Pukul 16:00 sore.
Penjara Federal.
Di tempat yang kelam dan tempat dikurungnya banyak sekali penjahat-penjahat, baik dari penjahat biasa, sampai penjahat yang sangat kejam ditempatkan di Penjara Federal tersebut untuk menjalani hukuman atas perilaku mereka.
Penjara Federal terletak di perbatasan antara perbukitan paling Utara kota Metro, dan padang rumput Shandy Shell. Tempat tersebut mungkin menjadi salah satu tempat yang dijaga sangat ketat oleh pihak keamanan setelah markas militer.
Di sore ini Berlin hendak menggunakan aksesnya untuk menggali informasi lebih dalam dari narapidana yang disinyalir memiliki hubungan dengan Clone Nostra.
"Selamat datang." Garwig menyambut kedatangan Berlin dan ketiga rekannya di halaman depan Federal. Ia pun berjabatan tangan dengan mereka berempat.
"Di mana?" cetus Berlin tajam langsung berbicara ke inti.
Garwig tersenyum tipis melihat Berlin tidak mau berbasa-basi. "Baik, ikuti saya!" pintanya lalu berjalan diikuti oleh Berlin dan ketiga rekannya.
Mereka berlima termasuk Garwig berjalan menjauh dari gedung utama Federal, dan menuju ke sebuah gedung yang terletak di belakang Federal, dan gedung itu tampak dijaga lebih ketat daripada gedung utama. Bahkan terlihat beberapa anggota militer turut ikut berjaga mondar-mandir dengan persenjataan mereka di atap gedung.
Mereka berlima harus melewati lapangan tengah atau ruang terbuka dalam Federal untuk menuju ke gedung yang dimaksud itu.
Suasana kelam, dingin, dan sangat tenang dapat dirasakan oleh Berlin beserta ketiga rekannya. Ia dan rekannya dari dahulu sangat membenci tempat tersebut. Karena menurutnya tempat itu adalah neraka bagi para kriminal. Dan Berlin tahu kalau dirinya termasuk dalam kategori kriminal tersebut.
"Beginilah suasana Federal, Berlin." Garwig sedikit berusaha mencairkan suasana.
"Ya, aku tahu, dan aku membencinya." Berlin yang berjalan di sampingnya pun langsung menyahut ucapan tersebut dengan lirikan dingin dan tajamnya.
Garwig hanya tersenyum tipis dan sempat sedikit tertawa melihat sikap itu. Baginya sudah sewajarnya jika Berlin sangat membenci dan tidak suka tempat tersebut. Bahkan warga sipil pun pasti tidak suka jika harus berada di tempat bernama Penjara Federal itu.
"Gedung B". Begitulah yang tertulis pada papan nama yang terletak tepat di atas pintu masuk gedung tersebut.
Sesampainya di pintu masuk Gedung B. Mereka berlima termasuk Garwig langsung disambut oleh pasukan khusus yang menjaga gedung tersebut. Mereka mengenakan seragam serba hitam, dan masker yang menutup identitas wajah mereka, serta juga dengan persenjataan lengkap yang mereka bawa. Pasukan khusus itu tampak sangat garang, namun juga mengerikan.
"Selamat sore, Ndan!" sapa salah satu dari aparat tersebut dengan memberikan hormatnya kepada Garwig, diikuti oleh rekan-rekannya yang lain.
Setelah itu mereka pun mempersilakan Garwig, Berlin dan ketiga rekannya untuk memasuki gedung. Ketika berhadapan dengan para aparat khusus itu. Ketiga rekan Berlin tampak sedikit menyimpan rasa takut. Namun sepertinya tidak dengan Berlin sendiri yang justru sempat menatap tajam salah satu dari para aparat itu.
"Gedung ini memang dikhususkan untuk menghukum para narapidana dengan kasus yang lebih kejam dan rumit, jika dibandingkan para narapidana yang ada di gedung utama."
"Jadi harap maklum jika suasana di sini sangat kelam, dan bahkan lebih kelam daripada gedung utama." Garwig mengatakannya seraya berjalan melalui koridor tahanan yang masing-masing dinding tahanannya terbuat dari beton dan baja pada pintunya.
"Tak usah di gedung ini, Federal sudahlah menjadi tempat yang kelam menurutku, lebih kelam daripada dunia malam yang pernah ku ketahui," sahut Berlin sedikit menyangkalnya.
Garwig hanya tertawa kecil mendengar tanggapan Berlin. Sedangkan Asep, Kimmy, dan Adam, mereka bertiga hanya diam saja mengikuti Berlin dan Garwig berjalan melalui koridor tahanan tersebut.
Ketika melalui koridor tahanan. Berlin dapat merasakan kalau dirinya dilirik dan terus dipandang oleh beberapa narapidana yang ada di sana. Meskipun wajah dari para narapidana itu tidak dapat terlihat karena pintu baja yang mengunci dan mengurung mereka. Tetapi mata dari para narapidana itu terlihat dari celah-celah kecil jendela besi pada pintu baja yang mengurung mereka.
"Sialan kau, Berlin!"
"Cih! Andaikan aku tidak di balik pintu baja ini, akan ku habisi kalian, Ashgard!"
"Keparat! Aku sangat ingin sekali membalaskan dendam ku padamu, Berlin!"
"Ashgard sialan!"
Beberapa bisikan serta celotehan dari para narapidana yang menyaksikan kehadiran Berlin dan ketiga rekannya pun terdengar. Mereka semua tampak sangat tidak suka dan membenci kehadiran Berlin dan rekan-rekannya. Bahkan kebanyakan narapidana memasang tatapan tajam dengan keinginan membunuh sangat tinggi kepada Berlin yang berjalan melintasi masing-masing sel tahanan mereka.
"Sepertinya kau terkenal, ya?" celetuk Garwig berkata kepada Berlin yang berjalan di sampingnya.
Berlin memasang wajah datar dan sikap dinginnya lalu mengatakan, "sudah biasa bagiku, dan sudah sewajarnya jika mereka amat membenciku."
Berlin dan ketiga rekannya merasa sudah terbiasa mendengar semua celotehan para narapidana tersebut. Dirinya diam dan lebih menaruh rasa maklum jika dirinya begitu dibenci oleh para narapidana itu.
~
Setelah berjalan melalui lorong tahanan. Mereka berlima pun akhirnya sampai di sebuah ruang interogasi yang letaknya ada di ujung lorong tahanan tersebut. Dan di pintu masuk ruang interogasi tampak dijaga oleh dua aparat khusus.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Garwig kepada dua penjaga itu.
"Mereka berdua malah sempat bertengkar tidak jelas, tetapi kami sudah melerainya," jawab salah satu dari kedua penjaga dari balik masker yang menutupi identitas wajahnya.
"Hati-hati, sebuah pertengkaran bisa jadi hanyalah sebuah pengalihan isu." Garwig tampak memberikan sebuah peringatan kepada dua aparat itu dengan sangat tajam dan nada bicara yang terdengar cukup dingin.
"Baik, pak." Kedua penjaga itu memberi hormat kepada Garwig yang hendak memasuki ruang interogasi.
Garwig pun membuka pintu baja ruang interogasi, dan lalu masuk ke dalamnya diikuti oleh Berlin beserta ketiga rekannya.
"Silakan jika kau ingin mencoba untuk mengintrogasinya, karena tampaknya mereka berdua cukup cerdik menjaga rahasia," ucap Garwig kepada Berlin.
Di dalam ruang itu sudah terdapat dua narapidana pria yang Berlin maksud. Kedua narapidana itu mengenakan baju yang sama yaitu serba putih, dan mereka berdua duduk di dua bangku dalam kondisi terborgol serta terdapat kain yang menutup kepala mereka.
Berlin pun berjalan mendekati kedua narapidana itu, dan lalu langsung membuka penutup wajah mereka.
Saat penutup wajah mereka terbuka. Kedua narapidana itu tampaknya terkejut dan langsung tertunduk takut ketika menatap Berlin yang berdiri di hadapan mereka.
"Kenapa? Sudah pasti kalian mengenalku, bukan?" tanya Berlin menatap tajam keduanya.
"Apa yang kau inginkan?" sahut salah satu dari mereka berdua dengan pandangan yang tampak tidak berani untuk menatap Berlin.
Ketiga rekan Berlin yang hanya berdiri di belakang Berlin dibuat cukup tersanjung dengan aura dan sikap yang ditunjukkan oleh Berlin.
"Meskipun aku sudah menduga suasana ini, tetapi ... rasanya ... akan sangat mengerikan jika kita berada di posisi kedua narapidana itu," gumam Asep berbisik kepada kedua rekannya dan tampak tidak ingin sampai didengar oleh Berlin.
"Ya, kau betul, namun meski begitu ... itulah kerennya Berlin bagiku," sahut Kimmy berbisik seraya mengulas senyuman tipis.
"Ssttt ...!" Adam menyela kedua rekannya dan menyuruhnya untuk kembali diam.
"Permintaanku hanya sederhana dan tidak ribet, apa kalian berdua bersedia mengabulkannya?" Berlin berbicara dengan sikap dan nada bicara yang terlihat sangat dingin. Tidak ada keramahan sama sekali ketika ia berbicara.
"Jika kalian bisa diajak kompromi, maka mungkin saja itu akan mempengaruhi masa hukuman kalian di tempat ini," ucap Berlin kembali.
"Tetapi jika tidak, yah ... aku sangat menyayangkannya," lanjut Berlin kemudian menatap tajam kedua narapidana yang duduk di bangku tepat di hadapannya.
Mereka berdua sempat saling tatap dengan tatapan bingung bercampur ketakutan tersendiri ketika berhadapan dengan Berlin.
"Baik, akan kami usahakan sebisa kami," ucap salah satu dari dua pria berbaju tahanan itu.
Langsung saja, tidak ingin berlama-lama lagi. Berlin langsung memberikan pertanyaan kepada kedua tahanan itu. Ia mencoba untuk menggali informasi mengenai kelompok bernama Clone Nostra.
"Kalian ditangkap di perbatasan laut Tenggara setelah mencoba untuk melewati perbatasan secara ilegal, dan memakai atribut sama persis dengan ciri khas Clone Nostra yaitu serba putih."
"Bisa beritahu padaku apa hubungan kalian berdua dengan Clone Nostra?" tanya Berlin lembut namun tak melepaskan tatapan tajam membunuhnya dari kedua tahanan yang ada di hadapannya. Beberapa kali ia berjalan mengitari kedua tahanan itu. Dan benar saja, dirinya tampak sangat ditakuti oleh mereka berdua.
"Ka-kami, kami hanyalah ... relasi, tidak lebih." Salah satu dari kedua tahanan pun menjawab dengan kepala tertunduk.
"Hmm? Relasi?" gumam Berlin mengangkat dagu pria itu lalu menatapnya tajam tepat di kedua bola matanya. Tahanan tersebut langsung bercucuran keringat ketika ditatap seperti itu. Tatapan yang tajam nan dingin dan menunjukkan keinginan membunuh yang sangat tinggi.
Berlin melepasnya dan kemudian bersandar santai pada dinding ruang interogasi. Menunggu penjelasan dari jawaban yang ia dapatkan.
"Sungguh! Kami tidak berbohong!" sambung rekan dari pria sebelumnya yang menjawab.
"Kami hanya budak yang disuruh-suruh untuk melintasi perbatasan itu," timpalnya kembali memperjelas.
Merasa tidak yakin dan tidak puas dengan jawaban yang didapat. Berlin menghampiri Garwig yang berdiri di pintu masuk ruang interogasi. Kemudian bertanya, "apakah sebelumnya mereka memberikan jawaban yang sama?" tanyanya berbisik.
"Ya, mereka hanya mengulang jawaban, dan jawaban itu tidak berubah," jawab Garwig.
Berlin kembali menghampiri kedua tahanan itu dan kemudian kembali bertanya, "bisakah kalian memberitahukan padaku soal ... struktur dalam kelompok Clone Nostra?"
Sontak pertanyaan tersebut membuat kedua tahanan yang sedang diinterogasinya bingung. Mereka terpaku dan terdiam, bingung harus menjawab apa. Namun mereka harus memberikan jawaban, karena jika tidak mereka merasa akan mati di tangan Berlin pada saat itu juga.
"Kami tidak tahu soal struktur kelompok itu," jawab salah satu dari kedua pria tahanan itu.
"Yang kami tahu hanyalah ... adanya beberapa petinggi, dan ... terdapat sebuah marga di dalamnya," timpal rekan dari pria yang menjawab sebelumnya.
Jawab yang diberikan semakin membuat Berlin tertarik untuk menguliknya lebih dalam soal informasi tersebut. Marga? Sebuah marga keluarga?
"Kau mengatakan 'beberapa' petinggi? Petinggi kelompok itu lebih dari satu atau dua orang?" tanya Berlin.
"Ya, yang kami tahu hanya ada tiga, tetapi itu tidak pasti, karena kami tidak dapat mengetahuinya lebih," jawab tahanan itu.
"Posisi kalian sebagai?" tanya Berlin kembali dengan melangkah mendekati kedua tahanan.
"Seperti yang kami katakan sebelumnya, kami hanyalah relasi, tidak lebih." Jawaban tersebut yang didapat oleh Berlin setelah mengajukan pertanyaan itu.
"Lalu soal marga itu? Apakah kalian sama seperti Mafioso yang juga menggunakan marga?" tanya Berlin.
"Ya, seperti itulah, namun kami berdua tidak tercantum dalam marga yang ada di sana, bahkan nama kami pun masih bersih dari marga yang ada di kelompok itu," jawab salah satu dari dua tahanan itu kembali.
"Mengapa seperti itu?" sahut Berlin sedikit bingung.
"Karena ... kami ... anak baru dalam kelompok itu, dan belum sempat menjalani pengangkatan marga." Jawaban itulah yang didapat.
Berlin melihat tidak ada kebohongan sama sekali dari mata mereka, dan juga gestur mereka berdua ketika memberikan semua jawaban-jawaban itu. Justru malah yang ia lihat hanyalah ketakutan yang sangat menyelimuti diri mereka ketika berhadapan dengan dirinya.
Interogasi pun masih berlangsung dan terus dilanjut sampai Berlin sendiri merasa puas dengan apa yang ia dapatkan. Ruangan interogasi yang dingin itu menjadi saksi atas semua jawaban yang diberikan oleh dua pria tahanan itu.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Sunmei
3 like hadir mampir iya kaka
2023-01-12
1
Lee
Seru- seru ini thor..
lanjut up lgi..
semanangat yaa..
2022-03-22
1
ittiiiy
Selamat atas karya barunya, semangat terus🤗
2022-03-22
3