Malam hari saat makan malam, Melati ingin menyampaikan apa yang tadi dibahasnya bersama teman arisannya. Sebelumnya ia sudah membicarakan hal itu dengan suaminya, dan mendapat persetujuan. Dirga juga sangat ingin melihat putra kesayangannya menikah, karena ia juga takut jika Arman bukan tipe pria normal seperti kebanyakan.
"Arman, besok kita di undang makan malam di rumah Tante Syibil. Mama harap kamu bisa meluangkan waktu untuk itu" ucap Melati sambil menikmati makan malam.
"Iya" singkat Arman.
"Kamu harus dandan yang ganteng, besok kamu akan kenalan dengan calon istri kamu" tambah Melati, seketika Arman tersedak hingga nasi dalam mulutnya tersembur keluar.
"Pelan pelan" ucap Dirga memberikan minum pada putranya.
"Makasih, Pa" ucap Arman, lalu menatap ke arah mamanya.
"Ma, bukannya aku udah bilang kalau engga mau nikah ya? kenapa dijodohin sih?!" kesal Arman menatap wanita di hadapannya.
"Udah kamu nurut aja sama mama, kalau kamu engga mau ya udah bawa aja calon kamu sendiri kesini besok siang" santai Melati melanjutkan makan tanpa menatap putranya.
"Cuma perkenalan saja, kalau kamu engga suka ya udah harus di terima" ucap Dirga dibalas tawa istrinya.
"Apa-apaan sih" kesal Arman langsung menyudahi makan dan pergi ke kamar.
Kedua orangtuanya masih tertawa bersama di meja makan. Sudah biasa dengan sikap kesal juga dingin putranya selama ini, yang bukan menjadi hal baru untuk di hadapi. Mereka sudah mengambil keputusan dengan tekat kuat, walaupun tahu jika calon menantu mereka baru kelas tiga SMA. Tapi hubungan baik Melati dan Syibil yang sama sama ingin mencari jodoh untuk merubah sifat juga sikap anak mereka, tidak memperdulikan jaraknya usia yang terpaut delapan tahun. Toh Arman masih tampak muda walau dengan usianya saat ini.
Di tempat lain, Syibil pun menyampaikan hal yang sama. Sebuah hal yang telah di sepakati bersama suaminya juga sahabat karibnya dari masa kuliah. Melati dan Syibil memang sahabat baik dari kuliah, dan ingin mengikat kuat persahabatan itu menjadi sebuah hubungan kekerabatan yang kental.
Duduk bersama di meja makan, Syibil berniat membuka obrolan yang juga sudah di utarakan pada putranya. Meski awalnya menolak, Leo yang juga ingin melihat perubahan baik pada adiknya menyetujui semua rencana yang telah disusun mamanya.
"Sa, besok jangan keluar rumah dan jangan bertingkah seperti biasanya. Besok kamu harus mandi, dandan yang rapi ada acara makan malam di rumah" ucap Syibil pada gadis yang tengah makan dengan lahap menggunakan tangan.
"Makan tinggal makan aja kenapa harus cantik segala sih Ma?" protes Sachinta.
"Besok itu acara penting buat hidup kamu! kamu harus ketemu sama calon suami kamu, jadi harus dandan yang cantik biar meninggalkan kesan baik" jelas Syibil panjang, hanya di angguki oleh Sachinta belum benar benar menyerap ucapan mamanya.
Terus makan menggunakan tangan tanpa sendok, Sachinta terlihat santai. Keluarganya pun bersamaan menatap Sachinta heran, karena tidak mendapat tanggapan apapun dari gadis yang terus menundukkan wajah untuk menikmati ayam bakar dengan sambal favoritnya.
"Apa?! calon suami?!" teriak Sachinta baru menyadari, seketika keluarganya memasang wajah malas bersamaan.
"Ma, aku masih kecil masa udah di suruh nikah sih? mama oke kan?" sambung Sachinta masih berekspresi terkejut.
"Udah telat kagetnya, mending makan aja" ucap Leo melanjutkan makan.
"Tau nih anak engga asik banget" gumam Syibil juga sudah melanjutkan makan.
Menggerutu kesal, Sachinta menambah nasi kembali dengan porsi lebih banyak. Ketika kesal makannya akan berubah seperti Juli bangunan yang kelaparan tujuh hari tidak makan. Keluarganya hanya menatap tingkah Sachinta yang mulai memasukkan makanan kasar ke dalam mulutnya, dengan mulut mengunyah juga menggerutu sendiri.
Bobby tersenyum setiap kali melihat piring putrinya berisi penuh makanan. Sementara Syibil dan Leo bergidik sendiri melihat piring sudah seperti tumpeng hajatan saja dengan lauk mengelilingi. Terlalu banyak dan tidak masuk akal jika seorang gadis makan dengan porsi satu kelurahan seperti itu, namun memang begitulah Sachinta ketika kesal dan akan menghabiskan semuanya sendiri.
***
Pagi hari, sengaja Sachinta diijinkan libur dari sekolah. Syibil tidak ingin mengambil resiko dengan putrinya yang kabur hari ini. Hari ini, khusus ia ingin membawa putrinya itu ke salon untuk mencuci rambut, agar terlihat segar dan cantik untuk acara makan malam nanti. Ia sangat ingin meninggalkan kesan baik pada keluarga calon besannya, walau mereka sudah menghapal betul bagaimana sikap Sachinta yang slengean dan apa adanya.
"Huwaaaaaaa, jam sepuluh?!" terperanjat Sachinta dari tidur ketika melihat jam pada ponselnya.
Terburu buru Sachinta beranjak dari tempat tidur, hingga terjatuh karena tersandung selimutnya sendiri. Terjatuh dengan posisi kaki masih di atas ranjang, cukup membuat wajah cantiknya kesakitan karena terbentur lantai lumayan keras.
"Duh nih kamar siapa sih berantakan banget?!" kesal dan mengumpat mengusap berulang keningnya.
Berjalan turun dengan rambut acak acakan seperti tumpukan jerami, Sachinta menghampiri mamanya yang tengah sibuk di dapur mengarahkan asisten rumah tangga untuk mempersiapkan hidangan istimewa nanti malam. Masih berwajah bantal kusut, Sachinta mengambil tempe goreng di meja, langsung dipukul punggung tangannya oleh Syibil.
"Jorok banget!" protes keras Syibil melotot.
"Mama kenapa engga bangunin aku ke sekolah sih?" mengunyah sambil berbicara ke arah mamanya.
"Aduh bau kamu engga enak banget, ini rambut berapa tahun engga di cuci sih?" ucap Syibil menjauh dari tubuh putrinya, tak tahan akan aroma khas putrinya sendiri.
"Baru satu minggu, belum genap satu tahun" santai Sachinta kembali memasukkan tempe goreng ke mulutnya.
"Ampun, bener bener jorok banget deh nih anak" menggeleng semakin menjauhkan tubuh dari putrinya.
"Iya habis ini keramas, pakai daun kemangi biar seger" santai kembali Sachinta.
Syibil menggelengkan kepala melihat putrinya yang sudah beralih untuk merebahkan diri di sofa bed depan TV. Bergidik jijik sendiri mengetahui jika putri satu satunya terlalu tidak mementingkan penampilan, bahkan sangat sangat tidak peduli. Semakin kuat tekat Syibil untuk menjodohkan anaknya itu agar dapat berubah dengan adanya Arman nanti di hidupnya.
Sebenarnya Syibil ataupun Melati tidak pernah tahu jika Arman dan Sachinta berada dalam lingkungan sekolah yang sama. Keduanya hanya tahu jika Sachinta seorang murid, dan Arman seorang guru BK yang masuk dengan keterpaksaan.
Terdengar suara dengkuran keras hingga meja makan, Syibil berjalan menghampiri sumber suara. Membuang napas kasar, menggelengkan kepala melihat putrinya sudah sangat lelap dengan satu kaki menggantung pada sandaran punggung sofa.
"Ya Tuhan, baru pindah sebentar udah ngorok aja nih anak!" bergumam Syibil meletakkan kedua tangan di pinggang, seraya menggelengkan kepala tidak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nararya Aruna
lucu banget sih ada perempuan kaya gitu ya
2023-05-04
0
yanti ryanti
hiiiiiiii Sachi jorok banget😁😁😁😁
2021-11-22
1
Rieta
bukan nya par arman wakil kepala sekolah ya ko bisa jadi guru BK
2021-11-22
0