Malam sudah semakin larut, Kirana sudah lebih dulu tertidur di bahu Abangnya. Ningrum dan Lucy juga sudah masuk ke dalam tendanya jadi sekalian saja Adnan menggendong Kirana masuk ke dalam tenda baru dia dan Keenan melanjutkan obrolan.
"Kee, lo beneran serius sama adek gue?" tanya Adnan.
"Insyaallah serius Bang," jawab Keenan.
"Lo janji kan bakal jagain adek gue?"
"Janji Bang," kata Keenan lagi.
...***...
Matahari belum muncul dari ufuk timur, tapi dari tenda sebelah sudah ribut. Kirana kedinginan dan tubuhnya kaku. Dia bahkan sampai menggigil. Ningrum langsung berlari memanggil Adnan untuk datang dan membantu. Bukan hanya Adnan yang terbangun, tapi Raihan dan Keenan juga ikut terbangun.
Keenan adalah yang pertama bangun dan berlari ke dalam tenda dimana Kirana masih tertidur. Tanpa pikir panjang dia membuka jaketnya, dia selimuti tubuh Kirana dan dia peluk seerat yang dia bisa agar gadis kesayangannya itu tidak lagi kedinginan. Adnan menggenggam kedua tangan Kirana sedangkan Raihan membantu Lucy dan Ningrum menghangatkan kaki Kirana.
“Dek?” tanya Adnan melihat mata Kirana mulai tertutup.
“Bang dingin,” kata Kirana dengan suara yang teramat pelan.
“Sampai mukamu juga dingin banget. Harusnya kamu bilang dari semalem kalau kamu kedinginan. Kan aku bisa pinjemin jaketku,” kata Keenan.
Kirana menggeleng, “kalau jaketmu kupake terus kamu yang kedinginan dong,” kata Kirana.
Lambat laun matahari mulai menampakkan dirinya, Keenan melepaskan pelukannya kemudian mengajak Kirana keluar dari tenda. Beberapa menit lalu Bang Adnan memberinya segelas air hangat, tapi sudah dingin lagi sekarang akibat udara yang memang begitu dingin. Keenan mengajak Kirana berjalan-jalan di bibir pantai untuk mencari kehangatan dari sang surya.
“Lihat air jadi pengen nyebur,” kata Kirana.
“Jangan. Tadi bilang kedinginan sekarang malah mau nyebur gimana sih ni bocah,” kata Keenan.
“Udah nggak kedinginan kok sekarang,” protes Kirana.
“Dari mana udah nggak dingin? Tanganmu masih dingin ini,” kata Keenan. Dia sejak tadi terus menggenggam tangan Kirana agar tidak kedinginan karena gadis itu bilang rasa dinginnya masih menusuk walau dia sudah memakai sarung tangan tebal. Kirana tersenyum ketika melihat tangannya yang masih nyaman dalam genggaman tangan Keenan yang lebih besar darinya.
“Beruntung banget aku bisa punya kamu, Kee,” kata Kirana.
“Sama,” jawab Keenan.
“Jangan pergi ya Kee,” kata Kirana.
"Nggak akan," jawab Keenan tanpa ragu. Dia kemudian memeluk Kirana kembali dan pelukannya langsung dibalas oleh Kirana. Untuk pertama kalinya Keenan memberanikan diri. Dia mencium kening Kirana yang masih nyaman dalam pelukannya.
Tanpa sadar ada sepasang mata yang menatap sedih ke arah mereka berdua. Sorot mata yang kecewa karena tidak mampu melakukan apapun dengan perasaannya sendiri. Sama seperti Kirana yang banyak disukai oleh laki-laki lain, antrian para gadis yang menginginkan Keenan juga panjang. Bahkan beberapa kali mereka mencoba menghalalkan berbagai cara namun tidak sanggup memisahkan Keenan dan Kirana.
Seharian ini mereka berlarian bermain di pinggir pantai. Ada yang sibuk foto-foto, ada juga yang sibuk melamun di pinggir pantai. Ketika hari mulai malam, mereka kembali menyalakan api unggun. Kirana, Lucy, dan Ningrum mulai sibuk membereskan semua kekacauan yang mereka buat hari ini. Sedangkan Adnan, Raihan, dan Keenan memunguti sampah yang ada di sekeliling tenda. Mereka bukan hanya membersihkan sampah mereka saja tapi sampah-sampah plastik yang ditinggalkan oleh tangan-tangan usil juga mereka punguti semua.
Kirana, Lucy, dan Ningrum akhirnya juga ikut membantu. Mereka menyusur pantai dan membersihkannya. Setelah trashbag yang mereka bawa penuh, mereka bertanya pada pemilik warung yang tak jauh dari bibir pantai harus dibuang kemana sampah ini. Si pemilik warung berbaik hati akan membantu membuangnya. Katanya setiap 3 hari sekali akan ada yang mengambil sampah dari warung-warung di sini jadi Adnan dan yang lainnya hanya perlu meletakkan trash bag itu di sudut belakang warung saja.
Selesai makan malam, Keenan dan Adnan langsung masuk ke dalam tenda. Keenan memberikan jaketnya kepada Kirana agar kekasihnya itu tidak akan kedinginan lagi. Sebagai gantinya, Keenan kini mengenakan kaos lengan panjang 2 lapis agar tidak kedinginan. Kirana, Lucy, dan Ningrum sedang duduk bertiga di bibir pantai. Mereka sedang curhat. Tidak sih, lebih tepatnya hanya Lucy yang curhat lalu dua yang lainnya hanya mendengarkan.
Sudah biasa Lucy akan curhat sampai sesenggukan begini. Walaupun Kirana dan Ningrum sudah tahu apa alasan dari tangisannya, tapi keduanya tetap memberikan kesempatan untuk Lucy meluapkan semua kesedihannya. Terutama tentang kondisi Papa dan Mamanya yang terus bertengkar tanpa henti.
Selesai curhatannya dengan Lucy dan Ningrum, ketiga gadis itu kembali ke dalam tenda. Tapi hanya Lucy dan Ningrum yang masuk sedangkan Kirana masih ingin memandangi hamparan bintang yang terlihat jelas di langit malam yang cerah. Di rumahnya mana bisa dia melihat pemandangan sebagus ini. Langit kota sudah terlalu penuh dengan asap menurutnya.
“Kamu belum tidur?” panggil Bang Raihan yang melangkah keluar dari dalam tenda.
“Lho Bang Raihan kok belum tidur?” Kirana balik bertanya.
“Kok malah balik tanya. Iya aku belum tidur, sayang aja kalau udah pergi sejauh ini malah pemandangan bagusnya dilewatkan gitu aja,” kata Bang Raihan kemudian duduk di sebelah Kirana.
“Bener juga sih. Di kota kita nggak akan bisa lihat bintang sebanyak ini. Apalagi suara ombaknya, tenang banget rasanya,” kata Kirana.
“Aku pikir kamu nggak akan suka sama hal-hal beginian,” ledek Bang Raihan.
“Jangan menilai orang cuma dari cover-nya Bang. Kirana walau tomboy masih cewek tulen lho,” kata Kirana.
“Ki, abang boleh tanya-tanya nggak sama kamu? Abang butuh motivasi nih,” kata Bang Raihan pada Kirana setelah keduanya lama saling terdiam.
“Boleh lah Bang, kenapa nggak boleh?”
“Kamu sama Keenan awalnya bisa pacaran gimana?”
“Kenapa abang tanya kaya gitu? Ohh…, Abang lagi suka sama cewek yaa?” ledek Kirana.
“Iya. Tapi Abang mau mengutarakan perasaan Abang takut,” kata Bang Raihan.
“Jangan takut Bang. Perasaan kalau nggak tersampaikan rasanya sakit lho. Perkara nanti cewek itu menerima atau menolak Bang Raihan tapi kan yang penting Abang sudah berusaha. Jadi Abang nggak akan punya alasan untuk menyesal di kemudian hari,” kata Kirana.
“Kalau cewek itu udah punya pacar gimana?”
“Pacar belum tentu jadi suami kali Bang.”
“Tapi kamu sama Keenan? Ketimbang orang pacaran kalian kelihatan kaya pengantin baru tahu,” kata Bang Raihan.
“Manusia boleh punya rencana Bang, tapi takdir tetap Allah yang tentukan. Aku dan Keenan boleh saja merencanakan banyak hal untuk masa depan kita, tapi semua yang terbaik tetap rencana Allah. Itulah kenapa aku sama Keenan berprinsip, selama belum ada kata sah kita belum punya hak satu sama lain kecuali kewajiban untuk menjaga perasaan satu sama lain,” kata Kirana.
“Ternyata kamu bijak juga ya, padahal dari segi usia kamu masih belum dewasa,” puji Bang Raihan.
“Menurutku usia itu cuma angka, nggak bisa jadi ukuran kedewasaan seseorang. Saran dari aku, kalau Abang memang sudah yakin sama perasaan Abang sampaikan saja. Tapi begitu Abang menyampaikan perasaan itu Abang harus siap bertanggung jawab sama keputusan Abang. Jangan sampai malah Abang yang menyakiti hatinya,” kata Kirana.
“Bang, aku masuk dulu ya. Udaranya udah mulai dingin nih,” kata Kirana pamit para Raihan.
Raihan mengangguk tanda mengiyakan. Dia memandangi gadis itu, dia sudah masuk dan menutup tendanya membuat pantulannya tidak bisa lagi Raihan lihat, tapi dia masih betah memandangnya.
“Kirana, maukah kamu jadi kekasihku? Aku suka sama kamu Ki. Tapi aku tidak sejahat itu memisahkan kamu dan kekasihmu. Kalian saling mencintai, aku nggak akan mungkin merusak hubungan itu. Karena dibandingkan kebahagiaanku, kebahagiaanmu jauh lebih penting,” kata Raihan dalam hatinya.
Dia hanya bisa menghela nafas. Belum pernah dia merasakan jatuh cinta sedalam ini. Bahkan bisa dibilang Kirana lah cinta pertamanya. Sejak kecil Raihan yang merupakan anak tunggal selalu berusaha memenuhi ambisi Ayahnya.
Raihan bisa masuk dan lulus dari akademi kepolisian dengan nilai terbaik juga demi menjadi anak kebanggaan kedua orang tuanya. Dia tidak pernah memikirkan hal selain itu. Baru ini dia kepikiran, usianya sudah tidak lagi muda. Cepat atau lambat dia harus memiliki pasangan yang akan menjadi teman hidupnya. Naas saja, dalam masa pencarian itu malah sosok Kirana Dwi Dhanastri, adik perempuan sahabatnya sendiri yang menarik perhatiannya dan mampu mengalihkan dunianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments