Ashgard : Ambisi Dan Tujuan
"Selamat pagi!" ucapan penyambut hari yang didapatkan oleh Berlin melalui orang spesialnya. Nadia menyambut harinya dengan ceria seraya mengulas senyuman termanisnya.
"Ayo sarapan! Aku sudah menyiapkan menu kesukaanmu, loh!" seru Nadia seraya menarik tangan Berlin untuk berjalan keluar dari kamar.
"Hehe, iya, iya," ucap Berlin mengikuti langkah kaki Nadia.
Sesampainya di ruang makan. Terdapat beberapa menu kesukaan Berlin yang sudah tersaji dan sangat mengundang untuk disantap. Berlin pun segera duduk dan bersiap menyantap sarapan yang sudah disajikan oleh istrinya itu.
Ketika sarapan bersama Nadia. Pandangan Berlin seolah tak bisa lepas memandangi Nadia yang duduk di hadapannya. Meski baru tiga bulan berlalu sejak acara pernikahannya digelar. Dirinya masih merasa tidak menyangka akan menjalani kehidupan bersama seorang wanita yang ia impikan.
"Kalau makan tuh fokus ke makanan! Kenapa malah fokus ke aku?" cetus Nadia menyadari hal tersebut dan lalu melanjutkan menyantap makanan pada piringnya.
Berlin hanya tersenyum, lalu ia melanjutkan sarapannya dan segera menyelesaikannya. Setelah selesai, ia pun segera membawa piring bekasnya menuju ke tempat cuci piring lalu membersihkan piringnya di sana.
"Semalam bagaimana dengan pekerjaanmu? Apakah semuanya lancar?" tanya Nadia menghampiri Berlin dari belakang dengan membawa piring bekasnya.
"Rumit," jawab Berlin menoleh dan mengambil piring bekas Nadia lalu mencucinya. Sedangkan Nadia mengambil piring-piring yang selesai dicuci Berlin, lalu menatanya pada rak khusus peralatan makan.
"Kami masih proses untuk menyelesaikan kasus Nicolaus. Di sisi lain, muncul Clone Nostra yang disinyalir memiliki hubungannya dengan menghilangnya Nicolaus pada kekacauan itu." Seraya mencuci piring-piring tersebut. Berlin mencurahkan isi hatinya soal rumitnya pekerjaan yang saat ini sedang ia hadapi.
Nadia tampak mendengarkan dan menyimak semua curahan itu dengan saksama. Ia tahu betapa beratnya pekerjaan itu. Karena dahulu dirinya pernah menjalani pekerjaan tersebut. Meskipun, dahulu dirinya hanyalah berperan sebagai anggota yang siap bertugas sesuai dengan perintah atasan.
"Ditambah lagi ... Clone Nostra adalah salah satu sindikat besar yang sungguh sulit untuk digali informasinya," lanjut Berlin setelah menyelesaikan semua cucian piringnya.
"Yang terpenting kamu harus berhati-hati ...! Mendengarmu mengatakannya, itu membuatku tahu kalau mereka kelompok yang sangat berbahaya," ucap Nadia seraya menatap khawatir Berlin.
Berlin tersenyum dan berkata, "tenanglah, aku akan selalu baik-baik saja selama ada kamu di sisiku," ucapnya seraya mengusap lembut kepala milik Nadia.
Sedangkan Nadia tampak tersenyum dan senang ketika mendapat perlakuan tersebut. "Aku akan selalu ada untukmu!" ucap Nadia dengan spontan, dan seketika membuatnya malu sendiri dengan ucapannya.
Berlin hanya diam dan tersenyum menyaksikan kekasihnya itu tersipu dengan ucapannya sendiri. "Sudahlah, aku ingin bersiap-siap dahulu," ucap Berlin lalu berjalan kembali menaiki tangga menuju ke kamar.
5 menit kemudian.
Setelah selesai bersiap. Berlin pun kembali turun dengan baju santai berwarna hitam yang ia kenakan, dan jaket biru identitas Ashgard yang ia bawa pada satu tangannya.
"Apa semuanya sudah? Jangan sampai ada yang tertinggal, loh!" ucap Nadia saraya merapikan baju Berlin ketika berada di ruang tamu
"Aku 'kan bukan bekerja di kantor, jadi barang bawaanku tidak terlalu banyak," ujar Berlin lalu tersenyum pada Nadia yang saat ini berdiri sangat dekat di hadapannya.
"Lagipula, menurutku kamu tidak cocok kalau memakai kemeja atau seragam ala kantoran," ucap Nadia seraya menatap lelakinya itu.
"Ya, memang seperti itulah diriku," sahut Berlin sembari mengambil pistol yang tergeletak di atas meja, dan lalu menyimpannya pada saku pistol miliknya.
"Um ... apakah kamu hari ini akan pulang malam?" tanya Nadia menatap dalam-dalam lelakinya.
"Sepertinya tidak, tetapi nanti akan ku kabari. Memangnya kenapa? Kamu takut sendirian di rumah?" jawab Berlin lalu mengembalikannya dengan pertanyaan.
Mulut Nadia tiba-tiba mengerucut dan menjawab, "mana ada aku takut sendirian! Dari dahulu pun sebelum sama kamu, aku sudah sering sendiri, kok!" jawabnya ketus, namun justru tampak lucu di mata Berlin.
"Hanya saja, aku ...," Nadia tiba-tiba berhenti berbicara dan menundukkan kepalanya, "aku ingin makan malam bersamamu," lanjutnya seraya tertunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah merona.
Berlin tersenyum lembut melihat sikap malu-malu tersebut, "baiklah, pasti akan ku usahakan untuk pulang cepat!" ucapnya.
"Benarkah?!" sahut Nadia bersemangat sembari menatap Berlin dengan tatapan berbinar.
"Iya, sayang," jawab Berlin seraya mengulas senyum.
"Ya sudah, aku izin pamit berangkat, ya?" lanjut Berlin saat berjalan menuju teras rumah.
Nadia mengangguk dan menjawab, "iya, hati-hati ...!" seraya mengulas senyumnya. Sebelum berangkat. Berlin tiba-tiba mencium keningnya, dan lalu berjalan menuju mobilnya yang sudah siap di halaman rumah.
.
~
.
Berkendara dengan mobil beroda enam yang digunakan Ashgard sehari-hari untuk berkegiatan. Berlin dapat menyaksikan serta merasakan betapa damainya perkotaan yang ramai dengan orang-orang yang sibuk. Kebetulan kondisi lalu lintas pagi itu cukuplah padat, alhasil mobil yang dikendarai Berlin harus terhenti beberapa kali karena mengalami kemacetan.
Semenjak kekacauan yang dibuat oleh salah satu sindikat bernama Mafioso yang terjadi sekitar lima bulan yang lalu. Kini keadaan kota telah kembali normal dan damai tanpa adanya kekacauan yang sama.
Dari pihak keamanan pun terus berusaha untuk meningkatkan keamanan kota agar kejadian seperti kekacauan itu tidak terulang lagi. Bahkan pihak kepolisian juga terus melakukan peningkatan keamanan di tiga wilayah berbeda yang mencakup Kota Metro, Shandy Shell, dan Paletown.
Namun, menurut Berlin sendiri. Kedamaian tersebut masih sangat rentan karena kejahatan yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.
Ketika mobil yang ia kendarai terjebak di kemacetan. Berlin dapat menyaksikan orang-orang di sekitarnya yang tampak sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing. Orang-orang kantor yang tampak terburu-buru masuk kantor karena takut terlambat, kurir yang tampak berhati-hati ketika menuju ke rumah pelanggan untuk mengantarkan barang, dan loper koran yang tampak sibuk untuk membagikan surat kabar yang ia bawa ke rumah-rumah pelanggan.
Di pagi itu, banyak juga anak-anak sekolah yang bersepeda di pinggir jalan. Mereka tampak sangat bersemangat untuk menuntut ilmu demi mengejar impian serta cita-cita mereka.
"Ku harap ini berlangsung lama ..., atau bahkan selamanya," gumam Berlin setelah menyaksikan berbagai kesibukan yang ada di sekelilingnya. Mereka semua tampak fokus pada kesibukan mereka masing-masing, tanpa adanya rasa takut dengan ancaman-ancaman kejahatan yang bisa saja datang sewaktu-waktu.
"Cek, cek, radio? Untuk teman-teman yang sedang berada di distrik barat, harap untuk lebih waspada dan berhati-hati! Karena sedang terjadi pengejaran di daerah sana."
Di tengah menyaksikan keramaian tersebut. Tiba-tiba saja Berlin mendengar suara yang ia kenal melalui radio miliknya. Suara tersebut adalah Kimmy.
"Baik, informasi diterima, kebetulan tadi sempat lewat depan mata," sahut Kent di radio.
"Apakah kita perlu bergabung untuk membantu aparat-aparat itu?" tanya Bobi di radio.
"Tidak perlu! Tidak ada kabar meminta bantuan, jadi tidak usah!" sahut Adam dengan nada yang terdengar tegas di radio.
Berlin mendengar semua komunikasi rekan-rekannya itu melalui radio komunikasi miliknya. "Ada saja kejadian di awal hari ini," batin Berlin seraya perlahan menggelengkan kepala dan menghela napas.
~
Tepat pada pukul 08:00 pagi. Berlin sampai di markas Ashgard miliknya. Sesampainya ia di sana, dirinya langsung disambut oleh beberapa rekannya. Tampak yang ada di sana hanyalah beberapa rekannya saja, dan tidak terlihat semuanya.
"Pagi, bos," sapa Kimmy menyambut kedatangan Berlin.
"Kalian sedang apa?" tanya Berlin sembari berjalan menuju ruang tengah.
"Kami sedang melanjutkan tugas kemarin malam," jawab Adam lalu memberikan lampiran yang berisikan sebuah catatan laporan.
Berlin menerima dan membaca catatan laporan tersebut. Semua yang berurusan dengan tugas semalam dicatat lengkap dalam catatan tersebut.
"Informasi tentang pengejaran di distrik barat, bagaimana?" tanya Berlin kepada Kimmy.
Kimmy sedikit terkejut karena ternyata Berlin mengetahui hal tersebut. "Aku mendapat laporan dari James polisi, kalau sedang ada pengejaran di distrik barat. Dari informasi yang kami terima, tersangka adalah pelaku perampokan mini market." Tanpa berbasa-basi, Kimmy langsung menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan informasi yang ia terima langsung dari rekan polisi.
"Ciri-ciri pelaku? Apakah kau mendapatkan informasinya?" tanya Berlin kembali saat duduk pada sebuah sofa di ruang tengah.
"Ciri-ciri pelaku dua orang pria menggunakan jaket kulit, menggunakan masker wajah polos berwarna hitam, bersenjata api pistol, dan mengendarai mobil BMW M3 berwarna hijau tanpa plat nomor." Kimmy kembali menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan informasi yang ia terima.
"Hmm, mobil yang cukup mewah untuk sekelas penjahat amatir," gumam Berlin seraya mengangguk dan tampak sedikit tersanjung ketika mendengar informasi tersebut.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Vie
mantap tor....
semangat terus...
2023-04-07
1
Y1
uwah 🔥
2022-07-19
0
Lee
My Ice Girl Saranghae hadir kak ..
2022-03-18
1