Dua orang tengah berbincang dengan serius di sebuah taman yang tak jauh dari rumah sakit.
"Jadi bagaimana Van?" Tanya sosok laki laki yang duduk di sampingnya.
"Aku tidak berpacaran Kak. Aku akan langsung menikah. Jika kakak serius denganku. Kakak harus melamarku pada orang tuaku."
"Baiklah. Aku akan melamarmu." Kata pria itu membuat Val terkejut dan menatapnya.
"Aku serius. Hari ini aku akan pergi melamarmu."
"Baiklah. Malam nanti datanglah ke rumah. Alamatnya akan aku kirimkan ke kakak."
"Baik."
"Kalau begitu aku kembali bekerja dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawabnya sambil memandangi Van yang sudah melangkah pergi.
Sosok gadis memasuki ruangan.
"Dokter." Sapanya dengan ceria.
"Halo Ilham bagaimana keadaannya?"
"Baik dok. Terimakasih banyak sudah menolong Ilham."
"Sama sama. Ayo di periksa dulu. Setelah itu baru boleh pulang."
"Dokter. Ilham boleh pulang hari ini?"
"Iya Ibu. Tapi sebelumnya saya akan periksa dulu."
"Baik Dok."
Van langsung memeriksa keadaan anak itu.
"Semuanya sudah baik. Selamat ya. Ilham sudah boleh pulang."
"Iya dok." Katanya dengan wajah sedih.
"Kenapa sedih begitu?"
"Nanti Ilham nggak ketemu dokter lagi."
"Lain kali kita akan ketemu. Jangan sedih ya." Van memeluknya.
"Terimakasih banyak dokter. Saya berhutang budi sama dokter."
"Sama sama Ibu. Sudah sepatutnya saling menolong sesama. Saya permisi dulu ya."
"Iya Dok. Semoga semua yang dokter inginkan berjalan dengan lancar."
"Terimakasih doa baiknya." Jawab Van sambil tersenyum ramah.
Van baru saja sampai di rumah sore hari. Ia langsung berjalan pelan di taman belakang dan memeluk Mommynya yang sedang menyiram tanaman.
"Haish anak ini. Bikin kaget saja. Bukannya ucapkan salam."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Mandi sana."
"Iya Mom. Em....Mom. Nanti teman Van mau kesini."
"Iya."
"Daddy mana Mom?"
"Daddy lagi pergi sebentar. Tau tuh mau beli pakannya Pisces kayanya."
"Tumben nggak minta di temenin."
"Tadi minta. Mom ogah."
"Yasudah kalo gitu Van mandi dulu ya Mom."
"Iya."
Gadis itu langsung berlari setelah berhasil mengecup pipi Mommynya.
Semuanya tengah berkumpul di teras belakang.
"Van."
"Ya Dad."
"Daddy mau ngomong sesuatu sama kamu."
"Van juga."
"Yasudah. Kamu duluan saja."
"Begini Dad. Hari ini senior Van mau datang untuk melamar Van malam ini." Kata Gadis itu membuat napas Ladit tercekat.
"Van."
"Boleh kan Mom? Kata Mommy aku boleh langsung menikah."
"Siapa dia?" Tanya Mario untuk mengatasi kesulitan istrinya.
"Namanya Levin Armando Setyaji."
"Seorang dokter juga?"
"Iya. Tapi beda rumah sakit dengan Van."
"Sebelum itu. Daddy akan cari tahu dulu profilnya."
"Kamu katanya nggak mau nikah dulu dek?"
"Berubah pikiran aku Kak."
"Secepat itu?"
"Iya."
"Kapan dia bilang mau lamar kamu?"
"Tadi siang."
"Kamu sudah tau dia orangnya bagaimana?"
"Selama aku kenal dia orangnya baik. Nggak neko neko."
Val menggenggam tangan Ladit.
Malam hari Val memasuki kamar Ladit untuk memanggilnya makan malam.
"Sayang. Ayo makan malam dulu."
"Ladit nggak lapar Mom. Ladit disini saja."
Val tau pemuda itu tak mau sakit hati yang terlalu jauh.
"Baiklah. Kamu yang sabar ya. Jika memang berjodoh kamu dan Van akan di persatuan."
Katanya sambil memeluk Ladit.
"Iya Mom. Terimakasih."
Val kembali lagi ke ruang makan. Semuanya sudah berkumpul disana termasuk dengan Levin juga. Kesan pertama yang Val dapat simpulkan dari pemuda itu adalah pemuda yang sopan. Ia cukup tau dari tingkah laku dan bagaimana caranya menyapa.
"Mari makan." Kata Val memulai acara makan malam.
"Kak Ladit mana Mom?"
"Dia nggak enak badan. Makannya nggak bisa ikut gabung." Bohongnya.
"Oh."
"Levin. Kamu dokter juga?"
"Iya Om."
"Di rumah sakit mana?"
"Di rumah sakit A dekat Mall."
"Oh."
"Gimana masakan Mom. Enak?"
"Enak. Sangat enak." Jawabnya sambil tersenyum.
Suasana hening sesaat. Mereka sedang berbincang setelah melangsungkan makan malam.
"Om dan Tante serta Kakak kakak sekalian. Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk melamar Van. Mohon memberi izin pada saya untuk menjadikan Van sebagai istri saya."
"Kalau kami terserah pada Van. Jika dia bersedia akan kami dukung."
"Bagaimana Van?"
"Iya." Jawabnya sambil mengangguk.
"Om harap kamu akan serius dalam hubungan ini. Saya tidak mau kamu menyakiti putri saya. Kamu harus menjaganya dengan baik seperti kami menjaga Van."
"Baik Om."
"Selain itu. Saya dan Van juga sudah sepakat untuk membicarakan tanggal pernikahan kami juga hari ini Om."
"Baiklah. Terserah kalian berdua."
"Bagaimana jika dua bulan lagi? Tepatnya tanggal 9 dan bulan 9."
"Tanggal yang bagus." Kata Van menyetujui.
Val memeluk anak gadisnya. Ia tak menyangka Van akan menikah secepat ini.
"Mom. Untuk semua perlengkapan pernikahan besok Van akan urus sama Kak Levin. Jadi Van izin sama Mom ya."
"Iya."
"Kamu mau undang berapa orang?"
"Banyak. Tapi Van nanti akan tulis inisial nama aja di undangannya. Biar mereka penasaran."
"Kamu ada ada aja. Yaudah Mom ke kamar kakak kamu dulu ya."
"Kak Ladit beneran sakit?"
"Katanya sih begitu."
"Aku lihat dulu."
Van bergegas menuju kamar Ladit.
"Kakak." Panggilnya sambil membuka pintu.
"Kakak sakit?"
"Iya. Agak kurang enak badan." Jawabnya sambil mendudukkan diri.
"Van bawa vitamin buat kakak."
"Makasih ya."
"Iya."
"Van."
"Iya."
"Kamu beneran mau nikah?"
"Iya. Dua bulan lagi. Kakak nyusul habis Van ya."Kata gadis itu hanya ditanggapi senyuman.
"Kakak cepat sembuh. Van mau ke kamar dulu."
"Iya. Makasih."
"Sama sama."
"Mom." Van terkejut saat berpapasan dengan Mommynya di pintu.
"Mom mau ke dalam?"
"Iya. Mau antar makan."
"Oh. Van ke kamar ya."
"Iya." Jawabnya sambil mendorong pintu agar terbuka.
Mario menyusul istrinya di kamar Ladit. Wanita itu tengah membujuk Ladit agar mau makan.
"Makan dulu ya. Mom suapi. Di umur kamu yang sudah 25 ini Mom masih suapi lo." Ladit tersenyum kemudian mengangguk.
"Nggak malu apa kamu. Kalo karyawan kamu tau bosnya seperti ini."
"Halah. Daddy sekarang aja masih minta di suapi sama Mom. Bukannya yang malu harusnya Daddy."
"Kamu itu. Bisa aja jawabnya."
"Ladit...."
"Kata Mom kalo memang jodoh pasti akan di persatukan." Potong Ladit sebelum Val melanjutkan kalimatnya.
"Kamu gampang nyerah ya ternyata." sindir Mario.
"Mau bagaimana lagi Dad. Bukannya Ladit nyerah. Tapi kebahagiaan Van lebih penting. Buat apa Ladit sama Van tapi hatinya milik orang lain."
"Good boy. Daddy bangga sama kamu. Kamu seperti Frans. Dia tidak egois."
"Karna Ladit anaknya."
"Papa kamu pasti bangga melihat kamu sekarang."
"Ini berkat Mom sama Dad. Makasih sudah didik Ladit dengan baik."
"Sama sama Sayang. Kamu anak Mom. Mom bangga sama kamu." Kata Val langsung mendapat pelukan hangat dari pemuda itu. Ladit sebenarnya hancur. Tapi Ia sebisa mungkin akan terlihat tegar menghadapi semua ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Putri Nazwa
ladit patah hati, bersabar lah jodoh tak kan kemana semangat ladit
semangat up thor lanjut
2022-02-25
0