Kening Hanum mengernyit, saat melihat ada nomer asing yang masuk ke dalam ponselnya. Awalnya ia enggan menjawab, karena kalau bukan dari sales yang menawarkan investasi atau asuransi, pastilah urusan tagihan utang dari ibu kos, atau pemilik warung tempatnya makan.
"Halo," sapanya berhati-hati.
"Halo, selamat siang. Benar saya berbicara dengan Mba Hanum?" suara pria merdu dan ceria terdengar di seberang sana.
"Iyaa, benar," jawabnya masih dalam mode siaga. Sepertinya sales yang akan menawarkan sesuatu, tapi kenapa suaranya terdengar tidak asing.
"Perkenalkan saya Jonathan, adik dari Alexander Putra Prasojo pemilik dari PT. Pesona Ragam Lahan."
Hanum melompat-lompat tidak jelas di ruangannya, saat tahu siapa yang menghubunginya.
"Halo ... haloo, Mba Hanum?" suara Jonathan memanggilnya kembali dari langit ketujuh.
"Yaa, Pak Jonathan saya mendengar," sahut Hanum. Ia berusaha menjaga intonasi suaranya agar terdengar lebih anggun.
"Sebelumnya saya minta maaf atas nama Kakak saya, beliau tidak bisa menghubungi Mba Hanum sendiri, karena terlampau sibuk."
"Aahh, iya tidak apa-apa." Hanum menyengir kesenangan.
"Saya diminta oleh kedua orang tua saya, mengundang Mba Hanum untuk datang ke rumah kami, besok jam delapan pagi."
"Be-besok?" Seketika perasaan takut dan khawatir menyergap. Bagaimana jika dia sudah ketahuan berbohong, dan sudah ada polisi yang menanti di sana siap akan menangkapnya.
"Ya Mba Hanum. Besok jam delapan pagi."
Hanum diam terpekur memandangi ponselnya setelah Jonathan mengakhiri panggilannya.
"Sudah kepalang tanggung sampai di sini. Jika memang perbuatanku sudah ketahuan, kemana pun aku pergi pasti kena tangkap juga. Lebih baik aku ditangkap di kota ini, dari pada saat aku pulang ke panti. Kasihan adik-adik dan Ibu Anita jika ikut menanggung malu."
...❤...
Hanum memastikan kembali alamat dan share lokasi yang diberikan Jonathan kemarin.
"Bener ini alamatnya, Neng. Ga salah kok. Dari yayasan mana? kalo nyonyanya masih butuh baby sitter ato pekerja rumah tangga, istri saya mau, Neng." Sopir ojek yang mengantar Hanum tersenyum lebar, seraya mengaggumi rumah putih berhalaman luas seperti rumah-rumah di sinetron ikan melayang.
'Dandan secantik ini masih dikira mau kerja jadi baby sitter' batin Hanum sedih sembari melihat penampilannya.
Rok tile hitam panjang hingga ke mata kaki, serta kemeja putih lebar lengan panjang seperti sayap kelelawar.
'Bagus kok'
"Terima kasih, Pak. Nanti saya kabari kalo masih ada lowongan," ucap Hanum. 'Tunggu saya jadi nyonya di rumah ini ya, Pak.' tambahnya dalam hati.
"Permisi, ada Pak Jonathan ato Pak Alexander?" tanya Hanum pada beberapa orang yang tampak sibuk hilir mudik keluar masuk rumah. Beberapa orang tidak peduli, melirik sekilas lalu berjalan terus.
"Pembantu freelance ya? Mba, langsung masuk aja. Lurus aja terus ke belakang." Seorang Ibu-ibu paruh baya menunjuk ke arah dapur terbuka, yang terlihat dari samping rumah.
"Oh, ya terima kasih." Hanum mengangguk sopan lalu melangkah ke arah dapur, seperti yang di tunjukkan ibu tadi.
'Tadi dikira baby sitter, sekarang pembantu,' keluh Hanum sedih.
'Sepertinya mau ada acara, rame banget,' batin Hanum.
"Permisi Bu, saya mau ketemu sama Pak Jonathan atau Pak Alexander di mana ya?" tanya Hanum pada ibu-ibu yang sedang memasak di taman belakang.
"Ada apa, Mba? mereka semua di dalam, kalau ada perlu ke Mbok Jum aja, biar disampekan," ucap ibu yang bertubuh besar. Ia juga menunjuk ke arah seorang Ibu berusia sekitar enam puluhan.
"Permisi Mbok Jum, saya mau ketemu Pak Jonathan atau Pak Alexander. Kemarin saya di telepon suruh datang kemari."
"Namanya sapa, Nduk, nanti ta sampeken," sahut Mbok Jum sopan. Seketika Hanum merasa nyaman dengan sosok keibuan Mbok Jum.
"Hanum, Mbok."
Hanum diminta untuk menunggu di bangku teras belakang.
"Manaa?? manaaa orangnya Mbok??" Seorang wanita berpenampilan anggun, keluar dari rumah dan berteriak panik di sisi Hanum.
"Ini orangnya," jawab Mbok Jum seraya menunjuk Hanum dengan jempolnya.
Wanita itu menoleh pada Hanum. Keningnya berkerut dalam, matanya membesar, mulutnya terbuka, dan sebelah tangannya diletakan di dadanya.
"JONATHAAN!" Hanum hampir menutup kedua telinganya, saat wanita itu berteriak tepat di hadapan wajahnya.
"JOOO!!" panggilnya lagi tak sabar. Matanya masih menelisik Hanum dari atas hingga ke bawah terus menerus.
"Kenapa sih, Ma?" Jonathan keluar ke arah taman dengan tergopoh-gopoh.
"Kamu ga salah neken nomer kemarin waktu nelpon?" bisik wanita itu, matanya masih tidak mau lepas dari Hanum.
"Bener ... mirip kok sama di fotonya," ucap Jonathan.
"Haa???" Wanita anggun itu lemas seakan mau pingsan.
"Maaa, ayo penghulu sama saksinya sudah siap. Katanya sudah datang calonnya, suruh langsung masuk aja." Hanum sempat terkejut saat Pak Beni muncul dari dalam rumah.
"Ayo masuk," Jonathan menggiringnya masuk ke dalam rumah. Wanita anggun itu masih diam dengan wajah syok luar biasa.
"Mana orangnya, Jo?" tanya Pak Beni.
"Ini," jawab Jonathan singkat. Kali ini wajah Pak Beni yang pucat dan syok.
"Saya mau di bawa kemana, Pak?" tanya Hanum kebingungan, karena Jonathan terus membawanya semakin masuk ke dalam rumah.
"Ke sana," Jonathan menunjuk ke ruang keluarga yang luas. Penuh dengan dekoran bunga hidup, di bagian tengahnya beberapa orang berpakaian bagus duduk di kursi yang sudah tersusun rapi. Alexander pun ada di sana, mengenakan setelan jas berwarna putih.
'Tampannya,' puji Hanum dalam hati.
"Kamu duduk di sini."
"Hee??" Hanum yang sedang terpukau dengan sosok Alexander yang terlihat bersinar di matanya, tidak sadar jika Jonathan telah menggiringnya ke tengah ruangan dan mendudukannya di sebelah Alexander.
"Kamu siapa??" Alexander mengernyit heran melihat Hanum duduk di sampingnya.
"Saya Hanum," ucap Hanum polos.
"Dia yang ada dalam map warna pink," ucap Jonathan tak acuh.
"Cepaatt telepon Pak Eko, Pa. Masak ga diangkat??" Dari arah luar terdengar suara wanita anggun itu semakin panik.
"Ga diangkat, Ma. Sabar dulu." Pak Beni mulai ikut merasa panik.
"Mohon maaf, Bapak, Ibu. Saya jam sepuluh ada jadwal menikahkan orang lagi. Bisa dimulai sekarang? calon pengantin juga sudah siap." Penghulu menginteruspi keributan sepasang suami istri yang ribut di pojok ruangan.
"Eeh, bisa tunggu seben----"
"Ma, dimulai saja," potong Alexander.
'mulai apa ya?' batin Hanum bingung.
"Orang tuamu mana, Nak?" tanya pria berpeci hitam yang duduk di seberang meja.
"Saya ga punya orang tua," jawab Hanum.
"Ow, yatim piatu? keluarga lainnya?" Hanum menggeleng lagi, ia masih belum mengerti arah pertanyaan pria itu.
"Berarti saya yang mewakili ya." Hanum mengangguk bingung.
Pertanyaan demi pertanyaan dijawab dengan baik oleh Hanum. Susunan acara sederhana berlangsung dengan lancar, dan Hanum masih belum menyadari apa yang sedang terjadi.
Saat masuk pembacaan Akad nikah dan namanya disebut dengan lantang oleh Alexander, matanya membelalak kegirangan.
...❤❤...
Ingatkan lagi ya 🙏
Love/favorite ❤
Komen bebas asal santun 💭
Like / jempol di setiap bab👍
Bunga 🌹
Kopi ☕
Rating / bintang lima 🌟
Votenya doong 🥰
Mampir ke karya teman aku yuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Red Velvet
Ngakak nya🤣🤣🤣 semua karena Joo😅 Alex juga lempeng2 aja nerima calonnya😁
2023-03-28
0
inayah machmud
pernikahan terngakak... 😂😂😂
2023-01-24
0
re
Hehe lucu
2022-10-10
0