“Kita semua bisa kok, tinggal pilih saja lagunya yang mana,” jawab salah satu wanita itu yang sedang menemani Galang.
Semakin malam lagu serta goyangan mereka sudah mulai membuat otak kotor para pria itu menggelitik, tubuh para pria di buat ikut bergoyang dengan sedikit diberikan goyangan serta sentuhan yang mengundang hasrat mereka sedikit naik. Sesaat para pria duduk berunding sementara para wanita itu bernyanyi, mereka berdiskusi tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya dengan para wanita itu.
“Jujur kalau gua mau main sama pasangan gua, gak tau kalau sama loe pada,” ujar Galang yang sangat blak-blakan membuat mereka tertawa bahkan Chiko memukul pelan kepala Gilang seraya berkata, “Emang dasar otak lo gak bakal bisa tahan, baru juga di kasih liat lo, gimana kalo udah dikasih pegang,” “Langsung gua sosor,” sela Gilang yang membuat mereka ngakak kembali.
“Kalo lo gimana Chik, apa bisa lo ikut kita, kasihan kalau lo gak ikut sama cewek itu,”
“Tenang sih, gua juga sanggup kok main dua,” seru Galang yang membuat dia mendapat pukulan dari tiga temannya itu.
“Iya gua ikut deh, gak enak juga gua kalau pergi sendiri,” jawab Chiko, “Tapi kalau soal pulang bagaimana?” timpalnya.
“Kalau pulang terserah deh yah, mau ada yang stay atau habis main langsung pulang itu terserah sama lo pada,” jawab Riki yang mendapat persetujuan dari semua. Setelah mereka sepakat akhirnya para wanita itu dibawa oleh masing-masing pasangannya ke sebuah kamar yang sudah Heri booking.
Di waktu yang bersamaan dengan tempat yang berbeda, setelah makan April dan Raya pergi ke apartemen pria itu. Setelah membersihkan diri April mengenakan dress tidurnya, tubuh sintal wanita cantik itu terlihat jelas dengan keindahan detail lekuk tubuh yang sangat sempurna. Tidak heran jika Raya pria yang sudah mempunyai istri itu sangat tergila-gila padanya. Karena selain cantik dan mempunyai tubuh yang indah, April juga dianggap lebih bisa memuaskan hasratnya Raya di ranjang, April lebih bisa membuat hasratnya Raya keluar.
Wanita itu melihat ponsel di atas kasur empuk berukuran king size dengan posisi tengkurap, dalam posisi seperti itu kehalusan kulit bagian bawah tubuh Aprilia terlihat sangat jelas oleh mata Raya, yang walaupun dia sudah sangat sering melihat hal itu, tetap saja hasrat Raya akan bergerak kala memandangi tubuh wanita yang ada di hadapannya itu. Senyum terlihat di wajah Raya kala melihat April di atas tempat tidur itu, dia berjalan menghampiri April dan duduk disampingnya.
“Kamu membuat aku ingin langsung menerkam kalau seperti ini,” ujar Raya penuh goda.
April memutar tubuhnya, hingga dia terlentang seperti sengaja menantang Raya. “Kamu memang sudah sangat ingin, jadilah kamu seperti itu, otak kotor kamu sudah bereaksi,”
Satu kecupan mendarat di bibir April dari Raya, “Iya, kamu memang selalu bisa membuat aku berhasrat, dan aku sangat menyukai hal itu,”
April tersenyum, dia yang kali ini memberikan ******* lembut di bibir Raya, membuat pria itu tidak ingin melepaskan lumatannya. Harum tubuh habis mandi membuat April sedikit bergairah, dengan tubuh bersih serta dinginnya hawa air yang masih melekat di tubuh Raya, membuat wanita itu enggan melepaskan rangkulannya dari tubuh Raya.
“Sepertinya kali kamu yang sangat bergairah sayang,” bisik Raya.
“Bukan seperti itu, baumu harum serta tubuhmu terasa dingin membuat tubuhku yang panas merasa nyaman menempel,” jawab April,
“Gak masalah walaupun kamu yang kali ini sangat bergairah, kamu tahu kalau itu yang selalu aku rindukan dari kamu, kamu yang selalu penuh gairah dan bisa membangkitkan hasratku, lanjutkanlah gairah itu,” ujar Raya.
Tangan April mengapit wajah Raya dan mengawali tautan mereka kali ini, Raya yang hanya masih mengenakan handuk kecil bergerak naik ke tubuh April. Kain menutup pakaian dalan April perlahan dibuka dan di hempaskan kala kain tipis itu sudah tidak melekat. Tautan yang mereka lakukan semakin membuat rasa, desiran aneh sudah menjalar di tubuh masing-masing, sedikit desah mulai terdengar.
TING TONG
Bel pintu berbunyi sekali, mereka tidak menanggapi suara itu, sampai akhirnya bel itu berbunyi lagi beberapa kali. April melepaskan tautannya dengan sedikit mendorong tubuh Raya seraya berkata, “Buka lah dulu, bukannya tadi kamu bilang kalau sedang pesan makanan, padahal tadi kita sudah makan, tapi sudah sama-sama lapar lagi,” ucapnya sambil sedikit tertawa.
Raya menghembuskan nafas panjang serta pasang raut malas plus kesal, karena harus menunda rasa yang sedang perlahan meningkat. Melihat wajah Raya seperti itu April tertawa, dia tahu kalau pria itu kecewa karena harus menunda permainan. Dengan masih mengenakan handuknya Raya beranjak dari tempat itu dengan sangat terpaksa, juga wajah yang sangat malas.
Setelah makanan ada ditangan, Raya meletakkannya di atas meja makan, kemudian dia kembali ke kamar berniat untuk melanjutkan hal yang tadi tertunda. Namun sayang harapannya pupus kala dia melihat April sudah kembali mengenakan pakaian luarnya,
“Kok di pakai lagi sih,” gerutunya sambil terus berjalan mendekati April.
“Iya, kita lanjutkan setelah makan yah,” sahutnya santai, dia tidak tahu bagaimana rasa Raya yang menahan hasratnya itu. Pria itu memeluk tubuh April dari belakang, dia bergelayut manja di pundak April seraya berkata, “Tapi aku maunya sekarang.”
“Tahan sebentar yah, aku lapar banget soalnya, kalau kita lanjutkan main nanti aku gak kuat bagaimana,” seru April yang berhasil membuat pria itu mengalah.
Raya menghembuskan nafas panjang terpaksa mengalah, “Baiklah, kita makan dulu, aku juga sebenarnya sudah lapar sih,” ucapnya, lalu merangkul tubuh April dan berjalan bersama penuh kemesraan menuju meja makan. Dua mata April terlihat membesar, karena dia melihat semua makanan yang dipesan Raya adalah makanan kesukaannya, wanita itu balik badan dan memeluk Raya seraya mengucap kata terima kasih.
Mereka makan malam, isi tenaga sebelum akhirnya akan mengeluarkan tenaga setelah itu. Sementara itu di klub tempat dimana Chiko berada, empat sekawan itu sedang berjalan menuju kamar masing-masing dengan membawa pasangan mereka. Chiko masih bersikap biasa dengan wanita pendampingnya, wanita itu sama beraninya dengan yang lain, namun selama di ruanagn tadi Chiko masih belum memberikan responnya, tidak seperti temannya yang lain, mereka sudah sedikit melakukan permainan di ruangan itu.
“Kamu yakin ingin melakukan itu sama aku?” tanya Chiko pada wanita yang sedang bersamanya.
“Kenapa memangnya kamu menanyakan hal itu,”
“Karena sepertinya kamu masih canggung, tidak seperti teman kamu yang lain,” ungkap Chiko yang membuat wanita itu tersenyum. “Apa ini pertama kalinya untuk kamu, apa kamu baru bekerja di tempat ini?” wanita itu tidak menjawab, dan Chiko menghargai kalau memang dia tidak ingin menjawab pertanyaannya, karena itu memang privasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments