Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan

Ayana POV

Sinar redup dari balik ruang 6 karena lahan yang ditanami pohon berdaun lebat, menyejukkan ruang yang sengaja oleh pihak kampus tidak berAC, setelah Pak Raihan keluar dengan langkah cepat, para mahasiswa yang diampunya pun mengikuti nya.

" Pak Raihan, Dosen keren di prodi kita, sayang ia berwajah datar kayak triplek berjalan, " ucap mahasiswi di belakangku.

" Hahaha, ia duren kan, " celoteh sebelah nya.

" Nah itu, yang bikin kita greget kan, " ucap cewek yang pertama ngomong.

" De, Pak Raihan jadi Dosen Walimu? " pundakku di tarik ke belakang agak terasa sakit juga, karena cewek itu menarik dengan kasar, cuman aku tak berani protes, lagi lagi alasan ku karena mahasiswa baru.

" Haaahhh, culun banget nih cewek, lihat baju bawahan nya terlihat kayak ondel ondel, lempeng, hahaha," cewek sebelah yang narik pundakku tertawa dengan mengata ngatain padaku, wajahku terasa panas, walau kenyataan itu benar tentang diriku.

Aku dan Andina mempercepat langkahnya untuk menghindar dari olok olok kan yang lain.

" Ay, jangan dengerin olok olok kan orang, jadilah kamu apa adanya seperti yang dipesankan Bibi dan Paman, " kata hatiku.

" Iya Ay, jangan dengerin mereka, dia akan ngiri kalau kamu mengubah diri," Andina seperti tahu yang kukatakan di hati.

" Mau beli ponsel Ndin? "

" Iya, temenin ya, sama laptop nya sekalian, boleh dibayar bukan uang tunai ya Ay? " tanya nya.

" Boleh, tadi malem kakakku pakai kartu kredit, " jawab ku.

Agak telat aku sampai kost, tetapi karena kedua kakakku sudah ku beri tahu, sehingga mereka tidak mengkhawatirkanku.

" Ay, ke mall yuk, " ajak mba Hanifah.

" Ngapain mba? " tanyaku.

" Jalan jalan saja, " aku menuruti ajakkan nya, dan Magrib telah sampai rumah.

Mba Hanifah memanjakan dengan membelikan baju baju terkini, dan di rumah aku di paksa untuk memakai nya.

" Mba, kamu menghabiskan banyak uang untuk ku, " aku sendiri setelah mencoba baju demi baju yang kata kedua kakakku semakin tambah cantik, tetapi karena aku tak terbiasa menggunakan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuh sehingga aku enggan memakainya.

" Ay, kenapa enggak dipakai baju barunya?" tanya Mba Hanifah.

" Mba, aku belum pede pakainya, " ucapku.

" Kamu cantik banget jadinya Ay, tadi malem saat nyoba, aku juga jadi takut kalau kamu di ganggu laki laki yang tak bertanggung jawab, " ucap Marwah, wajahnya terlihat miris.

Dan mba Hanifah akhirnya menyetujui kalau aku tetap pakai baju sederhana saja.

" Enggak apalah aku dikatain culun," kataku, dan aku cerita juga tentang ucapan Pak Raihan, kedua kakakkupun tertawa.

" Besok aku ada jadwal Pak Raihan, " kataku.

Seharian aku tidak istirahat, habis Isya aku merebahkan tubuh di karpet lantai dan mataku tak mampu menahan kantuk.

Sayup sayup terdengar Adzan Shubuh dari Mushola, lalu mata ku kedip kedipkan, serta menggeliatkan tubuh, terus duduk bersender di dinding pembatas dengan kamar sebelah sambil menggerakkan kaki dan tangan, sekedar senam lantai.

Jam terus berdetak, aku menuju ke balkon belakang menatap langit biru dengan sedikit awan yang berarak, mataku bersibobok dengan penghuni kamar yang dibatasi oleh aliran air di bawahnya, seorang cewek cantik masih menggunakan baju rumahan, aku mengulas senyum, dan ia membalas dengan senyuman juga.

" Ay sudah pukul 6.30 kok belum berangkat? " sapa mba Hanifah, matanya menelisik bajuku.

" Mba, maaf ya aku belum berani pakai baju yang dibelikan," kataku, aku juga ngerasa pakai baju yang dibelikan mba Hanifah, takut banyak orang yang ngelihatin, aku masih belum siap pakai baju modis, ngerasa tak memiliki cukup uang.

" Ya engga papa, nanti dipakai jalan jalan ya, " ajaknya.

" Mau kemana lagi sih mba? "

" Pengin makan diluar, " ucap mba Hanifah.

Setelah aku pamit sama kedua kakak angkatku yang berusaha melindungi ku, dengan mencangklong tas ransel di punggung menjejakkan kaki keluar kamar lalu dengan gerak cepat menuruni tangga disebelah kamar.

" Cuh cuh, " aku tidak siap menghindar dari Clara yang meludahi wajahku saat berada di lantai bawah, dia sudah menungguku di balik pintu kamar bawah dekat tangga terakhir.

" Mba Clara! " tangan ku hampir saja terangkat untuk menamparnya, setelah menyadari kalau aku penghuni baru akhirnya tangan ku turunkan.

" Hai, kamu berani ya mau menamparku, akan kubalas kamu lebih dari ini, " matanya garang, menunjukkan ia sangat emosi padaku.

Aku mengusap ludah di wajah dengan air yang kubawa pakai botol plastik setelah keluar dari gerbang kost kostan tanpa menghiraukan hinaan yang dilontarkan oleh Clara.

" Hmmm, pantang aku mengeluarkan air mata," guman ku sambil menyusuri trotoar di depan kios kios yang masih tutup kecuali warung makan Padang yang pagi pagi selalu ramai pengunjung.

" Ay, enggak lihat aku ya, " teman yang baru kukenal kemarin, dan ia mau bersahabat denganku.

" Ndin, sorry, tadi di pintu masuk kios sempat mencarimu, " jawab ku.

" Tidak harus lewat situ kok, aku lewat jalan setapak dan lebih dekat keluar menuju jalan ini, " jelasnya.

" Ay, langkah mu cepet banget sih, aku sulit ngimbangin, " ucap Andina.

" Abis aku orang gunung Ndin, biasa jalan naik turun dengan langkah cepat, " aku tertawa terkekeh.

" Ay, kamu lucu deh ngomongnya, aku jadi suka banget bersahabat dengan mu, " ucapnya.

" Minggir Ndin, ada mobil berhenti, " ucapku, dan cewek yang nyetir membuka pintu lalu mengajak kami untuk masuk mobilnya.

" Mba Rosa, makasih tumpangannya, " ucapku dan di kursi depan sudah ada cewek yang kuperhatikan kemaren saat pertemuan dengan Bu Riana dia yang kehabisan kuota internet.

" Jam ini kita cari tempat duduk berdekatan ya, kan, jam mata kuliah Pak Raihan si duren yang lempeng, berwajah dingin, tapi bisa ngebuat mahasiswi nangis, " ucap Rosa.

" Mobil Rosa keren buatan Eropa, nyaman ternyata duduk di dalamnya, "guman ku di hati.

" Bawa tissue? " tanya Andina, aku menggeleng.

" Aku bawa kok, " ucap Rosa lalu memarkirkan mobil, kamipun turun, dan menunggu Rosa turun dari mobil juga.

Berempat menuju ruang 9, tempatnya lurus dari ruang 6, sehingga kami tak perlu mencari cari.

" Ayuk cepetan jalannya, tuh Pak Raihan sudah kelihatan, " kataku.

" Mana Ay? " tanya Andina.

" Itu lho sebelah kiri kita, telah berada di luar ruang para dosen," kataku.

" Ay, kamu sudah hafal semua ruang di prodi kita ya? " tanya teman yang baru ku tahu namanya Lisa.

" Iya tuh Ay, sebelum tatap muka, sudah keliling lokasi, sehingga enggak bingung disini, " ucap Andina.

Dan aku bersyukur Rosa yang terlihat modis dengan setelan baju berlengan pendek sehingga lengan mulusnya kelihatan, yang di padu dengan celana ketat warna biru laut, belum lagi wajah glowing nya, tetapi ia tidak seperti Clara yang selama dua kali ketemu selalu membullyku.

Berempat bisa duduk berdekatan menjadi satu deret di depan.

Pep pep pep

Langkah Pak Raihan menuju kursi kebesaran, lalu mengeluarkan laptop dari tas ransel, semua mahasiswa baru telah mengisi kursi kosong, juga ikutan mengeluarkan laptop nya, suara laptop dinyalakan meramaikan ruangan yang hening.

" Ay, Pak Raihan berkali kali ngelirik kamu, " bisik Andina.

" Ndin, kamu ngomong gitu membuat jantungku kaya mau lepas saja," selorohku, di otak terbersit kalau aku akan di tertawain seperti kemaren.

" Ay, maju kedepan, " tanpa ekspresi Pak Raihan memanggilku, gemuruh di dada tak bisa ku netralisir.

" Aku Pak? " aku menandaskan kembali.

" Iya, kamu enggak tuli atau gagap kan, " dengan wajah dingin dan kenceng beliau ngomong nya.

Aku melewati Andina yang duduk di kursi sebelah untuk mendekati Pak Raihan.

" Aku mau disuruh ngebantu nyolokin kabel layar ke laptop bapak? " aku sok tahu tentang maksud aku di panggil.

" Kamu sok tahu, ya sudah cewek culun, masukin tuh kabelnya ke laptop ku, " bentak nya.

" Kalau aku modis, ya enggak sesuai dengan kantongku Pak, " aku rasanya ingin selalu menjawab olok kan dosen bermuka dingin di dekat ku ini.

" Aku tak suka dengar omongan mu, " jawabnya ketus.

" Ya sudah maaf, ini sudah rampung Pak, aku mau duduk kembali, " kataku mulai nyantai.

" Aku belum nyuruh kamu duduk, " ucapnya dingin.

" Lho Bapak manggil aku tujuan nya kan, di suruh supaya bantu memasukkin kabel, " jawab ku panjang lebar.

" Aku nyuruh kamu supaya nggantiin aku di depan memberi kuliah pada mereka, " ucapnya dingin.

" Bapak kok aneh sih, aku saja butuh ilmu dari Bapak, " mataku melototi wajah Pak Raihan, tampan juga, cuman terlihat wajah menyebalkan.

Dalam hati aku pengin menutup mulutnya pakai sambel, biar tak menohok ngomongnya.

" Kenapa enggak pakai kacamata kamu," ucapnya sengol.

" Aku enggak minus kok matanya, sudah Pak aku mundur, nanti Bapak enggak ngasih kuliah, ngeledekin mahasiswi culun," jawabku dengan mengulum senyum di bibir, dan aku menjadi punya keberanian untuk ngejawab semua ucapan Pak Raihan, dan aku kok ya enggak kepikiran kalau Pak Raihan nantinya akan memberi nilai di bawah kkm padaku.

" Aah, sudah terlanjur," guman ku.

Episodes
1 Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2 Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3 Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4 Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5 Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6 Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7 Episode 7 Ayana Menangis
8 Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9 Episode 9 Awal Merawat Raditya
10 Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11 Episode 11 Keterkejutan Raihan
12 Episode 12 Mengantar Tuannya
13 Episode 13 Raditya menikmati masakan
14 Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15 Episode 15 Kiara datang
16 Episode 16 Kumpul keluarga
17 Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18 Episode 18 Pengakuan Raditya
19 Episode 19 Makan siang di luar
20 Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21 Episode 21 Aliandra sakit
22 Episode 22 Kiara pulang
23 Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24 Episode 24 Terjadi baku hantam
25 Episode 25 Tempat Nikah Siri
26 Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27 Episode 27 Ayana di Apartemen
28 Episode 28 Sendirian di Apartement
29 Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30 Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31 Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32 Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33 Episode 33 Tentang Tante Rinata
34 Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35 Episode 35 Awal Pencarian Calla
36 Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37 Episode 37 Raditya ke apartemen
38 Episode 38 Makan Sore
39 Episode 39 Sikap Raihan
40 Episode 40 Dania berada di basement
41 Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42 Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43 Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44 Episode 44 Di hadang Dania
45 Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46 Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47 Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48 Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49 Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50 Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51 Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52 Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53 Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54 Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55 Episode 55 Kekaguman Ayyana
56 Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57 Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58 Episode 58 Ayyana di jemput
59 Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60 Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61 Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62 Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63 Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64 Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65 Episode 65 Calla masih ragu
66 Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67 Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68 Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69 Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70 Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71 Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72 Episode 72 Clara dan Silvi sakit
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2
Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3
Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4
Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5
Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6
Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7
Episode 7 Ayana Menangis
8
Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9
Episode 9 Awal Merawat Raditya
10
Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11
Episode 11 Keterkejutan Raihan
12
Episode 12 Mengantar Tuannya
13
Episode 13 Raditya menikmati masakan
14
Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15
Episode 15 Kiara datang
16
Episode 16 Kumpul keluarga
17
Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18
Episode 18 Pengakuan Raditya
19
Episode 19 Makan siang di luar
20
Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21
Episode 21 Aliandra sakit
22
Episode 22 Kiara pulang
23
Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24
Episode 24 Terjadi baku hantam
25
Episode 25 Tempat Nikah Siri
26
Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27
Episode 27 Ayana di Apartemen
28
Episode 28 Sendirian di Apartement
29
Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30
Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31
Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32
Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33
Episode 33 Tentang Tante Rinata
34
Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35
Episode 35 Awal Pencarian Calla
36
Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37
Episode 37 Raditya ke apartemen
38
Episode 38 Makan Sore
39
Episode 39 Sikap Raihan
40
Episode 40 Dania berada di basement
41
Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42
Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43
Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44
Episode 44 Di hadang Dania
45
Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46
Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47
Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48
Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49
Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50
Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51
Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52
Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53
Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54
Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55
Episode 55 Kekaguman Ayyana
56
Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57
Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58
Episode 58 Ayyana di jemput
59
Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60
Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61
Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62
Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63
Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64
Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65
Episode 65 Calla masih ragu
66
Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67
Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68
Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69
Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70
Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71
Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72
Episode 72 Clara dan Silvi sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!