Ketika suasana sedang memanas di antara keduanya dari arah tangga terdengar suara tidak asing yang langsung membuat Putra dan Novela menjadi gelagapan.
" Ada apa ini? apa yang kalian lakukan?" tanya Neta sambil menuruni anak tangga berjalan mendekat ke arah Putra dan Novela.
Novela dan Putra lantas terdiam kala mendapat pertanyaan dari Neta.
" Sial jangan sampai si bola berbicara yang tidak tidak" ucap Putra dalam hati sambil terdiam memikirkan sebuah ide.
" Tidak ada tante tadi aku hanya ..." ucap Novela namun tidak jadi karena terpotong oleh ucapan Putra.
" Dia tadi menggoda saya tante, dia bilang lebih baik saya bersamanya dari pada memilih putri tante." ucap Putra memfitnah Novela.
Novela lantas terkejut mendengar ucapan Putra.
" Tidak aku sama sekali tidak menggodanya." ucap Novel mencoba menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
Plak
Tanpa di duga tamparan keras mendarat tepat di pipi kanan Novela, Putra yang melihat kejadian tersebut lantas tersenyum dengan penuh kemenangan menyaksikan penderitaan Novela.
" Beraninya kamu mengucapkan hal itu pada kekasihku ha?" ucap Ranti setengah berteriak setelah menampar pipi Novela.
" Ranti apa yang kamu lakukan?" ucap Novela pada Ranti sambil memegangi pipinya yang kesakitan.
" Kau perempuan jelek tak tau di untung, masih untung mama mau merawat mu hingga kini, namun ini balasan mu ha?" ucap Ranti setengah berteriak.
Novela yang mendengar hal itu lantas menjadi naik pitam, sudah cukup kesabarannya selama ini.
" Jaga ucapan mu Ranti, harusnya kalian yang tau diri, rumah ini adalah milik peninggalan orang tua ku, kalian tidak ada hak apapun di dalamnya." ucap Novela dengan kesal.
Mendengar ucapan Novela lantas langsung membuat Neta tersenyum sinis.
" Cukup, perlu kamu ketahui semua aset beserta rumah ini kini menjadi milik kami berdua." ucap Neta dengan sinis.
" Apa ? bagaimana bisa?" tanya Novela dengan bingung sekaligus terkejut akan apa yang baru saja di dengarnya.
" Vela Vela tanyakan saja kepada kedua mayat orang tuamu di pusaran sana, mengapa sangat bodoh sekali yang dengan begitu mudahnya membubuhkan tanda tangan hanya dengan iming imingi menjaga dirimu ketika mereka sudah tidak ada, dan see semua menjadi milik kita sekarang." ucap Neta sambil tertawa penuh kemenangan.
" Ap pa? tidak! itu tidak mungkin, jangan bercanda tan? kalian tidak bisa seenaknya menguasai segalanya." ucap Novela sambil mendekat ke arah Neta kemudian memegang tangannya mencoba mencari jawaban serta berharap bahwa semua hanya bualan semata.
" Hentikan wajah memelas mu itu, aku jijik melihatnya." ucap Neta sambil mendorong Novela hingga jatuh tersungkur ke lantai.
" Tidak ini tidak boleh terjadi, tante tante aku mohon kembalikan, kembalikan tan!" ucap Novela lagi dengan tangis sambil merangkak kembali menuju kaki Neta.
" Tidak akan pernah, pergi kau dari sini." ucap Neta sambil tanpa berbelas kasihan menendang Novela agar menjauh dari kakinya.
" Untung saja aku memilih Ranti, bukankah aku seperti mendapat durian runtuh? sekali pilih aku juga bahkan mendapatkan harta." ucap Putra dalam hati yang menyaksikan segala hal yang terjadi di sana.
" Tidak tan, aku tidak bisa pergi seperti ini, tolong kembalikan semuanya tan, aku mohon, aku mohon tan." ucap Novela lagi lagi dengan bersimpuh dan air mata yang sudah mengalir sedari tadi.
Neta yang mulai jengah dengan drama yang di mainkan oleh Novela lantas langsung menarik tangannya dengan kasar kemudian menyeretnya keluar hingga pintu depan lalu mendorongnya sampai membuat Novela tersungkur ke lantai karena kerasnya dorongan Neta.
" Ingat satu hal, jangan pernah kembali lagi ke rumah ini, karena kamu sudah tidak di perlukan lagi di sini." ucap Neta memperingatkan kemudian menutup rapat pintu rumahnya.
" Tidak, buka pintunya tan, aku mohon jangan seperti ini, tan!" ucap Novela sambil menggedor pintu rumahnya namun sama sekali tidak membawa hasil apapun.
" Ayah, ibu Vela harus apa? harus apa? Vela benar benar bingung." ucap Novela sambil menangis tersedu kemudian mulai melangkahkan kakinya meninggalkan rumah yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama 21 tahun belakangan ini dengan begitu banyak kenangan yang sudah tercipta di dalamnya.
Novela lantas memulai langkah kakinya dengan berat, ia benar benar tidak tahu harus kemana lagi sekarang, jangankan sahabat bahkan teman pun Novela tak punya. Bullying yang ia alami pada masa sekolahnya membuat Novela merasa trauma untuk memiliki seorang teman dekat dan menaruh kepercayaan kepada mereka.
" Aku harus kemana? aku tidak punya siapa siapa lagi di dunia ini, apa aku harus menyusul ayah dan ibu sekarang? apakah itu boleh? ayah, ibu Vela harus apa?" ucap Novela sambil terus berjalan dan menatap sekelilingnya.
******
Sementara itu dari arah belakang Novela terlihat sebuah mobil hitam keluaran terbaru sedang diam diam mengikutinya sedari tadi tanpa sepengetahuan Novela.
" Bagaimana tuan? apakah kita akan terus mengikutinya?" tanya Haris sambil menatap sekilas ke arah kaca spion mobilnya untuk melirik ekspresi tuannya.
" Ikuti saja dulu, aku akan mencari waktu yang tepat untuk muncul di hadapannya." ucap pria tersebut.
" Baik tuan" ucap Haris kembali.
Novela lantas menghentikan langkah kakinya kemudian menatap jalanan sekitar untuk memantapkan hatinya tentang keputusan yang akan ia ambil sebentar lagi.
" Ayah ibu jika aku menyusul kalian sekarang, apa aku akan bertemu dengan kalian? " ucap Novela dalam hati.
" Maafkan Vela karena belum bisa membuat kalian bangga bahkan sampai kalian menghembuskan nafas terakhir kalian." ucap Novela lagi dengan nada sendu.
Setelah berpikir cukup lama pada akhirnya Novela memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, perlahan Novela mulai melangkahkan kakinya ke tengah jalan sambil menutup mata.
Tin tin tin
Novela yang terkejut dengan suara klakson yang tiba tiba lantas langsung jatuh tersungkur ke belakang dengan kondisi setengah terkejut.
" Gila lo ya? kalau mau bunuh diri jangan di sini, di monas aja sana loncat dari atas" ucap salah satu pengemudi yang hampir menabrak Novela kemudian pergi berlalu meninggalkan Novela yang masih duduk di jalanan karena terkejut.
Novela masih tidak bergerak dari tempatnya yang ia lakukan hanya diam sambil menatap kosong ke jalanan sedari tadi.
Ketika Novela masih tetap fokus menatap jalanan tiba tiba sebuah tangan kokoh besar mengulurkan tangannya menawarkan bantuan kepada Novela.
" Aku akan membantu keluar dari penderitaan mu." ucap Pria tersebut.
Novela yang mendengar hal itu lantas langsung menoleh ke arah pria tersebut dan kata pertama yang keluar dari mulut Novela adalah.
" Ganteng" ucap Novela tanpa sadar.
Pria tersebut lantas tersenyum dengan masih mengulurkan tangannya kepada Novela.
Novela benar benar merasa seperti terhipnotis oleh pria di depannya, hingga tanpa sadar ia menerima uluran tangan pria tersebut kemudian melangkahkan kakinya mengikuti kemana arah langkah kaki pria tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Bundha Shantie
up lagi..maaf kk ,bru mampir...
2022-10-17
0