BAB 01

Ini cerita pertamaku yang bengenre romance

Semoga kalian suka! Jangan lupa beri like dan komentar biar aku semangat.

Happy Reading!

***

Seorang perempuan berumur dua puluh tiga tahun beberapa bulan lagi menghela nafas entah untuk keberapa kalinya, dia termenung menatap pagar di depan rumahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tetapi dia masih duduk dikursi rotan di teras rumahnya yang terbilang lumayan mewah.

"Kamu belum tidur, nak?" pertanyaan bernada lembut disampingnya itu membuatnya menoleh, dia melihat wanita hebat yang sudah membesarkannya menatapnya hangat. Aura keibuan semakin terpancar di wajah lelahnya itu.

"Belum, Mama kenapa belum tidur?" Tanyanya balik kepada sang mama yang sudah duduk di kursi rotan di sampingnya.

"Masih nunggu Papa mu, katanya sebentar lagi sampai," jelasnya membuat perempuan itu tersenyum senang, papanya akan pulang.

"Papa sudah selesai urusannya diluar kota, Ma?"

"Iya, sudah—ah itu Papa," pancaran bahagia terdengar dari suara sang mama, membuatnya mau tak mau tersenyum bahagia menatap sang mama menghampiri papanya yang baru turun dari mobil setelah supir membukakan pintu.

Perempuan itu menghampiri keduanya setelah mereka selesai berpelukan, dia kemudian memeluk sang papa yang sudah sangat dirindukannya. Mereka berjalan memasuki rumah, berbincang sebentar di ruang tengah.

"Kamu besok bekerja kan? Sebaiknya kamu istirahat! Jangan sampai sakit, ini sudah sangat larut dan tidak baik untuk kesehatanmu," nasihat papanya membuatnya tersadar dan manatap jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

"Ya sudah, kalau gitu aku naik ke atas dulu. Papa juga harus istirahat habis perjalanan jauh, Mama juga istirahat sudah seharian sibuk dan makasih untuk semuanya, aku ke kamar dulu, selamat malam," pamitnya kepada kedua orang tuanya.

"Semoga dia dapat menemukan kebahagiaannya, Papa sedih melihat keadaannya waktu itu," lirih sang papa menatap punggung anaknya yang semakin jauh itu.

"Iya Pa, Mama juga merasa sedih dan kecewa waktu itu. Tapi, saat melihat perjuangannya Mama merasa bersalah sudah memarahinya, dia bahkan tetap mempertahankannya meskipun dia merasa terpukul waktu itu. Tapi, sekarang yang Mama lihat dia sudah mulai kembali bangkit lagi," suara sang Mama yang mulai bergetar menahan tangisannya.

"Sstt—dia anak kita satu-satunya dan yang paling hebat, kita harus selalu ada untuk memberinya semangat. Cukup sudah semua yang dialaminya, dia harus bisa terus bahagia dan Papa janji akan membuat orang itu menyesal sudah membuat anak kita jadi begini," amarah sang Papa mulai terdengar dengan cepat istrinya mengusap lengannya untuk meredakan emosinya.

"Sebaiknya kita istirahat," ucap sang istri yang langsung disetujui oleh suaminya itu.

***

"Friska?" panggilnya kepada salah satu pelayan yang melintas di depannya.

"Iya, mbak?" Tanya Friska sambil mengahampir seorang perempuan yang duduk di salah satu kursi di dalam Kafe yang cukup ramai ini, karena memang sekarang waktunya makan siang.

"Kamu ini, sudah dibilang jangan panggil seperti itu cukup namaku saja!" ketusnya membuat Friska meringis, dia lupa kalau mereka seumuran dan dia tidak suka dipanggil seperti itu kalau memang mereka seumuran. Karena, dia merasa tua dengan panggilan itu.

"Hehe—maaf, Lys," tawa canggung keluar dari mulut Friska.

"Duduk dulu!" perintahnya menunjuk kursi di depannya. Segera Friska mendudukan diri disana, sebelum kembali membuat salah.

"Tugas yang aku suruh kemarin sudah selesai?" lanjutnya yang menatap lurus kearah Friska.

"Sudah, tinggal di tempel saja, Dimas sedang mencari lem untuk menempelnya," jelas Friska membuatnya manggut-manggut mengerti.

"Oke, kamu diperbolehkan kembali bekerja!" perintahnya yang langsung dibalas anggukan cepat Friska, tapi sebelum dia berdiri dari duduknya. Dia menatap sengit perempuan di depannya itu saat menertawakannya.

"Eh—tadi wajahmu lucu sekali, haha. Lain kali santai saja bicara denganku, aku tidak akan memecatmu," jelasnya membuat Friska ingin memukulnya dengan mampan yang dia pengang. Tapi, dia masih ingat kalau di depannya ini adalah sang boss, dia tidak bisa melakukannya. Dia memang boss, tapi dia tidak mau diperlakukan seperti seorang boss. Dia memang orang yang sangat baik kepada semua karyawan yang sudah dia anggap sebagai temannya bukan bawahannya, padahal dia adalah pemilik Kafe ini.

"Aellys sumpah, kamu buat aku takut aja lihat wajahmu tadi," sergahnya menatap jengkel orang yang masih tertawa itu.

"Sekali-kali dong buat kamu tegang," tukasnya membuat Friska menahan emosi untuk tidak melayangkan mampannya itu.

"Bodo, aku balik kerja," pamit Friska kepada Aellys yang sudah meredakan tawanya saat melihat wajah masam Friska.

"Ah—syukurlah, Kafe ini selalu ramai. Aku tidak menyangka, ternyata Tuhan masih memberiku sesuatu yang sangat menakjubkan selain kehadirannya," gumam bahagia Aellys menatap begitu ramainya pengunjung di Kafe nya ini. Meskipun tidak begitu luas dan besar, tetapi Kafe ini sangat cocok untuk anak didatangi oeleh setiap kalangan, desain interior yang menarik ini selalu menarik perhatian orang-orang untuk singgah. Menu yang ditawarkan juga sangat bervariasi dan tidak membuat pelanggan bosan.

Aellys melangkah kearah kasir untuk meminta data keuangan bulan ini, dia melihat kedua penjaga kasir begitu kesusahan saat menangani pelanggan yang hendak memesan makanan atau minuman.

"Mbak Dina aku bantu saja," kata Aellys saat berdiri di samping orang yang disebutnya itu.

"Eh? Tidak usah," tolak Dina yang langsung dibalas gelengan cepat dari Aellys.

"Sudah tidak apa-apa, biar kita tidak kewalahan," sahut lelaki yang menjaga kasir bersama Dina.

"Benar kata mas Fahri, sini aku bantu," Aellys mulai membantu mereka dengan menggunakan komputer cadangan yang disediakan dalam keadaan ramai seperti ini, dia memilih pesanan yang pelanggan sebutkan di dalam komputernya dengan senyuman ramah kepada setiap pelanggannya.

"Sudah lumayan, aku mau ambil laporan keuangan dan mengeceknya di ruanganku. Segera kirimkan ke email ku ya!" perintah Alleys sebelum meninggalkan kasir saat pelanggan yang akan memesan tidak seramai tadi.

Aellys sudah selesai dengan semua data Kafe nya ini, dia menatap jam dinding di ruangannya ini sudah menunjukkan pukul empat sore. Satu jam lagi Kafe akan tutup, dia mengemasi barang-barangnya sebelum kembali mengecek keadaan Kafe, dia memang membuka Kafe dari pukul delapan pagi sampai pukul lima sore. Karena, dia tidak mau bekerja sampai malam seperti kantoran, dia juga ingin menghabiskan waktunya dengan keluarga.

"Mbak Adela, aku pulang duluan ya. Kuncinya satunya sudah ada di mbak kan? Jangan lupa nanti dikunci kalau semuanya sudah beres!" kata Aellys sebelum meninggalkan Kafe kepada salah satu karyawannya yang rumahnya dekat dengan Kafe ini, dia juga yang membuka Kafe kalau Aellys akan datang terlambat.

"Iya, sudah ada di aku. Kamu hati-hati pulangnya!" ingat Adela yang dibalas acungan jempol oleh Aellys.

"Semuanya aku pamit duluan!" teriak Aellys kepada semua karyawannya yang masih membersihkan Kafe ini, memang mereka pulang jam enam sore untuk membersihkan Kafe terlebih dahulu. Semua yang bekerja di sini sudah mengganggap Aellys saudara atau adiknya sendiri, karena kebaikan Aellys mereka tidak menjadi penggangguran dan bisa membiayai keluarganya. Aellys yang menawarkan mereka pekerjaan dan dengan senang hati membatu mereka jika ada masalah keuangan, dia tidak segan untuk meminjamkan uangnya.

"Hati-hati Aellys!" seru mereka hamper bersamaan yang dibalas acungan jempol dari Aellys sebelum memasuki mobilnya.

***

New York City...

Seorang lelaki dengan tatapan tajamnya berdiri di balkon hotel mewah di New York menatap gedung-gedung tinggi dihadapnnya, dia menghela nafas panjang. Dia sudah menunggu seseorang daritadi, namun sampai sekarang orang itu belum datang. Dia mendengar langkah kaki mendekat kearahnya, dia masih tetap dalam posisi dan menunggu orang tersebut berbicara.

"Pesawatnya sudah datang tuan," lapor orang itu membuatnya memutar tubuhnya dan melangkah mendekati orang itu.

"Bagus, kita berangkat sekarang!" perintahnya melangkah lebar keluar dari kamar hotel dan diikuti oleh orang tadi.

"Kamu sudah menemukan keberadaannya?" tanyanya saat mereka sudah di dalam pesawat pribadinya.

"Sudah tuan," sahutnya membuat sang tuan tersenyum kecil yang hanya dia yang tahu, sudah lama dia tidak merasa seperti ini, hampir tiga tahun.

"Bagus, setelah mendarat aku ingin melihatnya. Siapkan segala yang aku butuhkan!"

"Siap tuan, saya permisi," pamitnya meninggalkan sang tuan yang menatap kearah ponsel digenggamannya yang menampilkan sesosok orang tersenyum disana.

"Maafkan aku," gumamnya menatap foto itu dengan sebutir air yang jatuh dari matanya, segera dia mengusapnya dan memjamkan matanya yang mulai memerah itu.

"Aku akan membuatmu kembali padaku!"

TBC...

***

See You Next Part...

Jangan lupa like and Comment

Folow ig: MTMH18

Terpopuler

Comments

Rosna Wati

Rosna Wati

lanju kita ikuti jalan cerita x

2020-02-25

1

Munah May

Munah May

menyimak

2019-12-27

1

Baskoro Milan

Baskoro Milan

kak im, go on... suka alur ceritanya...Ganbate

2019-11-28

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 BAB 01
3 BAB 02
4 BAB 03
5 BAB 04
6 BAB 05
7 BAB 06
8 BAB 07
9 BAB 08
10 BAB 09
11 BAB 10
12 BAB 11
13 BAB 12
14 BAB 13
15 BAB 14
16 BAB 15
17 BAB 16
18 BAB 17
19 BAB 18
20 BAB 19
21 BAB 20
22 BAB 21
23 BAB 22
24 BAB 23
25 BAB 24
26 BAB 25
27 BAB 26
28 BAB 27
29 BAB 28
30 BAB 29
31 BAB 30
32 BAB 31
33 BAB 32
34 BAB 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAB 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 intermezzo
53 BAB 51
54 BAB 52
55 BAB 53
56 BAB 54
57 BAB 55
58 BAB 56
59 BAB 57
60 BAB 58
61 BAB 59
62 PENGUMUMAN: PENTING
63 BAB 60
64 BAB 61
65 BAB 62
66 BAB 63
67 BAB 64
68 BAB 65
69 BAB 66
70 BAB 67
71 BAB 68
72 BAB 69
73 BAB 70
74 BAB 71
75 BAB 72
76 BAB 73
77 BAB 74
78 END
79 Epilog
80 01| Pertemuan Saga dan Aellys
81 02| Aellys dan Saga
82 03| Reno dan Aellys
83 04| Kejutan dari Saga dan perginya Aellys
84 05| Kebenarannya dan Penyesalan Saga
85 06| Rachel ingin melenyapkan Aellys
86 07| Kepergian Saga
87 08| Pertemuan Aellys dan Calvin
88 09| Kembali ke Indonesia dan Rencana B
89 10| Keinginan Saga menikahi Aellys yang koma
90 11| Harapan hidup Aellys
91 12| Ingatan Aellys
92 1| Mengidam? (Bonus)
93 2| Kehamilan di bulan ke-7
94 3| Melahirkan
95 Permisi
96 Promosi
Episodes

Updated 96 Episodes

1
PROLOG
2
BAB 01
3
BAB 02
4
BAB 03
5
BAB 04
6
BAB 05
7
BAB 06
8
BAB 07
9
BAB 08
10
BAB 09
11
BAB 10
12
BAB 11
13
BAB 12
14
BAB 13
15
BAB 14
16
BAB 15
17
BAB 16
18
BAB 17
19
BAB 18
20
BAB 19
21
BAB 20
22
BAB 21
23
BAB 22
24
BAB 23
25
BAB 24
26
BAB 25
27
BAB 26
28
BAB 27
29
BAB 28
30
BAB 29
31
BAB 30
32
BAB 31
33
BAB 32
34
BAB 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAB 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
intermezzo
53
BAB 51
54
BAB 52
55
BAB 53
56
BAB 54
57
BAB 55
58
BAB 56
59
BAB 57
60
BAB 58
61
BAB 59
62
PENGUMUMAN: PENTING
63
BAB 60
64
BAB 61
65
BAB 62
66
BAB 63
67
BAB 64
68
BAB 65
69
BAB 66
70
BAB 67
71
BAB 68
72
BAB 69
73
BAB 70
74
BAB 71
75
BAB 72
76
BAB 73
77
BAB 74
78
END
79
Epilog
80
01| Pertemuan Saga dan Aellys
81
02| Aellys dan Saga
82
03| Reno dan Aellys
83
04| Kejutan dari Saga dan perginya Aellys
84
05| Kebenarannya dan Penyesalan Saga
85
06| Rachel ingin melenyapkan Aellys
86
07| Kepergian Saga
87
08| Pertemuan Aellys dan Calvin
88
09| Kembali ke Indonesia dan Rencana B
89
10| Keinginan Saga menikahi Aellys yang koma
90
11| Harapan hidup Aellys
91
12| Ingatan Aellys
92
1| Mengidam? (Bonus)
93
2| Kehamilan di bulan ke-7
94
3| Melahirkan
95
Permisi
96
Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!