“Aellys! Kamu kenapa?” pekik seseorang di belakangnya.
“Ah? Aku—sedang membuat cokelat panas,” jawab Aellys menatap orang itu yang ternyata Fifi.
“Kenapa?” Tanya Aellys bingung saat Fifi menggelengkan kepalanya dan menatapnya geli.
“Ck—cokelat panas memangnya pakai bubuk cabai? Biar apa?” pertanyaan itu membuat Aellys segera menatap cangkirnya yang berisi bubuk cokelat dan cabai yang begitu banyak sampai separuh gelas.
“Ampun dah,” ringis Aellys menatap ngeri gelasnya itu.
“Biar aku yang buat! Kamu tunggu di luar saja! Nanti bukan hanya cabai yang kamu gunakan tapi juga lada kamu masukkan,” tegur Fifi.
“Hm, terimakasih Fifi.”
Aellys melangkah keluar dari dapur dan menunggu di salah satu meja dekat kasir, dia mengehela nafas dan memijat pangkal hidungnya, moncoba menghilangkan rasa pusing yang menyerangnya. Untung saja Fifi menegurnya tadi, kalau tidak dia akan meminumnya.
“Ini cokelatnya,” Fifi menaruh segelas cokelat panas untuk Aellys.
“Terimakassih, Fi.”
Aellys menikmati cokelatnya sambil memandangi jalan raya di depan Kafe, kemudian dia merasa seperti ada yang memperhatikannya. Aellys mencoba mencari tahu dan melihat sekitarnya, namun dia tidak menemukan siapa-siapa. Mungkin ini hanya perasaanya saja. Sampai dia merasakan ada seseorang yang menarik kursi di sampingnya dan duduk di sana.
“Cal—kamu ngapain?” Tanya Aellys kepada orang tersebut.
“Aku tadi lewat sini dan ingin minum kopi di sini,” jelas Calvin membuat Aellys mengangguk.
“Aellys, bagaimana dengan pernyataanku waktu itu?” Tanya Calvin membuat Aellys bingung.
“Pernyataan apa?”
“Tentang lamaranku waktu itu,” jelasnya membuat Aellys meremas ujung bajunya.
“Cal—aku takut,” lirih Aellys.
“Takut kenapa?” Calvin memegang bahu Aellys dan menatapnya serius.
“Aku sudah memiliki Leo dan aku rasa kamu tidak pantas mendapatkanku, kamu seharusnya mendapatkan wanita yang lebih dari aku,” jawab Aellys membuat Calvin menghela nafas dan menatap ke arah luar.
“Aku sudah menerima keadaanmu dan keluargaku juga sudah menerimamu, kenapa kamu masih takut? Aku sudah menyayangi Leo seperti anakku sendiri dan keluargaku juga menyukainya, kamu tidak perlu takut,” ujar Calvin membuat remasan Aellys semakin mengencang.
Aellys bingung harus bagaimana, Calvin memang baik dan sangat menyayangi anaknya. Tapi, dia tidak bisa menaruh hatinya pada lelaki ini, dia sudah mencoba. Namun, tetap saja tidak bisa. Aellys tidak ingin menyakiti hati Calvin, namun dia tidak mau berbohong kepadanya.
“Aku beri kamu waktu lagi, aku pergi dulu,” Calvin mengusap rambut Aellys.
Aellys hanya menatap punggung Calvin yang keluar dari pintu,dia terus menatap sedih kearah Calvin sampai lelaki itu menaiki mobilnya dan pergi. Aellys merasa tidak enak dengan Calvin, tapi dia tidak mau menyakiti hatinya saat memilih lelaki itu dan hatinya bukan untuk Calvin.
Aellys menyandarkan punggungnya di kursi dan mengadah ke atas melihat langit-langit Kafe. Dia memejamkan matanya mencoba menghilangkan rasa pusing yang semakin membuat kepalanya bertambah sakit. Aellys menatap cangkir yang berisi setengah milik Calvin dan kursi yang baru saja di duduki. Dia melangkah ke arah kasir untuk menanyakan pekerjaan karyawan barunya.
“Gimana hari pertamamu bekerja di sini?” Tanya Aellys kepada Azka yang beristirahat, karena pengunjung tidak begitu ramai.
“Sangat cocok dan tidak berat, saya senang bisa bekerja di sini,” jawab Azka membuat Aellys tersenyum senang.
“Syukurlah, aku harap kamu betah bekerja di sini dan jangan sungkan kalau ada hal yang kurang enak segera beritahu aku atau yang lainnya,. Karena, di sini kita semua adalah keluarga,” nasihat Aellys kepada Azka.
“I—iya.”
“Lys!” panggil Adela yang baru saja menyelesaikan tugasnya.
“Kenapa mbak?”
“Aku rasa sepertinya Calvin benar-benar mencintaimu, dia bahkan rela menunggumu sampai saat ini. Bahkan, dia juga yang menemanimu saat melahirkan Leo, dia menerima Leo dan kamu dengan tulus. Kenapa kamu tidak coba untuk menerimma lamarannya? Jarang lho ada anak muda seperti Calvin. Sebelum kamu kehilangannya, sebaiknya kamu mencoba membuka hatimu untuknya. Aku tahu itu tidak mudah, tapi apa salahnya memberi dia kesempatan?” perkataan Adela membuat Aellys terdiam.
“Tapi—aku masih takut,” gumam Aellys.
“Kamu harus bangkit dari traumamu itu, ini demi kebaikanmu dan Leo. Leo pasti membutuhkan sosok ayah dalam perkembangannya, semakin dia besar semakin dia ingin tahu dimana ayahnya,” pernyataan yang membuat hati Aellys terasa tertampar.
“Mbak benar, aku coba bicarakan ini pada Mama dulu,” Aellys menatap Adela yang tersenyum bahagia.
“Duh—maaf ya Azka, sudah membuatmu mendengarkan curhatan kita,” suara Adela menyadarkan Aellys bahwa masih ada Azka di dekat mereka.
“Eh—Azka, aku jadi tidak enak malah curhat sama mbak Adela di depanmu,” sesal Aellys.
“Tidak apa-apa kok, tapi—maaf kalau saya lancang. Sebenarnya Leo itu siapa?” Tanya Azka membuat Aellys tersenyum
“Leo adalah anak kandungku dan yang tadi itu Calvin temanku,” jelas Aellys.
“Terus ayah Leo siapa? Eh—maaf kalau saya berani, ta—” ucap Azka terpotong.
“Tidak apa-apa, semua karyawan di sini sudah tahu dan hanya kamu yang belum. Leo adalah anakku, Calvin adalah teman yang membantuku dan menemaniku saat melahirkan Leo, dia adalah dokter penyakit dalam. Sedangkan, ayah Leo sudah tidak menginginkanku dan anaknya,” jelas Aellys yang menunduk.
“Maaf—aku tidak tahu dan maaf sudah lancang,” sesal Azka yang di balas gelengan oleh Aellys.
“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu tahu. Karena semua yang di sini memang sudah aku anggap keluarga sendiri.”
“Apa saya boleh bermain dengan Leo?” Tanya Azka ragu-ragu.
“Tentu saja, besok kebetulan dia kesini,” jawab Aellys membuat Azka tersenyum.
“Wah—kalau begitu, apa boleh saya membelikannya mainan? Soalnya saya sangat menyukai anak
kecil, karena saya anak tunggal dan tidak memiliki adik,” Azka menatap Aellys
penuh harap.
“Tantu saja,” jawab Aellys membuat Azka melebarkan senyumnya, Aellys menatap senyuman itu dan merasa pernah melihatnya.
***
Aellys sedang membeli beberapa keperluan Leo di minimarket dekat rumahnya, dia berjalan kaki biar sehat dengan olahraga sedikit. Udara malam memang dingin, buktinya Aellys sudah memakai jaket, namun masih merasa hawa dingin ini menusuk kulitnya. Aellys menghentikan langkahnya saat ada seseorang berdiri di depannya. Dia mendongak untuk menatap orang yang lebih tinggi darinya itu.
“Maaf, anda sudah menghalangi jalan sa—” ucap Aellys terhenti.
Aellys membulatkan kedua matanya dan perlahan mudur, dia melangkah cepat untuk melewati jalan memutar. Lebih baik berjalan jauh daripada bertemu dengan orang itu, namun langkahnya seakan terbaca oleh orang itu. Terbukti dengan tangannya di cekal dan dia di tarik massuk ke dalam mobilnya. Dia tidak meronta, karena
di sini kondisinya ramai, Aellys tidak ingin membuat keributan.
“Kamu ingin mencarikan ayah baru untuk Leo?” Tanya orang itu saat mereka sudah di
dalam mobil.
“Maksudmu?”
“Kamu ingin menikah dengan Calvin-Calvin itu?” Tanyanya lagi.
“Ka—kamu! Bagaimana bisa?” Aellys terkejut dengan pertanyaan tersebut.
“Jangan remehkan aku, Aellys, mataku ada di mana-mana, kamu tidak dapat menyembunyikannya padaku, bahkan aku tahu semua yang ada di dalam kamarmu,” jelasnya membuat Aellys menganga dan menyilangkan tangannya di depan dada.
“Kamu! Kamu memasang cctv di kamarku?” Aellys menatap orang di depannya dan memundurkan tubuhnya sampai menabrak pintu mobil dengan tangan yang masih setia di depan dadanya.
“Bukan, tapi aku bisa melakukan segalanya,” ucapnya dengan mendekatkan tubuhnya kepada Aellys yang semakin mengeratkan jaketnya.
“Dasar brengsek! Mesum! apa saja yang sudah kamu ketahui?” Tanya panik Aellys saat wajahnya merasakan deru nafas lelaki itu. Lelaki tersebut tertawa kecil melihat tingkah laku Aellys yang sedang takut dan malu.
“Semuanya, termasuk pakaian dalammu,” bisiknya membuat Aellys melotot sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
RirisTanti
Azka pasti asistennya Saga yg waktu Leo blm dibikin... wkwkwkkk.. 😄😂🙈
2021-08-27
0
Munah May
mulai seru nih
2019-12-27
1
Anah Sanusi
aku penasaran siapa azka
2019-11-01
3