Saat tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan, Kiana melihat sosok yang selama ini dia kagumi berjalan menghampiri dirinya berada. Sontak saja membuat gadis itu dengan cepat segera menyelesaikan apa yang ditugaskan Mbok kepadanya.
"Pagi, Ki..." sapa Bu Ajeng pada Kiana yang terlihat sudah rapih dan tentunya sangat cantik di usianya kini.
Jika sekilas Kiana selalu merasa Bu Ajeng adalah wanita yang masih muda berbalik dengan kenyataan bahwa wanita cantik dengan tinggi semampai itu pada kenyataannya hampir memasuki usia kepala lima.
"Pagi Bu," jawab Kiana dengan anggukan kepala tanda hormat pada orang yang lebih tua.
"Wah... sudah siap semua ya. Enak-enak pastinya ini." ujarnya seraya melihat lauk pauk yang ada di atas meja makan, dan mengambil duduk di tempat yang seperti biasanya.
"Ayo dong Pah, keburu siang ini. Belum nunggu lama kalau Papa sarapan!" celetuknya saat menyadari suaminya Pak Hardi datang menghampiri.
"Kebiasaan Mama ini, sukanya mau buru-buru." ujarnya dan mengambil duduk di kursi utama.
"Papa mau sarapan apa? Inget, jangan dulu minum kopi kalau itu perut belum di isi sama makanan. Papa kan suka ngeyel orangnya kalau di kasih tahu!" ingatnya pada kebiasaan buruk sang suami.
"Iya, deh iya... Mama mah selalu yang paling bener. Papa bisa apa kalau begini," jawab Pak Hardi tak mau berkepanjangan yang ujung-ujungnya akan selalu ada perdebatan kecil diantara mereka. Dirinya selalu merasa teristimewakan atas perhatian-perhatian yang selalu istrinya berikan.
Kiana hanya tersenyum melihat tingkah kedua majikannya itu. Di rasa sudah tak ada lagi yang perlu dia siapkan, Kiana pamit untuk kembali ke dapur membantu Mbok yang mungkin sedang kewalahan.
"Saya permisi Pak, Bu." ucap Kiana. Hampir saja kakinya melangkah namun suara Bu Ajeng seketika menghentikan langkahnya.
"Kamu gak sarapan dulu, Ki?" tawar Bu Ajeng pada Kiana yang terasa sudah tidak aneh lagi kala setiap kali mereka makan Kiana akan selalu mendapatkan tawaran yang sama.
"Makasih Bu, nanti saya bisa makan di belakang sama Mbok." jawab Kiana yang merasa tak enak.
"Oh, ya sudah." Bu Ajeng kembali melayani suaminya mengambilkan makanan.
"Ki, tolong nanti bersihkan kamar atas dan ganti spreinya ya. Kamarnya Bian, hari ini dia pulang. Jadi jangan lupa ya, saya bisa pusing kalau dia ngomel-ngomel kalau kamarnya nggak bersih dan rapih."
"Iya, Bu." Kiana pun pergi setelah mendapat tugas tambahan untuk membersihkan kembali kamar anak majikannya yang tak pernah sekalipun Kiana lihat rupanya selama tinggal di rumah itu.
"Bian jadi pulang hari ini, Ma?" tanya Pak Hardi yang sibuk menyendokkan makanannya.
"Bilangnya gitu, tapi nggak tahu juga." jawab santai Bu Ajeng.
"Loh, gimana Mamah ini. Anaknya mau pulang tapi nggak tahu pasti,"
"Papah yang nggak tahu Bian gimana aja," matanya mendelik ke arah suaminya sembari melanjutkan perkataannya, "Sifatnya yang satu itu kan menurun dari Papah, pura-pura gak tahu kayak gimana watak anaknya aja."
Pak Hardi terkekeh pelan, tangannya mencolek bahu istrinya yang langsung mendapat pukulan pelan pada punggung tangan Pak Hardi.
"Kebiasaan!"
"Hehe, mumpung kita berdua di sini Ma, mumpung anak-anak pada belum pulang. Papa kangen tahu kita bisa berduaan gini kayak dulu. Romantis, Ma..."
"Udah, ah! Mama merinding kalau Papa udah begini. Malu udah tua kalau ketahuan sama anak!" ingat Bu Ajeng yang merasa perlakuan romantis suaminya tak pernah berkurang dari masa ke masa.
"Halah, tapi suka kan meski udah berumur tetap romantis kayak Papa." goda Pak Hardi tak henti-hentinya yang membuat rona pipi Bu Ajeng terlihat jelas.
"Tuh kan..." tunjuknya pada pipi istrinya.
"Papa, ih... udah ah!" Pak Hardi terus tertawa melihat kelakuan istrinya di pagi itu.
Tak sadar ada sebuah senyuman tertarik di bibir seorang gadis yang melihat keharmonisan keluarga tersebut. Dia menunduk malu, dan segera berjalan menuju lantai dimana tugas penting sudah menunggunya.
***
Kiana dengan sigap bergegas melanjutkan pekerjaan setelah sarapan paginya. Lantai atas adalah tujuannya dimana letak kamar anak majikannya itu berada.
Tak pernah sekalipun Kiana menjejakkan kaki di ruangan tersebut meski sudah 2 bulan lamanya dia bekerja.
Membuka pintu, seketika Kiana menghirup aroma maskulin yang khas dari ruangan tersebut yang memenuhi indra penciumannya. Sangat harum, dan tentu saja terlihat sangat rapih dan bersih.
Tunggu! Rapih?
Kiana mengerutkan dahinya dalam. Langkah kakinya entah kenapa begitu ringan dan secara tak sadar membawanya untuk masuk lebih dalam.
Kiana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang ada. Tak terlihat sedikitpun barang-barang yang mesti dia rapihkan dan memang tersimpan di tempat yang seharusnya.
Dan ini juga, lantainya pun terlihat bersih. Jadi, apa yang harus Kiana kerjakan di tempat itu? Dia bingung harus memulai dari mana, tak nampak satu pun kekhawatiran yang dia perhatikan dari wajah Bu Ajeng saat memerintahkannya untuk membereskan kamar ini.
Kiana menghela napasnya pelan. Sejenak dia melihat pantulan dirinya di depan kaca yang pagi ini memakai kaos O Neck lengan pendek biru telur asin dan sebuah rok pendek selutut bermotif bunga berwarna coklat muda. Rambutnya terkuncir satu rapi yang mana memperlihatkan lekukan lehernya yang jenjang dan putih, dia mematut penampilannya sesaat.
Menghampiri lemari yang berukuran besar dengan desain minimalis yang cocok sekali untuk seorang laki-laki di kamarnya. Kiana merogoh sesuatu dari dalam sana dengan tangan susah payah.
Mengeluarkan sprei dan selimut baru, Kiana mulai melucuti dan mengganti sprei kasur yang terlihat empuk itu dengan hati-hati.
Digelarnya balutan sprei yang terasa sangat halus dan lembut tersebut. Kiana dapat membayangkan jika tidur beralaskan kasur empuk, sprei dan selimut yang lembut. Tidurnya pasti akan sangat nyaman dan tentu saja menghangatkan.
Sesekali matanya melirik ke kanan dan ke kiri untuk melihat keadaan. Terheran karena tak ada satu bingkai photo pun dari sang empunya kamar tersebut.
Dirinya menjadi penasaran pada sosok Bian, yang pernah dia dengar dari cerita si Mbok beberapa waktu lalu. Si Tuan muda tampan yang baik hati, dan tentunya menjadi bintang utama di rumah besar itu.
"Siapa kamu?" tiba-tiba terdengar suara khas laki-laki dengan begitu jelas saat Kiana tengah merapihkan tempat tidur yang baru saja dia pasang dengan sprei yang baru.
Sontak saja membuat Kiana terkejut, dan sesaat kemudian menoleh pada arah suara yang pasti itu tertuju untuknya.
"Maaf, Pak. Saya diperintahkan ibu untuk merapihkan kamar ini." ucap Kiana pelan dengan lembut, kepalanya menunduk tak berani melihat wajah yang kini ada dihadapannya.
"Oh," ujarnya singkat dengan nada dingin tak peduli. "Sudah selesai, bukan?" tanyanya kembali sembari melepas jaket yang membalut tubuhnya.
"S-sudah Pak," jawab Kiana gugup merasa tak nyaman, kakinya dengan tak tahu malu enggan untuk melangkah pergi dari sana.
Merasa heran, laki-laki itu berdeham kecil dan menghampiri Kiana yang diam mematung.
Jari tangan Kiana saling menaut seolah mengurangi rasa gugup bercampur rasa takut yang mulai menjalari dirinya.
"Jadi, masih betah kamu diam disini?" ucapnya mendengus pelan memancarkan senyuman sinis saat menatap gadis polos dihadapannya.
Menyadari kebodohannya, Kiana tersadar dan berniat segera pergi sembari menundukkan kepala yang ingin cepat berlalu dari tempat itu.
"Heh, tunggu!" panggilnya saat Kiana belum sampai di bibir pintu kamar. Gadis itu pun menoleh, dan tanpa disengaja dia melihat wajah dari laki-laki tuan muda rumah itu. Kekaguman terpancar begitu saja merasuk dalam hati Kiana. Entah mengapa aura dingin yang menakutkan saat menatap wajah berkharisma itu, tetiba seluruh permukaan kulitnya serasa meremang begitu saja.
"Tutup pintunya!" perintahnya dengan nada setengah menyentak yang membuat Kiana terlonjak. Dengan cepat Kiana menutup pintu tersebut segera ingin berlalu dari sana.
*****
Yuk dukung terus novel baru ini, ada salam nih dari Kiana, tokoh dari cerita "Secret Love". Tetap semangat ya untuk hari-hari nya, jaga kesehatan karena cuaca akhir-akhir ini sedang tidak bersahabat. Jaga diri kalian baik-baik ya 🥰
Salam hangat dari author,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
H.R.G.N
Next, Kak!
2022-04-24
2