"Dilaporkan telah terjadi perampokan bersenjata di sebuah bank cabang distrik barat kota. Perampokan terjadi pada pukul tiga dini hari. Pada insiden ini melibatkan dua orang pria pihak keamanan bank sebagai korban."
"Kamu lagi nonton apa?" tanya Berlin berjalan keluar kamar, lalu menghampiri Nadia yang duduk di sofa dan tampak sangat menyimak berita tersebut.
Nadia sedikit terkejut dengan kehadiran Berlin yang tiba-tiba muncul dan memeluknya dari belakang.
"Lagi nonton ini ... ada berita perampokan lagi," jawab Nadia.
Di siang hari itu, Berlin secara tidak sengaja menyaksikan berita tentang perampokan yang sedang dilihat oleh istrinya itu di ruang keluarga.
"Ingat! Jangan kebanyakan nonton berita seperti itu, ya?" ucap Berlin menasihati Nadia lalu berjalan kembali masuk ke kamar.
"Iya, aku tahu," jawab Nadia menoleh, dan lalu mematikan televisinya. Ia pun beranjak dari sofa menuju tangga untuk mempersiapkan barang bawaan Berlin yang berada di lantai bawah.
...
"Apa semuanya sudah?" tanya Nadia kepada Berlin yang sedang berjalan menuruni tangga.
Berlin tersenyum, berjalan menghampirinya dan menjawab, "sudah, sayang." Ia pun mengambil semua barang bawaannya yang sudah dipersiapkan di atas meja ruang tamu.
"Hari ini ... aku akan pulang malam, dan aku minta maaf karena kita tidak bisa makan malam bersama," ucap Berlin ketika berhadapan dan menatap Nadia.
Nadia tersenyum dan tampak tidak keberatan dengan hal itu, "iya, aku tahu, kok. Tetapi kamu harus ingat! Jangan terlalu memaksakan diri! Kalau capek maka istirahatlah!" ucapnya.
Berlin mengangguk dan berkata, "iya, aku tidak akan lupakan itu."
"Nanti pintu rumah kamu kunci saja! Aku membawa kunci cadangan, kok," lanjut Berlin mengambil sebuah tas kecil yang tergeletak di atas meja.
"Baik," sahut Nadia.
"Ya sudah kalau begitu, aku pamit berangkat, ya?" ucap Berlin lalu mengecup kening milik wanita di hadapannya itu.
"Semangat! Hati-hati!" ujar Nadia seraya mengulas senyumannya. Hati Berlin merasa jauh lebih tenang ketika mendapat senyuman manis tersebut.
~
Di tengah perjalanannya menuju Markas Ashgard. Berlin melintasi padatnya jalanan tengah kota, sembari mendengarkan berita-berita yang ada pada radio mobilnya.
"Perampokan di mini market ---. Telah terjadi perampokan di bank cabang ---. Pelaku perampokan bersenjata di sebuah rest area ---. Perampokan dan pembunuhan di malam hari yang terjadi di tengah jalan tol ---."
Berlin mengganti-ganti saluran radio tersebut, yang ternyata adalah rekaman ulang dari semua berita yang ia kumpulkan akhir-akhir ini.
Semua berita itu sengaja dikumpulkan Berlin dan rekan-rekannya guna mencari informasi atau petunjuk soal Clone Nostra yang sangat sulit untuk dicari informasinya. Namun meski begitu, informasi yang didapat masih saja sangat minim, bahkan nihil.
"Semuanya soal perampokan. Apa dalang dari semua perampokan itu adalah pihak yang sama?" batin Berlin tampak berpikir.
Biimm ... Biimm ...!!!
Klakson mobil dari belakang langsung memecah lamunan dan pikirannya. Berlin pun kembali fokus untuk mengemudi, karena antrean mobil di depannya juga sudah perlahan jalan.
.
~
.
Pukul 14:00 siang.
Markas Ashgard.
Sesampainya di markas tersebut. Berlin hanya mendapati Asep, Adam, dan Kimmy di sana. Selain itu dirinya tidak menemukan rekan-rekannya yang lain berada di sana.
"Bagaimana situasinya?" tanya Berlin kepada Adam.
"Rekan-rekan kita sudah tersebar di berbagai penjuru kota, beberapa di distrik barat, beberapa juga di distrik timur." Adam menjawab pertanyaan tersebut.
Meski mendengar kalau rekan-rekannya sudah tersebar untuk mencari informasi tentang Clone Nostra. Tetapi tampaknya Berlin tidak begitu senang dan puas. Dirinya tampak masih memikirkan soal bagaimana cara agar dapat petunjuk tentang Clone Nostra.
"Kim, apakah kau tahu berita soal kriminal akhir-akhir ini?" tanya Berlin duduk di sebuah sofa ruang utama.
"Yang soal perampokan?" sahut Kimmy berdiri berdiri di samping Berlin.
"Ya," jawaban singkat Berlin.
"Ngomong-ngomong soal perampokan, berita kriminal akhir-akhir ini memang lagi musimnya perampokan atau gimana, sih?" sela Asep berdiri di sebelah Adam yang duduk di sebelah Berlin.
"Makanya aku mencurigai hal itu," ucap Berlin dengan nada datar nan dingin.
"Apa ini sebuah pola?" sela Adam bertanya-tanya.
"Atau pengalihan?" sahut Berlin kembali bertanya-tanya.
Alhasil Berlin dan ketiga rekannya pun terus membahas jauh soal topik tersebut. Berlin sendiri merasa curiga dengan berita-berita kriminal yang disorot dan diangkat ke publik. Dirinya juga curiga dengan pihak atau dalang dari semua perampokan itu.
"Apa kata pihak kepolisian soal kasus-kasus perampokan ini?" tanya Berlin kepada Kimmy.
"Polisi masih mengurus kasusnya, dan di sisi lain ... kepolisian juga harus menangani banyak kasus lain," jawab Kimmy.
Asep yang mendengarnya tiba-tiba merasa sedikit simpati dengan pihak kepolisian, "kasihan sekali mereka, banyak kasus yang harus dikerjakan dalam waktu yang bersamaan, dan semua kasus itu tidak mudah untuk diselesaikan. Belum lagi mereka sering dikecam masyarakat atas kinerja mereka dalam menangani kasus."
"Tidak perlu dikasihani, itu sudah menjadi resiko serta tugas mereka sebagai kepolisian! Lagipula sudah biasa jika polisi menjadi musuh publik, bahkan kita pernah memusuhi mereka," sahut Adam.
Berlin hanya diam mendengarkan rekan-rekannya mengobrol sembari memikirkan suatu hal.
"Hmm, tugas, ya?" gumam Berlin mendengar pembicaraan rekannya.
Ketiga rekannya pun menoleh ke arahnya ketika ia bergumam demikian. "Apa?" tanya Asep merasa tidak begitu dengar apa yang Berlin ucap.
"Kim, bisakah kau kumpulkan segala laporan dan informasi dari kepolisian soal semua kasus perampokan itu?" tanya Berlin seketika terlepas dari lamunannya.
Kimmy sedikit terkejut dengan permintaan tersebut. Namun dirinya menjawab, "baik, akan ku kumpulkan."
"Sekarang, ya!" lanjut Berlin kembali.
Kimmy terkejut dengan permintaan yang ternyata untuk saat itu juga. "Sekarang?! Ba-baik, sebentar," sahut Kimmy lalu beranjak dari tempatnya berdiri menuju ke ruangan belakang.
"Apa yang kau rencanakan?" tanya Asep menatap bingung Berlin.
"Hanya memastikan," jawaban singkat diberikan oleh Berlin.
.
~
.
Tok ... Tok ...!
Tampak seorang petugas wanita dengan secangkir teh yang ia bawa sedang mengetuk pintu dari sebuah ruangan. "Masuk!" pinta seorang pria dari dalam ruangan.
Wanita tersebut pun membuka pintu ruangan itu, dan lalu berjalan memasuki ruangan. Tampak seorang pria dengan seragam petugasnya sedang sibuk mengerjakan banyak sekali dokumen-dokumen yang bertumpukan di atas mejanya.
"Aku membawakan teh untukmu," ucap Netty meletakkan secangkir teh itu di atas meja milik Prawira.
"Terima kasih," jawab Prawira seraya mengulas senyumnya.
"Janganlah kamu memaksakan dirimu ...!" Netty mengingatkan hal tersebut.
"Iya, aku tahu," jawab Prawira.
Meski Prawira terlihat begitu lelah akhir-akhir ini, bahkan matanya saja memiliki kantung mata karena sering mengambil jam lembur. Tetapi semangat sama sekali tidak pudar dan padam. Ditambah lagi kepolisian sedang menghadapi banyak sekali kasus saat ini.
"Baru saja Kimmy menghubungi ku, dan dia meminta segala laporan serta informasi soal kasus-kasus perampokan akhir-akhir ini yang dimiliki kepolisian," ucap Netty.
"Kimmy?" sahut Prawira meletakkan pena miliknya.
"Iya, apakah kita akan memberikannya?" jawab Netty kembali bertanya.
"Berikan saja! Tetapi beritahu kebenarannya, jika beberapa dari kasus-kasus itu belum terselesaikan! Jangan berikan kepalsuan!" jawab Prawira.
"Baik."
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Taki
memastikan apa? duh penasaran 😤🙃 lanjut Thor! semangat terus 🔥💪
2022-03-28
1
Suya
tugas yg berat pastinya buat polisi, itu sudah pasti ..😌
lanjut Thor! ku selalu menunggu eps² kelanjutannya ❤️💪
2022-03-28
2