidak ada Asty di rumah bi Tini.
"Lho.. bi Tini, dimana Asty? katanya dia mau ngerjain PR disini?" tanya Laras sambil mengerutkan dahinya.
"Asty? dia ngga kesini Ras, tadi sih dia cuma lewat katanya mau ke rumah Nuri." jawab bi Tini bingung.
"apa, Nuri? bukanya anak itu yang sering usilin si Asty? kenapa Asty bisa-bisanya ke sana?" batin Laras terheran-heran.
"ya sudah bi, Laras mau nyamperin Asty dulu soalnya ibu udah cemas nungguin di rumah." ucap Laras dan segera bergegas menuju rumah Nuri.
"bisa-bisanya tuh anak nurut ajah di suruh ke rumah orang sombong kayak si Nuri." Laras menggerutu sepanjang jalan.
Tanpa butuh waktu lama Laras sampai di rumah Nuri, Laras sudah sering ke daerah sana karena teman-teman Laras pun ada yang tinggal di daerah sana, jadi ia sering melewati jalan tersebut.
"Asty..." panggil Laras ketika melihat Asty sedang duduk mengerjakan PR sedangkan Nuri tengah asyik memakan ice cream.
"ka Laras." Asty terkejut melihat kedatangan Laras.
"aduhh gimana nih, aku ketahuan sama ka Laras. Bisa-bisa kena marah nih aku udah bohongin ibu." batin Asty dengan wajah kebingungan.
"ayo kita pulang ngapain kamu disini, ibu cemas nungguin kamu ngga pulang-pulang." Laras menarik tangan Asty dengan kesal.
Asty tahu kakaknya tidak suka ia berada di rumah Nuri, karena Asty selalu bercerita kalau Nuri sering mengejeknya.
"dan kamu, jangan pernah ngajak adikku lagi kesini." Laras menunjuk kearah wajah Nuri sambil mengeraskan rahangnya saking kesalnya ia terhadap keluarga Nuri yang begitu sombong kepada keluarganya.
Laras dan Asty bergegas meninggalkan Nuri yang tengah terpaku melihat wajah Laras yang sedang marah.
"sial, berani-beraninya anak itu ngancem gue. Liat ajah nanti, gue bakalan bikin si Asty nangis tanpa henti." gerutu Nuri penuh dengan kemarahan dan dendam.
Sepanjang perjalanan pulang, Laras hanya diam dengan wajah penuh amarah dan kekecewaan. Marah karena lagi-lagi adiknya di rendahkan dan kecewa mengapa adiknya sudah berani berbohong pada ibunya.
"kak, kakak marah yaa sama Asty?" Asty memberanikan diri memulai pembicaraan di tengah perjalanan pulang.
"nggak." jawab Laras ketus sambil tangannya terus menarik tangan Asty, seolah ingin segera menjauh dari daerah itu dan segera sampai di rumahnya.
Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh akhirnya mereka sampai di sebuah rumah sederhana tapi terasa sejuk karena halaman rumah di tanami beberapa macam tumbuhan.
Tepat pukul empat sore meraka sampai di rumah, di sambut oleh bu Tatum yang sudah merasa begitu mencemaskan anak bungsunya.
"akhirnya kalian nyampe juga." sambut bu Tatum dengan senyum tenangnya. "dari mana saja kamu Asty?" Lanjut bu Tatum bertanya kepada Asty.
"dia ada di rumah Nuri bu, bukan di rumah bi Tini." sahut Laras menjawab pertanyaan ibunya, Asty hanya diam menunduk penuh rasa bersalah.
"Ya Allah, nak. rumah Nuri kan jauh sekali. kenapa kamu tidak bilang sama ibu kalo kamu mau ke rumah Nuri?" tanya ibu Tatum kaget dan ada sedikit rasa kecewa kenapa anaknya sekarang bisa berbohong padanya.
"ma-maaf bu, aku hanya menerima tawaran Nuri mengerjakan PR bersama. Aku kira dia benar-benar ingin berteman denganku, bu." Asty menjelaskan alasannya sambil terus menunduk merasa bersalah telah berbohong pada ibunya.
"Ya sudahlah, yang penting kamu baik-baik saja. Sekarang cepat sana mandi biar badan kamu segar." jawab bu Tatum sambil memeluk dan membelai kepala anaknya itu.
Bu Tatum mencoba menerima kenapa anaknya yang selalu jujur kini dia berbohong demi mendapatkan seorang teman.
"apa segitu sulitnya kamu mendapatkan teman di sekolahan, nak." batin bu Tatum seraya melihat Asty yang berjalan menuju kamarnya.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments