Setelah mendengar informasi tentang pengejaran pelaku perampokan mini market. Berlin merasa sedikit curiga setelah mengetahui informasi tentang mobil yang dipakai oleh pelaku. Namun dirinya tidak ingin terlalu pusing untuk memikirkan hal tersebut, karena itu sudah menjadi tugas polisi untuk mengurusnya.
"Bagaimana dengan regu kita di distrik barat?" tanya Berlin duduk santai di sofa kepada dua orang kepercayaannya.
"Mereka berada di sana dari semalam sampai pagi ini, dan informasi yang didapat hanyalah ... distrik barat terpantau ramai namun tidak terlihat orang-orang dari Clone Nostra." Kimmy kembali menjawab pertanyaan tersebut.
"Siapa saja yang berada di sana?" tanya Berlin kembali.
"Asep, Kent, Vhalen, Salva, dan Rony. Mereka berlima," Adam menjawabnya.
"Panggil mereka berlima untuk kembali!" pinta Berlin kepada Adam.
Adam pun langsung menuruti perintah tersebut, dan memanggil kelima rekannya itu untuk kembali ke markas melalui radio komunikasi miliknya.
"Kim, bisakah aku melihat semua data-data tentang informasi yang kita kumpulkan belakangan ini, dan yang bersangkutan dengan Clone Nostra?" ucap Berlin beranjak dari sofa.
"Tentu, sebentar," jawab Kimmy lalu berjalan menuju ke loker penyimpanan data penting.
"Aku tunggu di ruangan ku," ucap Berlin lalu berjalan menaiki tangga menuju ke ruangannya yang berada di lantai dua.
...
Ketika berjalan memasuki ruangannya. Berlin menyalakan pendingin ruangan yang ada, dan lalu duduk di kursinya. Di atas meja kerjanya tampak terdapat sebuah foto pernikahannya dengan Nadia, dan beberapa dokumen yang berisikan catatan-catatan penting untuk Ashgard.
Ketika ia memandangi foto tersebut. Suara ketukan pintu pun terdengar, dan itu adalah Kimmy datang dengan membawa apa yang Berlin minta.
Kimmy berjalan menghampiri Berlin dan memberikan dua buah buku catatan, buku berwarna biru dan merah, beserta beberapa lampiran yang berisikan kasus-kasus kejahatan sebelumnya.
"Biru untuk semua informasi yang kita dapat secara keseluruhan, baik yang bersangkutan dengan Clone Nostra ataupun tidak."
"Sedangkan merah untuk semua yang bersangkutan dengan Clone Nostra. Namun, informasi yang ada di catatan ini masih sangat minim."
"Terima kasih sudah merangkumnya," sahut Berlin lalu memeriksa satu-persatu semua itu.
Kimmy menundukkan kepalanya dan hendak berjalan pergi dari ruangan tersebut. Namun tiba-tiba Berlin menghentikan langkahnya dengan berkata, "tunggu! jangan pergi terlebih dahulu!" pintanya.
Kimmy sedikit terkejut. Ia menoleh dan kembali berdiri di hadapan Berlin. Di saat yang bersamaan, Adam mengetuk pintu ruangan yang terbuka itu dan mengatakan, "mereka sudah kembali, Bos."
"Pas sekali kau ada di sini," cetus Berlin melihat kehadiran Adam di waktu yang tepat.
"Pas?" gumam Kimmy bingung.
"Adam, bisakah kau ajak Asep ke sini?" tanya Berlin.
"Oh? Baiklah," jawab Adam lalu berjalan pergi.
Tak perlu bagi Berlin menunggu waktu lama, ketiga orang kepercayaannya itu langsung berkumpul di ruangannya. Ketiga rekannya itu tampak bingung mengapa mereka dikumpulkan.
"Maaf mengumpulkan kalian di sini secara tiba-tiba," ucap Berlin kepada tiga rekannya yang kini hadir berdiri di hadapannya.
"Tidak masalah, bos," sahut Adam mewakili kedua rekannya.
Berhubung ketiga rekannya sudah berkumpul tepat di hadapannya. Berlin pun langsung berbicara pada inti pembicaraan yang ingin ia bahas.
"Sep, laporan?" tanya Berlin menatap serius rekannya.
Asep pun memberikan laporannya mengenai tugas yang ia dapatkan sebelumnya, yaitu untuk pergi ke distrik barat. Dalam laporannya, ia sama sekali tidak menyebutkan adanya informasi-informasi penting mengenai sindikat Clone Nostra.
"Hanya itu?" tanya Berlin setelah mendengarkan laporan dari mulut Asep langsung.
"Iya, bos. Hanya itu, sejak dini hari hingga kini, kami belum mendapat informasi penting mengenai mereka," jawab Asep sedikit menundukkan kepalanya, dan tampak kecewa dengan hasil kerja kerasnya sendiri.
"Baiklah, tidak apa," ucap Berlin dan cukup membuat Asep merasa sedikit tenang.
Berlin tampak menghela napas panjang dan cukup berat. "Baik, soal mengapa kalian dikumpulkan di sini secara tiba-tiba. Itu karena aku hanya ingin memberitahu, kalau nanti tepat pukul empat sore, aku akan pergi ke Penjara Federal."
Apa yang dikatakan oleh Berlin sontak membuat ketiga rekannya terkejut. Penjara Federal? Apa alasan Berlin untuk ke sana?
"Bos, apa terjadi sesuatu?" tanya Adam.
"Ngapain ke sana?" tanya Kimmy khawatir.
"Apakah ada sesuatu yang penting?" tanya Asep.
Berlin terkekeh kecil melihat ekspresi ketiga rekannya yang kebingungan dan mencemaskan dirinya itu. "Dengar, aku belum selesai berbicara," ucapnya.
"Akhirnya ... aku mendapat akses untuk menemui dua narapidana Clone Nostra itu, dan aku memerlukan bantuan kalian bertiga untuk mendampingi ku nanti," lanjutnya.
"Oh, ya ampun, ku kira ada masalah," cetus Kimmy tampak menghela napas lega.
"Lalu apa yang harus kami lakukan selama mendampingi mu?" Adam bertanya dengan tajam menatap Berlin.
Berlin menatap sangat serius ketiga rekannya, dan kemudian berkata, "cukup dampingi ku saja, dan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka kalian harus melakukan apa yang harus kalian lakukan!"
.
~
.
Pukul 12:00 siang.
Kantor Polisi Pusat.
Berada di ruang atasan yang terasa dingin oleh pendingin ruangan di sana. Netty datang menghampiri Prawira di ruangan tersebut.
"Bagaimana tentang pengejaran pelaku perampokan tadi?" tanya Prawira yang duduk di kursi miliknya.
"Anggota sempat beberapa kali kewalahan saat mengejar pelaku, lantaran mobil yang dikendarai pelaku termasuk ke dalam mobil kencang. Namun beruntung, pelaku masih bisa diamankan. Titik akhir pengejaran dan pengamanan pelaku berada di pintu masuk tol kota."
Dengan berdiri di depan Prawira. Netty menjawab pertanyaan Prawira sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Tidak ada kesalahan dan kekurangan dalam penyampaian informasinya.
"Senjata? Apakah pelaku membawa senjata?" tanya Prawira kembali.
"Tidak," jawab Netty menggelengkan kepalanya.
"Baik, perdalam terus pelaku tersebut!" pinta Prawira.
"Baik," jawab Netty lalu memberikan hormatnya sebelum dirinya pergi meninggalkan ruangan.
Namun ketika Netty hendak pergi dari ruangan tersebut. Prawira menghentikan langkahnya dengan berkata, "bisakah kau tinggal sebentar? Aku ingin berbicara denganmu."
Mendengar hal tersebut. Netty pun menghentikan langkah dan niatnya yang hendak membuka pintu ruangan untuk pergi. Dirinya kembali ke hadapan Prawira yang tampak cukup lelah, dan sedikit menyimpan kekhawatiran jika dilihat dari raut wajahnya.
"Duduklah!" pinta Prawira.
Netty pun duduk di sebuah sofa sudut ruangan tersebut, sesuai dengan apa yang Prawira minta.
"Apa yang ingin anda bicarakan?" tanya Netty dengan sikap formalnya.
Prawira tersenyum tipis dan berkata, "jangan menggunakan sikap formal seperti itu! Aku ingin berbicara denganmu seperti biasanya."
"Apakah tidak apa-apa? Pak, kita sedang mengenakan seragam dinas, dan anda tahu aturannya, bukan?" sahut Netty sedikit ragu untuk menuruti permintaan Prawira.
Prawira beranjak dari kursinya dan berkata, "ya, aku tahu itu, dan akulah atasan yang membuat peraturan itu di sini," jawabnya dengan lugas seraya berjalan mendekati Netty lalu duduk di sampingnya.
"Namun untuk kali ini, mungkin ... aku sedang membutuhkan sikapmu ketika kita berada di rumah, sikapmu seperti biasanya," lanjut Prawira menatap Netty lalu menundukkan pandangannya.
Netty dapat memahaminya. Ia tersenyum dan mengatakan, "baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan?" ucapnya dengan penuh kelembutan dalam sikap berbicaranya.
Prawira kembali memandang Netty dengan pandangan lega karena sikap berbicara itu. Dirinya langsung mengeluarkan semua yang mengganggu pikirannya kala ini.
"Entah mengapa, aku mencemaskan Berlin."
Apa yang dikatakan Prawira itu dapat dipahami oleh Netty. Belum selesai sampai situ. Prawira kembali berbicara.
"Dengan Clone Nostra yang tiga bulan lalu sempat mengancamnya, dan kini mereka sulit sekali dicari informasi keberadaannya. Itu membuatku kepikiran."
"Apa yang harus aku lakukan? Aku merasa tidak berguna sebagai orang yang pernah menjadi penanggung jawabnya sejak umur 10 tahun."
Prawira mengatakan semua itu kepada Netty yang tampak setia menjadi pendengarnya di kala seperti ini. Setelah semuanya selesai didengar oleh Netty. Ia pun mulai berbicara untuk membuat Prawira bisa sedikit lebih tenang dari semua pikirannya itu.
"Dengar, dia kini sudah dewasa, bahkan kini dia sudah berkeluarga. Jadi kamu tidak perlu begitu mencemaskannya ...! Dia bukan lagi bocah laki-laki, sayang," ucap Netty seraya menatap lembut lelaki yang ada di hadapannya itu.
"Lagipula ... seperti yang kita ketahui, dia memiliki teman-teman yang sangat solid, bahkan kerja sama tim mereka bisa dibilang di atas rata-rata. Kepolisian saja sempat dibuat malu dan iri dengan kinerja tim mereka ... Ashgard. Jadi kamu tidak perlu terlalu khawatir soalnya," lanjutnya seraya sedikit membuang pandangannya dari Prawira ketika berbicara demikian.
Prawira terdiam sejenak mendengar semua yang dikatakan oleh Netty. "Ya, apa yang kau katakan itu memang ada benarnya," gumamnya.
Netty tersenyum ketika melihat kalau kini Prawira sudah baik-baik saja setelah terlalu mengkhawatirkan hal-hal itu. "Baiklah, saatnya aku kembali bertugas, tidak baik juga jika harus membuang waktu di tengah kita bertugas," ucapnya beranjak dari sofa tersebut.
Ketika ia beranjak dari sofa. Tiba-tiba saja Prawira menggenggam salah satu tangannya, menatapnya, dan mengatakan, "terima kasih," seraya mengulas senyum.
Netty hanya tersenyum dan berkata, "aku hanya berusaha untuk menjadi istri yang baik untukmu."
"Panggil saja aku jika kamu membutuhkan ku," lanjut Netty seraya mengulas senyumnya, lalu berjalan pergi dari ruangan tersebut.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Irma Kirana
aku baru mampir nih🤧🤧🤧 maaf ya telat kak
2022-07-31
1
Yukity
Kalau aku terlalu khawatir bila telat mengikuti karya mu Thor...
Semangaat🆙😍
2022-03-22
1
Lee
Langsung difavorit kak..
semangat update lg yaa
2022-03-18
1