PART 5 PERPISAHAN QIN TIAN DAN QIN MENG TIAN
Qin tian duduk bersila kemudian mempelajari kembali kitab yang diberikan Qin Meng tian padanya, dengan harapan agar ada kesalahan dalam pembelajaran yang dilakukannya saat pelatihan semalam sehingga dengan memperbaiki kesalahan tersebut, Qin tian bisa menggunakan teknik yang sama seperti yang ayahnya tunjukkan padanya.
Setelah merasa telah memahami kitab tersebut berulang kali demi mengisi waktu menunggu kedatangan Qin meng tian, Qin tian akhirnya memutuskan berkulitivasi mengumpulkan energi mental yang ada pada dirinya.
Qin tian menutup matanya dan mengeluarkan energi mental yang berada pada tubuhnya dan memusatkan energi tersebut pada dantiannya.
“Whuss” Kabut putih transparan perlahan menyebar dari seluruh titik merediannya berjalan menuju dantian.
“Duarr” Ledakan kecil terjadi sebelum kabut putih transparan itu berkumpul pada titik dantian Qin tian.
Merasakan kegagalan yang sama untuk kedua kalinya, Qin tian tidak ingin menghabiskan waktunya dengan mengulang kesalahan tersebut, dan Qin tian juga tidak mau mengambil risiko jika ledakan di dantiannya bisa saja mengakibatkan dantiannya menjadi rusak dan ia akan kehilangan kultivasi yang dia miliki.
Kekuatan kultivasi yang dimiliki seorang kultivator berasal dari energi yang ia serap dan padatkan dalam dantiannya, sedangkan energi mental berasal dari energi yang berbeda, dan pada umumnya tidak dapat ditingkatkan dengan kultivasi biasa.
Yang Qin Tian lakukan, hanya mengumpulkan energi jiwa yang sudah ada agar energi itu bisa dikendalikan oleh pengguna.
Perlahan Qin tian menutup matanya kembali dan mulai menyerap energi spiritual yang berada di sekitarnya.
“Whung…" Udara bergetar lembut bersamaan dengan munculnya kabut putih transparan menutupi tubuh Qin tian.
“Whuss…” Udara membawa energi bergerak terus memasuki tubuh Qin tian, dengan lembut energi itu perlahan mengaliri merediannya.
Energi itu terus bergerak memasuki tubuh Qin tian lalu mengaliri merediannya, namun belum sempat berkumpul pada titik dantiannya energi itu perlahan lenyap berganti dengan kabut putih transparan yang menyebar keseluruh tubuh Qin tian tanpa sepengetahuannya.
…. …. …. …. ….
Terlihat hamparan bambu berjejer dengan harmoni bergerak lembut tertiup angin yang menyapu, desiran daun, suara ketukan pohon bambu suara itu sangat familiar, itu adalah hutan bambu emas, tempat Qin tian berlatih.
Terlihat dari arah selatan, siluet dua orang sedang duduk di atas batu sedang berbicara, itu secara alami adalah Qin tian dan ayahnya.
“Ayah maaf, sepertinya aku tidak bisa menguasai kitab yang ayah berikan…” ucap Qin tian dengan lemah.
“Ha ha ha, kenapa kau begitu cemberut, itu tidak seperti semangatmu sebelumnya”
“Ayah…” ucap Qin tian ragu
Qin Meng tian menatap Qin tian seolah mempersilakan anaknya untuk bicara
“Ayah, apakah ayah tau tentang wilayah terlarang klan” tanya Qin tian yang membuat Qin Meng tian mengerutkan keningnya, ia sedikit terkejut mendengar pertanyaan putranya itu, namun dengan cepat ia menyembunyikan keterkejutan di matanya.
“Kau ingat tempat yang ayah larang untuk di lewati sebelumnya?”
“Ingat ayah”
“Itu adalah bagian dalam wilayah terlarang klan” ucap Qin Meng tian dengan bergidik, itu menunjukan rasa takut dari seorang mantan jenius klan terhadap eksistensi yang tidak pernah terpikirkan kekuatannya itu.
“Dikatakan jika di wilayah terlarang terdapat kekuatan misterius yang bisa meningkatkan kekuatan spiritual dengan cepat dan memudahkan pemiliknya untuk berkultivasi, ada atau tidak hubungannya dengan leluhur Qin Jinzhu ayah tidak yakin, namun ayah yakin itu ada hubungannya dengan keberadaan misterius yang ayah rasakan waktu itu” lanjut Qin Meng tian
Qin Tian sebenarnya tau dengan kisah itu, ia hanya bertanya untuk meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke wilayah terlarang agar bisa meningkatkan kekuatannya.
“Apakah ayah melarang ku ke sana?” tanya Qin tian, mulai menunjukkan niat utamanya bertanya.
“Tentu saja! kau satu satunya yang berharga bagi ku” jawab Qin meng tian dengan tegas
“Bagaimana jika aku ingin kesana?”
“Aku tidak mengizinkan mu” jawab Qin meng tian
“Apakah itu berarti ayah tidak ingin aku berkembang?” Qin tian bersikeras untuk berlatih
“huhh…” Qin Meng tian menghembuskan nafas panjang, matanya yang hitam menatap langit dengan menerawang, terlintas kejadian kejadian yang tak ingin ia bahas di benaknya.
“Bagaimanapun juga, aku tidak ingin kehilangan orang yang berharga bagiku lagi” ucap Qin meng tian tegas, terlihat kilatan cahaya dari sudut matanya yang menunjukan keseriusan ucapannya.
“Ayah, aku akan berlatih ke sana, tidak perduli apayang terjadi. Jika aku tidak kembali, semoga di kehidupan selanjutnya kita akan bertemu kembali dalam takdir yang lebih baik” ucap Qin tian dengan tegas.
Kata itu seperti air yang memadamkan cahya yang terpancar dari sudut mata Qin Meng tian
wajah tua yang perkasa, tanpa terasa mengeluarkan butiran mutiara bening yang murni dari sudutnya, itu bukan karena takut kehilangan seorang yang berharga sekali lagi, tapi itu bentuk terakhir dari rasa bangga seorang ayah kepada putranya.
“Baiklah!” jawab Qin meng tian dengan tegas.
Ia berdiri dari duduknya, ia mengangkat kepalanya ke atas melihat mentari yang terang di sana, tangannya mengepal, bibrnya bergetar.
“lihatlah anak kita dia sangat berani sepertimu” gumamnya pelan namun mengandung emosi yang sangat dalam, akankah getaran hati yang dalam dari seorang ayah akan menggugah langit dengan kuasanya memberi keberuntungan pada putranya?
“kapan kau akan berangkat?” tanya Qin meng tian tanpa berbalik melihat Qin tian
“Secepatnya, ayah”
“Baiklah kalau begitu, berjuanglah dan jangan pernah menyerah, karena di pundak seorang lelaki akan banyak beban yang kelak harus dia pikul” ucap Qin Meng tian memberi semangat pada putranya
“Baik ayah!” jawab Qin tian dengan tegas berdiri dari duduknya lalu berdiri di samping ayahnya
…. …. …. ….
Dalam ruangan yang tenang, cahaya mentari pagi perlahan memasuki ruangan itu, cahaya itu masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka, udara pagi yang dingin perlahan hangat seiring semakin terangnya cahaya itu.
Dari luar ruangan tampak cahaya itu datang bersamaan dengan memudarnya embun pagi yang membawa sejuk udara pagi berjalan pergi, embun itu perlahan menipis dan memudar seiring cerahnya cahaya.
Dalam ruangan tampak seorang anak tengah duduk bersila memejamkan matanya dengan tenang, aliran energi bergerak masuk dan mengalir ke seluruh tubuhnya, terlihat juga kabut putih transparan dengan lembut menutupi seluruh tubuhnya hingga membentuk seperti jirah perang seorang ksatria.
Perlahan ia membuka matanya dengan penuh semangat, itu adalah pekan kedua setelah ia meminta izin untuk pergi ke wilayah terlarang kepada ayahnya.
Setelah mendapat izin dari ayahnya dan meminta izin pada patriak Qin Tian memutuskan untuk segera pergi ke wilayah terlarang.
“Seluruh persiapan sudah siap, ini saatnya aku berangkat” gumamnya dengan penuh semangat.
Ia kemudain menyimpan perlengkapannya dalam cicin penyimpanan yang ia miliki.
“Ayah” ucap Qin tian menyapa seorang paruh baya yang duduk dengan tenang di halaman kediaman mereka.
Sosok paruh baya itu menganggukkan kepalanya pelan
“Tian er, wilayah terlarang adalah tempat murid klan mencari peruntungan, siapa yang diberkati langit ia akan menjadi kuat, jika tidak maka ia tidak akan kembali” Qin meng tian menjelaskan.
“Wilayah terlarang menyimpan banyak misteri, ada banyak hewan buas yang dapat memangsa kapan saja namun, pada saat yang sama di wilayah terlarang juga memiliki kekuatan misterius yang bisa meningkatkan kekuatan dengan cepat. Apa yang akan kau temui itu tergantung keberuntungan mu” Lanjutnya
“Ini adalah cincin jiwa, cincin yang dapat menyimpan kekuatan jiwa dari roh hewan buas yang sudah mati, jika kau bisa menyimpannya simpanlah, kelak kau akan bisa menggunakannya” ucap Qin Meng tian sambil menyerahkan sebuah cincin giok putih kepada Qin tian.
Setelah menjelaskan banyak hal kepada Qin tian, Qin Meng tian mengakhiri perpisahan itu.
Qin tian bersujud sebanyak tiga kali kepada Qin Meng tian.
“Aku takut aku tidak akan kembali, maka terimalah sujud ku ini Ayah” ucap Qin tian yang membuat Qin meng tian menjadi sedih.
“Berjanjilah satu hal” ucap Qin meng tian menjeda kata katanya
“Baik ayah”
“Pulanglah dengan selamat” ucap Qin tian dengan tegas.
Qin tian terdiam sesaat menatap ayahnya yang menatapnya dengan dalam
“Baik ayah. Aku berjanji!” ucap Qin tian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Miskiyo Alifah
/Sob//Sob//Sob/
2024-05-30
0
"@Lv
#mantulauthor
2023-06-01
1
"@Lv
#authormantul
2023-06-01
1