Hai hai hai~
Jangan lupa untuk vote, comment, and like ya biar author rajin update 🤗
...🌱Ji🌱...
"Kee, tadi abang ngajak aku ngecamp di GK. Aku mau ajak Lucy sama Ningrum terus aku disuruh ajak kamu juga,” kata Kirana ketika sedang video call dengan kekasihnya malam itu.
“Hari apa?”
“Berangkat besok, Minggu pulang,” kata Kirana.
“Boleh, kebetulan aku senggang 3 hari itu. Tadinya mau nganter Mbak Ayu belanja tapi dia sudah sama suaminya. Jadi aku nyamper ke rumah jam berapa nih?”
“Habis Dzuhur aja, soalnya kata abang ada satu temennya yang mau ikut tapi harus patroli dulu. Buat masalah tenda dan perlengkapan lainnya udah aku, Lucy, sama Ningrum yang cari jadi kamu tinggal bawa perlengkapan pribadi sama jajan yang banyak,” kata Kirana.
“Mau lumpianya Bunda nggak? Kebetulan Bunda mau buat. Kalau iya aku bawain.”
“Oh ya jelas nggak nolak. Aku mau dong yang banyak yah,” kata Kirana membuat Keenan tersenyum. Pacarnya itu memang doyan kulineran. Tapi berbeda dengan gadis lain, tubuhnya tidak menggemuk walaupun banyak makan ya karena polahnya yang memang seperti kuda lumping sih. Tidak pernah mau diam. Dia juga mempelajari bela diri sejak masih kecil jadi dibanding gemuk tubuhnya malah memadat berotot.
“Yaudah kalau gitu aku matiin dulu ya kamu tidur gih udah malem.”
“Eh tunggu. Bentar,” kata Kirana menahan Keenan agar tidak mematikan telepon. Keenan bisa melihat gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari rumah.
“Ma, Bunda besok mau bikin lumpia.” tanya Kirana.
“Oh ya? Eh Keenan, Mama pesen dua kotak yang frozen nak. Besok bawa sekalian kamu ke sini,” kata Mama yang akhirnya bilang sendiri ke Keenan lewat handphone Kirana.
“Siap Ma, noted. 2 kotak frozen masing-masing isi 20 ya. Eh tumbenan Mama pesen sebanyak itu mau ada acara Ma?” tanya Keenan yang terdengar akrab dengan Mamanya Kirana.
“Nggak ada. Buat persediaan aja, soalnya Abang sama Adek kalau makan kaya orang kerasukan,” kata Mama membuat Kirana malu aibnya dibongkar di depan pacar.
“Ih Mama mah gitu,” kata Kirana. Dia bukannya kembali ke kamarnya malah meletakkan kepalanya di pangkuan Mama membuat Abang yang tadi duduk tenang sambil main game di handphonenya ikut melakukan hal yang sama di paha kiri Mama.
“Ki, aku matiin ya telponnya. Besok aku ke rumah jam 1 an, assalamualaikum,” pamit Keenan.
“Waalaikumsalam, good night Kee,” kata Kirana sebelum Keenan mematikan sambungan.
“Gid night ki, jijik aku dengernya,” kata Abang.
“Dih sirik tanda tak mampu,” cibir Kirana balik.
“Weh enak aja kalo ngomong. Abang tuh bukannya nggak mampu, cuma nggak mau aja. Tapi aslinya yang ngantri banyak kok,” kata Bang Adnan menyombongkan diri.
“Bang, Keenan saja sudah berani bilang mau ngelamar adekmu lho lulus kuliah nanti. Lha kamu yang sudah kerja kapan mau bawa pacar kamu ke rumah? Papa sudah nggak sabar mau gendong cucu nih,” kata Papa ikut duduk bergabung dengan keluarga kecilnya.
“Kalau Papa mau Papa bikin aja sendiri sama Mama,” kata Adnan membuat Mama menjewer kecil telinga putra sulungnya.
“Kasihan Mama lah Bang, sudah tua sudah nggak sanggup ngeden. Lagian Abang mau punya adek bayi padahal umurmu sudah mau 23? Adek juga umurnya sudah 19 mau punya adek selisih umur segitu banyak?” tanya Mama pada kedua anaknya yang anteng dipangkuannya sambil dielus kepalanya oleh Mama.
“Nggak!” teriak keduanya kompak.
“Nggak usah teriak sudah malam,” tegur Papa.
“Tuh Abang yang mulai. Pokoknya aku nggak rela ya punya adek selisih usia 19 tahun. Bukannya dikira kakak nanti aku dikira ibunya lagi. Lagian Abang tuh cepetan nikah sih Bang, biar di rumah ini ada yang mawangi Abang. Biar setannya nggak lepas,” kata Kirana yang saling mengejek dengan Abangnya padahal Papa dan Mama ada di sana juga.
“Ehh enak aja main suruh nikah nikah dipikir nikah tuh enak? Nyawa orang itu, kalau nggak bisa kasih makan, nggak bisa kasih bahagia ngapain dinikahin. Eh Dek, Abang kasih tahu ya, selama Abang 2 tahun kerja di polres laporan soal KDRT tuh menggunung. Itu gara-garanya Nikah kecepetan, cuma perkara pengen doang.”
“Ya nggak papa sih biarin. Nih ya aku bakal buktikan kalau nikah cepet itu bukan kesalahan,” kata Kirana.
“Kalau dalam kasusmu kok sampai kamu nggak nikah nikah malah jadi zina. Sadar diri dong anda pacaran dari jaman masih anak bawang. Heran juga aku kenapa Keenan mau sama bentukan kaya kamu Dek,” jawab Adnan.
Keduanya sudah tidak berada di pangkuan Mama, melainkan duduk mengapit Mama membuatnya harus menutup kedua telinganya karena kedua anaknya ini berdebat di kanan kirinya.
“Abang gaje.”
“Adek lebih gaje.”
“Abang gaje.”
“Adek gaje.”
"Ee…, shtt…, udah. Stop! Pusing Mama dengernya. Iya adek nggak salah kalau mau nikah cepet, Abang juga nggak salah punya prinsip. Udah nggak usah berantem,” kata Mama.
“Hey kalian berdua, besok katanya mau ngecamp kan? Kalau kalian berantem terus kaya begitu nggak kasihan apa sama teman-teman kalian yang ikut?”
“Nggak.”
“Heleh, kalian ini. Nih Adnan bawa mobil Papa, jangan pakai motor. Inget kamu bawa anak gadis orang jangan macam-macam kamu. Kalau sampai ada apa-apa sama adek-adek, kamu dan Raihan yang akan Papa marahi pertama kali,” kata Papa sambil menyerahkan kunci mobil pada putranya.
“Udah sana bubar. Tidur. Besok pagi kalian berdua janji mau bantuin Mama belanja kan? Nggak ada kata kesiangan ya, jam 7 kita berangkat.”
...***...
“Eits lu duduk sama gue di depan, enak aja lu mau duduk sama Keenan. Zina kalian ntar,” kata Adnan sambil menahan kerah belakang Kirana yang akan duduk di belakang bersama pacarnya.
“Abang ih nyebelin banget sih jadi orang,” protes Kirana tapi tetap mengikuti arahan abangnya untuk duduk di depan.
“Zina dari mananya. Baru mau pegang tangan aja udah dipelototin, apalagi pegang yang lain babak belur kali gue dikeroyok dua orang, mana mantan atlet taekwondo semua lagi,” gumam Keenan.
“Lu berdua jadi suami istri udah berapa tahun masa belum pernah pegang pegang sih cupu,” ledek Lucy.
“Suami istri palamu! Nikah aja belum. Belum halal. Gue mau save kenikmatan buat malam pertama ntar,” kata Keenan seperti tanpa rasa takut.
“Ngomong lagi gue bogem beneran lu Kee,” kata Adnan dan Kirana dengan kompaknya.
“Ya Allah kayaknya aku salah pergaulan deh. Nggak ada yang normal apa di mobil ini satu aja gitu,” kata Ningrum.
“Heh, ngatain temen Bang Adnan lu?” bisik Lucy pada sahabatnya. Sepertinya mereka tidak sadar kalau sejak tadi di sebelah Keenan ada teman Bang Adnan yang duduk dengan tenang memandangi keributan ini.
“Ehehehe nggak maaf Bang, nggak maksud ngatain. Bercanda doang Bang ampun yak,” kata Ningrum lagi.
“Ngapain lu begitu. Tuh orang kalo udah gila bisa lebih dari kalian tahu,” kata Adnan membela temannya. Entah pembelaan atau celaan yang penting ada yang membela.
“Eh iya si Abang belum kenalan namanya siapa Bang? Polisi juga?”
“Iya polisi, panggil aja Bang Raihan. Salam kenal ya semuanya,” kata orang bernama Raihan itu sambil menampakkan senyumnya.
“Bang tahu nggak?”
“Apa?”
“Senyum Abang manis, masih jomblo nggak?” tanya Lucy lagi langsung dengan jurusnya.
“Jomblo sih. Kenapa? Mau pdkt sama saya?” tanya Raihan pada Lucy.
“Jangan mau Cy, buaya darat tuh orang,” kata Adnan kembali mematahkan image temannya.
“Anjing emang ni orang satu. Woy lu beneran temen gue bukan sih?” kata Bang Raihan pada sahabatnya.
“Nah kan keluar aslinya,” kata Adnan yang sekarang malah berdebat sendiri dengan temannya.
“Darah emang lebih kental dibanding air. Nggak abang nggak adek sama aja,” gumam Ningrum sambil geleng-geleng bersama Lucy yang sama herannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments