Sachinta dan Nino berjalan bersama menuju teras. Sachinta lebih ingin menunggu di luar dan duduk di kursi teras, daripada harus masuk dan bertemu dengan Arman. Lagipula di dalam rumah Arman sepertinya sedang ada acara, dan tentu saja membuat Sachinta takkan nyaman di sana.
Melihat lihat ke setiap sudut rumah, Sachinta dikejutkan dengan kehadiran laki laki berbalut kaos oblong putih serta celana pendek sampai lutut. Tidak seperti biasa di sekolah, Arman tampak berbeda tanpa kacamata serta pakaian santai. Sachinta melongo hebat menatap ke arah lelaki masih berdiri mengantongi kedua tangan di saku celana.
"Belum cukup membuat masalah di sekolah sampai harus datang kemari?!" dingin dan sinis Arman bertanya.
"Saya cuma mau ambil HP saya, Pak" santai Sachinta menjawab.
Arman membuang napas kasar, memalingkan wajah ke sisi kanan. Sementara Sachinta malah mengintip dengan bodohnya sembari memajukan tubuh condong ke depan, dan cepat kembali bersandar saat sorot mata dingin itu melirik ke arahnya.
"Please pak, saya rela di hukum apa saja tapi jangan pisahkan saya dari HP saya. Dia terlalu sempurna untuk saya tinggalkan bersama Bapak" memohon Sachinta menyatukan tangan di depan wajahnya, lagi lagi Arman membuang napas kasar.
"Tunggu di sini!" sinis dan dingin nada yang digunakan Arman untuk menjawab.
"Yes!" bahagia gadis sudah beranjak sambil menari nari kegirangan, setelah Arman masuk ke dalam.
Saking bahagianya sampai menari seperti orang tidak memiliki rasa malu. Ia tetap saja menari saking bahagianya hingga Arman kembali, dan tersenyum kecil melihat tingkah gadis masih dengan tas punggung melekat. Lelaki langsung mengatupkan bibir itu mulai berdehem, menyadarkan Sachinta cepat dan menoleh.
"Eh Bapak" tersenyum bodoh menggaruk tengkuk, Sachinta melangkah maju menghampiri.
"Besok kalau kamu telat lagi, maka jangan berharap ini akan kembali ke kamu!" tegas Arman menyerahkan ponsel ke arah murid bandelnya.
"Siap, Pak!" memberi hormat dengan menghentakkan satu kaki kanan.
"Oh my darling baby honey sweety" seru Sachinta menatap ponsel dekat dengan wajahnya, lalu mencium berulang.
"Ada lagi?!" dingin Arman.
"Oh engga ada dong Pak, saya pamit pulang dulu ya. Salam ke mba mba yang tadi antar saya kemari, tolong bilang dari dalam lubuk hati terdalam saya mengucapkan I love you" mengangguk berulang, meletakkan tangan di depan dada serta memasang wajah serius.
Langsung pergi dengan ponsel di tangan, Sachinta bersenandung dengan sesekali memutar tubuh mencium ponsel. Arman hanya tersenyum memperhatikan. Tak pernah sebelumnya ia menemukan seseorang sepeti Sachinta, yang bahkan tidak memiliki gengsi seorang perempuan sama sekali.
"Sialan habis manis gue dibuang" gerutu Nino baru saja keluar, berdiri di belakang Arman menatap ke arah luar pagar.
"Pacaran?" menoleh Arman bertanya.
"Siapa? aku? sama dia? Hahahahaha mau banget lah, dia yang engga mau sama aku" sahut Nino terbahak sendiri, dilewati oleh Arman masuk ke dalam rumah.
"Hari ini semua orang kenapa coba main tinggal tinggal aja?" gerutu Nino kesal.
Nino masuk kembali ke dalam rumah Arman, karena mamanya sedang berada di dalam untuk ikut acara arisan yang selalu di selenggarakan sebulan sekali. Langsung saja ia duduk di samping kakak sepupunya yang tengah menonton acara TV.
"Bang, Sasa engga dapat hukuman?" tanya Nino pada lelaki masih fokus pada acara bola di TV.
"Bukan urusan kamu" santai Arman tanpa menoleh.
"Jangan lah Bang, kasihan dia. Dia itu baik sebenarnya, cuma agak sedikit kurang kerjaan aja hidupnya" ucap Nino, tidak di mengerti oleh lelaki yang langsung menoleh penuh tanya.
"Kurang kerjaan?" tanya Arman bingung.
"Iya, hidupnya itu kurang kerjaan cuma main game aja setiap hari. Umpama ada cowok ganteng sama game, pasti dia milihnya game. Sama kaya Bang Arman nih, ada cewek cantik juga yang dipilih buku sama acara bola" santai Nino, ditatap sinis kakak sepupunya.
Arman kembali menonton acara bola, tidak menjawab ucapan Nino. Ia memang tidak pernah sekalipun dekat dengan perempuan, sampai keluarganya mengira jika ia tak doyan dengan perempuan. Untuk itu, mamanya sengaja mencari jodoh untuk putranya, karena khawatir akan masa depan keturunan keluarga.
Berulang kali Arman di desak untuk menikah namun selalu menghindar. Ia tidak pernah ingin membahas masalah perempuan ataupun pernikahan, yang belum siap untuk dijalani. Hidupnya hanya membaca buku dan bekerja, menonton bola dan bertemu teman temannya kala akhir pekan.
Selain menjadi wakil kepala sekolah karena membantu Om nya selaku pemilik yayasan, Arman memiliki usaha showroom mobil sendiri. Tapi ia tak setiap hari datang, dan hanya berkunjung ketika mood nya sedang baik. Usaha yang dirintisnya dari tiga tahun terakhir, cukup memuaskan dengan hasilnya sampai ia memiliki satu cabang lagi untuk memperluas jangkauan bisnisnya.
Di tempat lain, Sachinta yang tengah mengemudikan motornya untuk.pulang tiba tiba merasa ada yang mengganjal dan menghentikan laju motornya. Mencoba berpikir keras sampai kepalanya miring ke samping, mengingat akan apa yang telah mengganjal dalam hatinya. Tiba tiba ia menepuk tangan mengingat sesuatu.
"Nino!" teriak Sachinta teringat.
"Kenapa gue lupa sama tuh anak sih? bodoh banget deh gue ah" menggerutu memaki diri sendiri.
Meraih ponsel dalam saku jaket, Sachinta menekan nomor Nino dan menghubunginya. Gadis dengan helm retro berwarna pink itu, benar benar lupa jika tadi ia datang ke rumah guru BK nya bersama dengan ketua OSIS sekolah. Saking bahagianya bertemu kembali dengan.ponsel kesayangan, ia melupakan begitu saja janji untuk mentraktir Nino.
"Nino, maafin gue. Gue lupa kalau tadi sama Lo, gue balik sekarang apa engga usah?" ucap langsung Sachinta begitu sambungan telpon terhubung.
"Engga usah! jahat banget Lo main tinggal aja" sahut Nino kesal, dilirik oleh Arman masih duduk di sampingnya.
"Maaf, gue saking senengnya sampai lupa kalo ada janji traktir Lo" menyesal Sachinta menjawab.
"Besok aja di kantin" sahut Nino dari ujung telpon, mengembangkan senyum Sachinta amat lebar.
"Sekarang juga gue engga punya duit, tadi niatnya mau traktir Lo duitnya utang dulu ke lo" tertawa memegang telpon, mengembangkan senyum Nino yang masih setia bersandar pada sofa untuk menjawab telpon.
"Ada orang mau traktir tapi utang sama yang di traktir, udah Lo pulang aja ati ati. Jangan lupa belok kalau ada belokan, entar Lo lurus aja lagi" ucap Nino, terdengar tawa Sachinta dari ujung telpon hingga terdengar telinga Arman saking kerasnya.
"Ya kalau belokannya ganteng sih, gue lurus aja. Lumayan dapat cium dikit dari belokan" sahut Sachinta di sela tawa.
Belum menutup sambungan telpon, keduanya masih melempar canda bersama sampai Nino di bekap mulutnya menggunakan bantal sofa oleh Arman. Suara tawanya bersama Sachinta cukup mengganggu Arman uang tengah asik menonton acara bola di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
ana Imaa
yah topi nya dilupain sasa😂😂😂
2022-10-04
0
yanti ryanti
ngakak abis😁😁😁
2021-11-22
0
࿅xena_wild ˡⁱᵒⁿあᬊ𝄞༗
🤣🤣🤣🤣🤣🤣sumpah aq smp guling2 kepentok tembok gegara baca nih novel🤣🤣🤣🤣
2021-10-23
1