Setelah selama dua jam interogasi berlangsung. Berlin pun akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Meskipun tampak dirinya tidak begitu puas setelah selesai menanyai dua narapidana itu, dan keluar dari ruang interogasi.
"Bagaimana menurut kalian?" tanya Berlin kepada tiga rekannya ketika berjalan keluar dari Gedung B bersama Garwig.
"Selama interogasi berlangsung, aku ... tidak melihat ... adanya kebohongan dari semua jawaban mereka, sih." Kimmy memberikan pendapatnya menurut pandangannya ketika ia menyimak semua jawaban yang diberikan oleh dua tahanan itu.
"Menurut ahli kami, mereka memang tidak berbohong atas semua jawaban yang mereka berikan pada kami." Garwig ikut menambahkan ketika berjalan melewati lapangan luas untuk menuju ke Gedung Utama Federal.
"Berarti soal ... relasi itu? Dan soal ... anak baru itu?" gumam Asep tampak berpikir dan bertanya-tanya.
"Ya, meskipun begitu, menurutku kita tidak boleh sepenuhnya percaya pada mereka, mau bagaimanapun juga mereka adalah musuh kita, dan tidak seharusnya kita mudah percaya dengan semua yang dikatakan oleh musuh." Adam menyela dan memberikan pendapatnya.
Berlin pun juga beranggapan demikian. Meskipun semua jawaban yang ia dapatkan itu kelihatannya dapat dipercaya. Tetapi dirinya tidak bisa terpaku pada semua jawaban yang ia dapatkan.
...
"Terima kasih." Berlin berjabat tangan dengan Garwig ketika sudah berada di halaman parkir.
"Kehormatan untuk ku bisa menuruti keinginanmu, Berlin." Garwig tersenyum dan merasa senang.
Ketika Berlin hendak berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman tersebut. Dirinya tiba-tiba terpikirkan suatu hal. Ia menghentikan langkahnya, dan membuat ketiga rekannya kebingungan.
Berlin berjalan kembali menghampiri Garwig yang masih berdiri di depan pintu masuk lobi Federal. Lalu ia mengatakan, "sampaikan salam ku untuknya, aku akan kembali untuk menemuinya lain waktu."
Garwig cukup terkejut mendengarnya. Ia tahu siapa yang dimaksudkan oleh Berlin, dan salam tersebut untuk siapa. Hanya saja dirinya tidak menyangka akan mendengar hal tersebut.
"Baik, akan saya sampaikan," ucap Garwig tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya.
Setelah mendengar jawaban tersebut. Berlin pun kembali berjalan menghampiri rekan-rekannya yang sudah berdiri menunggunya di depan mobil.
~
Perjalanan dari Penjara Federal menuju ke arah kota. Berlin masih tampak memikirkan sesuatu sembari memandang ke luar jendela mobilnya.
Matahari senja perlahan tenggelam, dan langit sore itu perlahan termakan oleh kegelapan malam. Lampu-lampu penerangan jalan pun memancarkan cahayanya untuk menerangi sepanjang jalan.
***
Kilas balik: On.
Ruang interogasi.
"Kami tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh para petinggi Clone Nostra. Tetapi yang kami tahu, para petinggi menginginkan ... anda."
"Kami juga tidak tahu mengapa Clone Nostra menghilang secara tiba-tiba. Tetapi yang kami tahu selama kami menjadi anak baru di kelompok itu. Cara bermain Clone Nostra memanglah seperti itu."
"Kami pun juga tidak tahu, dan bahkan tidak diberi tahu soal hubungan Clone Nostra dengan Mafioso beberapa bulan terakhir. Semuanya dirahasiakan dari jangkauan anak baru, atau relasi yang bukan anggota resmi dari kelompok itu."
Kedua tahanan yang diintrogasi memberikan semua jawaban itu dari semua pertanyaan yang Berlin sampaikan. Mereka berdua tampak berusaha dan sebisa mungkin menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Meskipun ada beberapa pertanyaan lain yang tidak terjawab, karena memang keduanya terlihat tidak tahu-menahu soal beberapa pertanyaan itu.
Kilas balik: Off
***
"Kau masih memikirkannya?" tanya Asep sedang menyetir kepada Berlin yang duduk di bangku sebelah pengemudi.
Berlin menggelengkan kepalanya dan mengatakan, "sepertinya ini akan sulit."
"Apapun yang terjadi, kami tidak akan membiarkan Clone Nostra melukai dirimu dan keluargamu!" sela Kimmy tegas dari kursi belakang.
"Kau tidak sendiri, Berlin. Jangan lupakan itu!" timpal Adam yang duduk di sebelah Kimmy.
Berlin merasa tenang jika mengingat kalau dirinya masih memiliki teman-teman yang bisa diandalkan. Dirinya tahu seberapa bahayanya musuh atau sindikat yang sedang dihadapinya.
Clone Nostra adalah nama sindikat yang terkenal dalam dunia kelam yang pernah Berlin masuki. Nama tersebut sangat besar sama seperti nama Mafioso. Bahkan kedua sindikat besar itu sering kali bersaing dalam perdagangan gelap, serta penguasaan pasar gelap.
Tak hanya itu. Clone Nostra juga terkenal dengan kekejaman serta kelicikannya ketika bermain untuk membungkam target atau sasaran mereka. Mereka sering kali menggunakan rencana-rencana yang mengejutkan lawan. Dan itulah yang ditakutkan oleh Berlin sendiri.
.
~
.
Pukul 19:00 malam.
Sesampainya di markasnya. Berlin melihat jam tangannya. Ia ingat harus segera pulang karena dirinya sudah memberikan kepastian untuk pulang cepat.
Tak ingin berlama-lama. Ia pun pamit kepada rekan-rekannya yang berada di sana, dan lalu segera pergi dengan mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah.
25 menit kemudian.
Setelah melalui jalanan kota yang cukup padat. Berlin pun akhirnya sampai di kediamannya.
"Aku pulang." Berlin membuka pintu rumahnya. Dirinya langsung mendapati istrinya yang duduk di sofa ruang tamu, dan tampak sudah sangat menunggu kepulangannya.
"Selamat datang!" ucap Nadia beranjak dari sofa dan tampak sangat ceria dan senang.
"Kamu menungguku di sini?" tanya Berlin menutup pintu lalu melangkah menghampiri wanitanya itu.
"Sudah pasti aku menunggumu!" sahut Nadia menatap kedua bola mata hitam milik lelakinya.
"Yuk! Aku sudah menyiapkan makan malamnya, loh!" Nadia langsung menarik tangan milik Berlin dan mengajaknya berjalan menuju ruang makan.
"Bagaimana kamu bisa tahu kalau hari ini aku tidak pulang terlambat?" tanya Berlin ketika berjalan menuju ruang makan dengan tangannya yang masih menggandeng lembutnya tangan milik Nadia.
"Tadi pagi kamu bilang akan mengabari ku jika pulang terlambat, tetapi kamu tidak mengabari ku," jawab Nadia.
"Bagaimana kalau aku terlambat mengabari? Bisa jadi aku lupa atau gimana gitu," sahut Berlin kembali.
Nadia menoleh dan tersenyum lembut kepada Berlin. Lalu mengatakan, "aku sudah lama mengenalmu, dan sekarang aku sangat tahu tentang dirimu. Berlin yang ku kenal dan yang ku tahu, dia tidak pernah terlambat jika memberikan kabar, apalagi kabar untuk orang yang spesial baginya."
Nadia tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika berada di ruang makan. Menatap Berlin, dan lalu bertanya, "aku spesial bagimu, 'kan?" tanyanya tiba-tiba.
Berlin tersenyum mendengar pertanyaan tersebut. "Bahkan lebih dari kata spesial, dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata," jawab Berlin seraya mengulas senyum pada Nadia di hadapannya.
"Hehehe." Nadia hanya tertawa kecil mendengar jawaban tersebut, sembari sedikit tertunduk menyembunyikan pipinya yang mulai merona.
"Sudahlah, ayo kita makan malam! Aku sudah lapar saat menunggumu, tahu!" seru Nadia.
"Iya, iya, aku juga sudah lapar, nih! Kebetulan hari ini tadi cukup menguras tenaga untuk berbicara," sahut Berlin.
Keduanya pun duduk di masing-masing kursi dan saling bersebrangan pada meja makan yang sudah tersaji makanan-makanan di atasnya.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Irma Kirana
bunga untukmu kak 😍
2022-08-01
1
Lee
Lanjut up lgi kak othor..
Semangat yaa..
2022-03-27
1
Yukity
semangat🆙😍
2022-03-25
1