Hanum bergegas mengganti isi map merah muda itu dengan berkas miliknya. Ada beberapa hal di biodata yang ia sembunyikan. Ia tidak mau jika Alex tahu, ia berasal dari panti asuhan yang di danai oleh Papanya. Tidak untuk sekarang.
Setengah berlari Hanum menaiki tangga sebanyak lima lantai, ia tidak diperkenankan memakai lift jika tidak dalam urusan yang penting.
“Berkasnya taruh di situ aja ya, Num,” Hanum tersenyum kecut saat melihat Cimoy, sekertaris sexy nan bahenol itu sudah duduk di tempatnya.
“Mmm, ini harus aku taruh di meja Pak Alex langsung, Mba.”
“Ya udah siniin, aku taruh sekarang.” Cimoy mengulurkan tangan seraya mengernyit curiga.
“Duuh, jangan Mba. Harus saya pastikan sendiri berkas ini ada di meja Pak Alex.” Hanum mendekap berkasnya di dada seolah takut dirampas oleh Cimoy.
“Siapa yang suruh sih?!” seru Cimoy mulai kesal.
“Pak Beni.” Nama itu begitu saja terlontar dari bibir Hanum.
“Buruan!” Cimoy membuka pintu ruangan lalu menunggui Hanum menaruh map berisi berkas di meja Alex, dan kembali lagi keluar.
“Isinya apa sih kok kayak penting banget,” celetuk Cimoy penasaran.
“Saya juga kurang tau, Mba. Cuman pesennya Pak Beni, berkas itu masa depan dan hidup matinya Pak Alex,” sahut Hanum asal, “Eh, saya balik ke ruangan dulu ya, Mba.” Hanum segera menuruni tangga. Bahaya jika ia lebih lama meladeni pertanyaan Cimoy, kebohongan satu bisa menjadi kebohongan berjilid.
Setelah sampai di ruangannya yang sempit, Hanum baru bisa berpikir lebih jernih. Sebenarnya ia tahu langkah yang diambilnya tergolong sangat nekat.
Ia bisa saja ditendang dengan tidak hormat dari perusahaan ini, Ibu Anita dan semua adik-adik pantinya bakal menanggung malu yang luar biasa karena kelakuannya. Bahkan yang lebih parah, ia bisa dilaporkan polisi dengan dugaan penipuan.
“Aargggghhh … otak ini kalo urusan Alex aja kecepetan mikirnya.” Hanum memukul-mukul kepalanya.
Ia melihat berkas milik gadis yang akan dijodohkan dengan Alex. Nama gadis itu Anetthe Phaulieneia meserere, “Blplplp … susah banget sih namanya,” sungut Hanum.
Hanum merapikan semua berkas milik gadis itu, ia berencana akan menukarnya kembali dengan miliknya. Saat baru akan naik ke lantai dua, Jonathan adik dari Alexander dengan riang dan lincah masuk ke dalam lobby menyapa semua karyawan yang ditemuinya.
Hanum urung naik ke ruangan Alexander, karena sudah bisa dipastikan Jonathan akan masuk ke ruangan yang sama seperti tujuannya.
...❤...
Alex memandang malas ponsel di tangannya, yang terus berdering menampilkan nama Papa di layarnya. Saat ini ia sedang menemui tamu penting tapi jika panggilan ini ia abaikan, sudah bisa dipastikan Papanya akan mengirim pesan dan panggilan terus menerus bagaikan air bah.
“Selamat siang, Pa. Ada apa?” ucap alex sopan.
“Sudah lihat foto gadis keponakan teman Papa? Katanya sudah di taruh di mejamu,” cetus Papa langsung pada tujuannya.
“Foto yang mana lagi, Pa. Sudah ribuan foto yang Papa sodorkan di mejaku.” Alex mengusap wajahnya lelah.
Ia sudah jenuh dengan segala macam rencana perjodohan yang dirancang oleh orang tuanya. Ia masih usia 25tahun, masih terlalu muda untuk menikah.
Namun bagi Papanya, seorang pemimpin perusahaan itu harus mempunyai pendamping wanita di sisinya. Jika ada undangan dinner ataupun pesta launching perusahaan lain, tidak perlu membawa Cimoy yang berpenampilan mencolok itu. Intinya hanya satu yang diinginkan Papanya, ia harus menikah.
“Baru hari ini, Lex. Cepat kamu harus segera kasih keputusan, kamu kira Papa ga bosan carikan kamu calon istri? Wanita tinggal tunjuk aja kenapa harus bingung?” Rasanya Alex ingin menjawab dengan kasar, kalau Papa mau, nikahi saja semua wanita yang di foto itu.
Namun Alex bukanlah anak yang suka memberontak. Hormat kepada orang tua adalah yang nomer satu baginya, walau ia harus kehilangan jati dirinya.
Beda dengan sang adik Jonathan, yang lebih bebas berekspresi sejak ia masih kecil.
“Aku masih ada tamu, belum bisa kembali ke kantor. Besok sajalah aku lihat fotonya.”
“Kamu selalu saja banyak alasan. Besok pasti ada alasan baru yang kamu buat, dan foto itu akan berakhir sama di tempat sampah seperti nasib foto lainnya!”
“Lalu aku harus bagaimana?? Aku masih ada tamu, apa aku harus tinggalkan tamuku lalu kembali ke kantor, hanya untuk melihat foto wanita yang Papa sodorkan??” Alex sudah mulai kehilangan kesabaran menghadapi desakan Papanya.
“Hanya untuk melihat foto wanita?? Alex, wanita dalam foto itu calon istrimu! Masa depanmu! Dan kamu lebih mementingkan tamu yang belum tentu memberikan keuntungan bagi perusahaan kita??” seru Papa tidak kalah keras.
“Oke! Baiklah kalau itu mau Papa, besok aku akan nikahi wanita dalam foto itu,” tandas Alex tanpa berpikir panjang.
Papanya di seberang sana sempat terdiam sesaat, tidak menyangka putranya demikian cepat mengambil keputusan.
“Temani saja tamumu, biar Papa yang urus semuanya” Sahut Papanya pelan.
Alex memutus panggilannya dengan hati yang kacau, ia merutuki mulutnya yang ikut terbawa emosi.
Ia hanya berharap Papanya tidak serius menanggapi ucapannya, jika benar besok ia akan menikah anggap saja memang beginilah takdir bagaimana jodoh datang ke hadapannya.
“Jo, lagi di mana, sayang? Suara merdu Mamanya menyapa pendengaran saat Jonathan menjawab panggilannya.
“Otewe rumah, Ma. Ada apa? Titip beli soto atau martabak?” tawa renyah Mamanya terdengar di seberang sana.
“Mama bukan mau titip makanan. Papa mau minta tolong, bisakah kamu ke kantor Kakak kamu ambil berkas yang di atas mejanya. Isi berkasnya foto calon istri Kakakmu.”
“Calon istri? Perjodohan lagi?” Jonathan menggeleng seraya tertawa miris. Ia sungguh kasihan dengan nasib Kakaknya, yang selalu didesak untuk segera menikah.
Memang semua wanita yang dikenalkan oleh kerabat Papanya cantik, menarik dan sangat berkelas, tapi di mata Kakaknya keindahan wanita itu sama sekali tidak ada artinya.
“Besok Kakakmu akan menikah, dia sudah menyanggupi. Wanitanya ini juga sudah dijamin oleh sahabat Papa, jadi apalagi yang ditunggu mumpung Kakakmu mau menerimanya.”
Setengah berlari Jonathan masuk ke dalam kantor milik Kakaknya. Lama tidak terlihat berada di kantor, membuatnya sedikit menjadi artis siang ini.
Sapa kanan kiri, mengembangkan senyuman pada semua karyawan, lalu berbasa-basi sedikit dengan para petinggi yang kebetulan lewat.
Setelah melewati halang rintang yang cukup banyak tadi, akhirnya ia sampai di ruangan Kakaknya.
Ia membuka satu persatu map yang ada di atas meja. Ia menemukan hanya ada satu map yang berisi foto wanita.
Keningnya berkerut dalam melihat foto dalam map tersebut, “Ga salah??”
Jonathan mengambil ponsel lalu menghubungi Mamanya, ia ingin meyakinkan sebelum melakukan kesalahan fatal.
“Ma, berkas di atas meja Alex itu yang ada foto ceweknya, benar kan?”
“Iyaa … iya, benar … Pak jangan taruh situ, agak miring dikit. Ya, benar di situ aja. Apa lagiii, di sini lagi repot loh, Jo. Mama masih ngawasin orang lagi dekor ruang tamu, untuk acara nikah Kakakmu besok.”
“Cepat banget?”
“Papamu yang minta, sebelum Kakakmu berubah pikiran katanya. Eh, langsung kamu hubungi aja wanita itu, besok jam delapan suruh datang ke rumah. Jangan teralu lama kasih taunya. Kasihan dia ga sempat siap-siap.”
Jonathan ingin menyampaikan sesuatu tapi belum sempat ia membuka mulut, panggilannya sudah diputus sepihak oleh Mamanya.
“Baiklah, mungkin Kak Alex lebih suka wanita yang anti mainstream.”
...❤❤...
Ingatkan lagi ya 🙏
Love/favorite ❤
Komen bebas asal santun 💭
Like / jempol di setiap bab👍
Bunga 🌹
Kopi ☕
Rating / bintang lima 🌟
Votenya doong 🥰
Mampir ke karya aku yang lain yuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Red Velvet
Benar2 nih, mungkin ini yg dinamakan ucapan adalah doa. Hanum selalu berucap Alex adalah calon suaminya🤭
2023-03-28
0
inayah machmud
ngakak banget sama nama calon istri nya alex nama nya belibet banget. ..🤣🤣🤣
ya ampun kaya nya hanum benar otw sah bakalan jd istri alex. ..🤭😂😂😂
2023-01-24
0
re
Nah bingung ntar
2022-10-10
0