Aellys memperhatikan karyawan perempuan sedang duduk di kursi panjang dekat kasir yang digunakan pelanggan untuk menunggu pesanan untuk di bungkus. Dia mengamati isi Kafe memang sedikit yang datang, karena baru buka dan ini masih pukul setengah sembilan pagi. Aeelys memperhatikan karyawannya yang sedang menatap kursi pengunjung di paling pojo, dia melihat dua orang lelaki yang sedang berbincang.
“Lagi gosip apaan?” Tanya Aellys yang sudah berdiri dihadapan mereka, mereka menatap Aellys dengan wajah seriusnya membuat Aellys bingung.
“Kenapa?” bingungnya saat Friska menariknya untuk ikut duduk dengan mereka.
“Itu—tuh!” tunjuk Friska kepada pengunjung yang dilihat Aellys tadi, memang ada apa dengan mereka. Dia melihat mereka memesan kopi, bukannya wajar lelaki meminum kopi.
“Apaan sih?” Aellys tambah tidak mengerti dan menatap Friska yang menggigit kukunya.
“Itu dua orang tampan banget, sumpah. Tapi, sayang wajah yang lagi munggungin kita itu dingin banget. Mana gak bersuara dari tadi, hanya yang satunya aja,” keluh Friska membuat Aellys kembali menatap dua orang itu dan benar saja, yang berbicara hanya orang yang dia ketahui wajahnya itu.
“Iya, bahkan saat di Tanya mau pesan apa dia hanya natap temannya dan temannya yang mengucapkan pesanannya,” lanjut Dina yang melirik kearah mereka.
“Kayaknya dia pakai bahasa hati deh,” sahut Adela membuat Aellys tertawa.
“Mbak mana ada? Yang ada itu telepati, tapi juga bisa jadi,” bingung Aellys dan menatap mereka satu-satu.
“Ah—tau bikin pusing aja, mbak aku keluar sebentar,” pamit Aellys kemudian keluar dari pintu Kafe, dia menyebrang untuk pergi ke minimarket depan.
Aellys kembali ke Kafe setelah lima belas menitan di minimarket, dia membawa plastik yang berisi susu formula untuk anak dua tahun. Sebelumnya, dia melihat kearah dua orang tadi yang masih disana dengan makanan yang dipesannya.
“Susu buat siapa?” Tanya pelayan yang membersihkan meja didekat pintu.
“Oh—ini buat Leo, Fi,” jawab Aellys yang duduk di meja yang dibersihkan Fifi.
“Leo? Wah sudah lama bocah imut itu tidak kesini, apa kabarnya dia?” Tanya antusias Fifi saat mendengar nama Leo.
“Baik dan sehat, dia dalam masa pertumbuhan dan semakin aktif. Mama ku sampai repot mengejarnya.
Katanya Mama sedang ada di sekitar sini dan mau mampir bersama Leo, aku minta tolong buatkan mereka seperti biasanya!” pinta Aellys kepada Fifi sebelum pamit untuk kembali ke dapur.
“Leo siapa?” gumam seseorang dan menatap orang di depannya yang dibalas gelengan pelan.
“Friska! Masih belum ada yang melamar pekerjaan disini?” Tanya Aellys saat Friska selessai mengantarkan pesanan pelanggan.
“Belum Lys, kan baru kemarin di pasang. Mungkin nanti,” jelas Friska yang langsung dibalas anggukan oleh Aellys.
“Oke, kamu boleh lanjut kerja!” perintah Aellys saat melihat Kafe mulai ramai.
“Bunda!” suara cempreng yang sudah tidak asinng itu membuat Aellys berdiri dari duduk dan menghampiri Mama dan bocah lelaki kecil yang berjalan dengan langkah kecil kearahnya. Segera Aellys mengangkat tubuh mungil itu dan menghujami wajahnya dengan ciuman, membuat bocah kecil itu tertawa, karena merasa geli.
“Mama gak bisa lama-lama, karena ada urusan. Kamu gak apa-apa menjaga Leo sambil kerja?” Tanya mama Aellys.
“Enggak kok Ma, lagi pula aku sudah kangen sama anakku yang makin gembul ini. Mama duduk dulu! Aku mau ambil pesanan Mama, Leo disini sama Oma dulu ya! Bunda mauambil makanan buat Leo!” perintah Aellys kepada anaknya yang sudah duduk disebelah mamanya.
“Iya, Bunda,” sahutnya dengan suara khasnya membuat Aellys mau tak mau tertawa dan kembali menciumnya sebelum menuju ke dapur.
“Ma, ini pesanannya,” Aellys menyerahkan kantong plastic besar kepada sang mama.
“Ya sudah, Mama berangkat dulu ya. Kamu hati-hati pulangnya nanti! Leo, Oma pulang dulu ya! Kamu jangan
nakal-nakal! Kasihan Bunda kamu nantinya,” nasihat mama Aellys kepada cucunya itu.
“Iya, Oma,” sahutnya dengan memberikan ciuman dipipi oma nya itu.
“Kita di ruangan Bunda saja ya sayang, di dalam ada mainan banyak,” ajak Aellys kepada anaknya.
“Iya Bunda,” balasnya dengan menggandeng tangan Aellys, mereka melangkah kecil menuju ruangan Aellys, dia sangat bahagia anaknya menurut.
***
Aellys sedang membantu karyawannya yang sedang kesusahan saat banyaknya pengunjung yang datang. Untung saja Leo sedang tidur siang di ruangannya, sehingga dia dapat membantu untuk mengatasi pelanggan yang mulai berdatang. Dia memang kekurangan tenaga kerja dan sudah mencari karyawan baru, namun masih belum ada yang melamar.
“Mbak, disini sudah lumayan reda. Aku ke dapur dulu bantu-bantu yang masak, sekalian mau buat makan
siang untuk Leo,” ujar Aellys kepada Dina yang masih menangani pesanan pengunjung.
“Oh—ya aku lupa kalau ponakan ada disini, ya sudah cepat sana sebelum dia kelaparan,” balas
Dina.
“Mbak Ella biar aku bantu,” ucap Aellys saat melihat juru masaknya seddang kewalahan menyajikan
pesanan.
“Syukurlah ada kamu, kamu bantu Rendy sama Adela aja. Mereka yang kurang tenanga, karena banyak yang pesan,” desah lega Ella saat Aellys datang untuk membantu pekerjaan mereka.
“Sini aku bantu mbak, mas,” Aellys langsung membantu Rendy dan Adela untuk memasak.
“Lho! Aellys kok disini?” Tanya seseorang yang membuat Aellys berhenti sejenak dan melanjutkan tugasnya.
“April? Aku lagi bantu-bantu, karena Janu massih cuti jadi masih kurang tenaga,” jelas Aellys kepada salah satu juru masaknya itu.
“Duh, aku kelamaan di toilet tadi. Maaf ya, jadi kamu juga yang turun tangan,” sesal April yang mulai memasak pesanan pengunjung.
“Santai saja,” balas Aellys dengan senyum ramahnya.
“Akhirnya selesai juga,” pekik bahagia Aellys saat semua pesanan pengunjung telah selesai
dan sebagian sudah diantar.
“Kamu masak apa?” Tanya Adela.
“Makan siang untuk Leo,” jawab Aellys yang menaruh makanan di atas piring.
“Wah, ponakan ada disini? Dimana?” Tanya antusias Adela.
“Di ruanganku, mbak,” jawab Aellys yang membuat susu untuk Leo.
“Ah—mau lihat ponakan dulu!” seru Adela kemudian hilang dari pintu dapur, Aellys hanya geleng-geleng dan merasa bahagia. Begitu banyak yang menyayangi anaknya itu dan dia sangat bersyukur akan hal tersebut.
“Lys—Aellys!” panggil Adela dengan wajah bingungnya menghampiri Aellys yang baru selesai
membuat susu.
“Lho, kok cepat banget lihat Leo?” Tanya bingung Aellys dan heran menatap wajah khawatir Adela.
“I—itu, tadi aku cari Leo di ruanganmu. Tapi, dia tidak ada, aku cari di depan juga gak ada,” jelasnya membuat mata Aellys melebar.
“Mbak? Jangan bercanda!” suara Aellys mulai bergetar menahan tangis.
“Mendingan kamu cari Leo saja, biar aku yang urus sini. Kamu cari sekitar sini dulu!” usul Adela yang langsung disetujui oleh Aellys, dia berjalan keluar dengan tergesa-gesa, bahkan beberapa pegawai bertanya dia tidak menjawab dan berjalan lurus.
Aellys mencari di sekitar Kafe, namun tidak menemukan keberadaan Leo. Dia ingat Leo sangat suka dengan taman bermain, di sini juga ad ataman bermain tepat di belakang Kafe. Dengan langkah cepat Aellys menuju taman bermain dan berharap menemukan keberadaan Leo.
Aellys terus berjalan dan melihat ke kanan dan kiri, dia berharap Leo memang berada di sini dan tidak terluka. Dia terus melangkah di setiap sudut, namun tidak menemukan Leo. Saat ini dia mulai kelelahan, namun dia tetap berkeliling untuk mencari keberadaan Leo, sampai samar-samar dia mendengar suara tawa anak kecil—mirip dengan Leo. Aellys melangkahkan kakinya ke sumber suara dan semakin jelas suara itu.
“Leo!” pekik Aellys berlari menghampiri Leo yang bermain dengan seseorang yang Aellys tidak ketahui itu, dia memeluk Leo begitu erat dan menangis lega.
“Bunda, jangan nangis,” ucap Leo dengan nada sedih sambil menghapus air mata Aellys.
“Bunda takut, bunda takut kamu hilang sayang. Kenapa kamu sampai disini?” Tanya Aellys yang tangisannya sudah reda.
“Aku cari bunda, tapi tidak ketemu. Terus aku ketemu sama Om ini dan diajak main kesini,” jawab Leo sambil menunjuk seseorang yang daritadi memperhatikan mereka, Aellys segera berdiri dan menggendong Leo. Dia berbalik untuk mengetahui orang itu.
“Dia anakku kan?” Tanya orang itu dengan suara beratnya, sedangkan Aellys terkejut mendengar suara itu, dia menatap lelaki tinggi di depannya itu.
“Sa—Saga!”
TBC...
***
See you next part
jangan lupa like and comment
Follow ig: MTMH18
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Melda Rei
kupikir DANIAH😊
2020-03-21
4
Michelle Avantica
hahaha blm pada move on dari Saga and Daniah ya 😁
2020-02-13
10
Delfia Susanty
Sagan,oh daniah
2019-11-24
7