Episode 3 Cewek Kamar Sebelah

Malam telah larut, tetapi penghuni kamar masih ada yang berceloteh dengan duduk duduk di balkon depan kamarnya.

Cuman yang nyaman dari kost kostan ini, setiap dua kamar ada tangga sehingga para penghuni kamar kalau keluar masuk tidak lewat balkon kamar lain, demikian untuk kamar bawah.

Malam ini Ay hanya mencoba alat alat dapur dengan bikin mie goreng dari bahan bahan yang dibawa kan Bibi, juga buat minuman jeruk hangat.

" Ay, ngangenin banget nich masakan mu, kayaknya klo aku dah di UK selalu berhalu masakan mu," ucap Marwah, sambil makan dengan lahap.

" Paling klo jauhan gitu ya, tapi klo dekat terus mba nyebelin sukanya bikin aku cemberut, " jawab Ay.

" Dasar kamunya yang sensi, " ucap Marwah lagi.

" Hmmm, mulai, mulai ribut," kilah Hanifah.

Kamar kamar sudah mulai sepi, obrolan tetangga kamar di balkon juga sudah tak terdengar lagi. Ay mulai merebahkan diri, karena besok hari pertama ke kampus, jam pertama lagi, sehingga ia tak menghiraukan Hanifah dan Marwah yang masih bicara pelan pelan, dan lama lama mereka juga menyusul mendekur di sebelah Ay dengan menggelar karpet karet yang dibawa dari rumah karena kasur lantai yang disediakan hanya cukup untuk satu orang sehingga untuk di jadikan bantal, biar bertiga ngerasa tubuh separuh di kasur separuh di karpet, kasur busanya juga tak tinggi amat.

Suara Adzan Shubuh terdengar dari kamar Ay, ia membuka mata pelan pelan, lalu duduk di karpet, matanya menatap 2 kakak angkat nya yang sejak kecil bersama nya, walau sering membuat menangis tetapi mereka hanya ngeledek saja, katanya mereka hanya gemes. Dan semuanya pun bangun lalu melaksanakan kewajiban.

" Mba, tidur lagi aja, biar aku yang masak, mau bikin nasi goreng, " Ay mau di tinggal kedua kakak nya maka ia ingin memanjakan dengan memasak.

Kedua kakak nya pun tidur kembali, dan bangun karena mencium bau masakan Ay.

" Mba, cuci muka dulu, baru makan, " celoteh Ay, karena dua kakaknya bangun langsung nyendok nasi goreng.

" Waaah besok akan bikin kita hanya mampu berhalu ya Mba, " seloroh Marwah.

" Itulah, aku mumpung masih ada waktu dua hari, ingin manjain kamu mba, " ucap Ay, sambil menyuapkan nasi ke mulut.

" Nanti, nyampe jam brapa Sayang di kampusnya?" tanya Hanifah.

" Nyampe pukul 12.00, paling nanti goreng ayam, " ucap Ay.

" Udah kamu mikirin kuliah aja, biar nanti aku goreng sendiri, ok, " ucap Hanifah.

Jam berangkat kuliah pun tiba, Ay pakai baju bekas dari Lela, tentu sudah bladus cuman masih layak pakai. Masih kayak kemaren bawahan nya setinggi diatas mata kaki, juga kedodoran karena badannya lebih besar Lela, dan oleh Ay bawahannya dikasih peniti, kalau atasannya dibiarkan kebesaran dengan lengan ia tutup pakai kaos lengan biar lebih ketutup.

" Iya kaya gitu Ay, kulit putih mu biar enggak terlihat orang," celetuk Marwah.

" Selamat berjuang ya Ay, semoga sukses, " ucap kedua kakak nya, setelah Ay mencium punggung tangan sambil minta doa.

Ay membuka pintu kamar, lalu menuju tangga, dan berpapasan dengan teman kamar sebelah yang menggunakan baju ketat, Ay memberi senyuman manis, tetapi ia hanya menatap dengan pandangan menusuk, dan tiba tiba tertawa terbahak bahak.

Ay tahu, ia menertawakannya, Ay abai saja dengan perlakuannya, toh ia sejak sekolah selalu saja ditertawakan, terutama cara berpakaian yang kampungan.

" Permisi mba, numpang lewat, " ucap Ay, karena jalannya dihalang halangi.

" Iihhh, kok culun banget sih, hai, nyadar enggak sih kamu, jamannya dah beda Mba! " ledek dia, punggungnya di dorong, untung Ay berpegangan pada pegangan tangga.

Ay merasa jadi penghuni baru tak memiliki keberanian untuk memprotesnya, Ay malah tersenyum.

" Iihhh, kok tersenyum, jijik aku lihat cewek bladus dan kampungan jadi tetangga kamarku, mending aku pindah kamar deh, " cerocosnya lantang.

Hanifah dan Marwah mendengar keributan ditangga, lalu keluar untuk melihat Ay.

" Kasihan Ay, mba, sering oleh teman temannya di perlakukan kayak gitu, seharusnya cari kost yang selevel dengan kondisi orang tua kita lho mba, dan aku takut kalau dia sendirian dibully, " ucap Marwah.

" Kenapa kamu dari kemarin enggak bilang sih, " kata Hanifah.

" Aku tidak tega Mba, mau cerita padamu, " ucap Marwah.

" Biarin, toh cewek itu yang mau nyingkir dari kamar sebelah, " ucap Hanifah.

****

Ayana POV

Dengan perasaan takut, aku berjalan cepat di lorong kamar lantai bawah.

" Mba, absen keluar dulu, " seru Satpam di pos pintu gerbang, jari jariku sempat gemeteran melihat cewek yang tadi menghardik ditangga mendekat di pos.

" Mas Hardi, hidungmu enggak bau busuk dekat cewek tengil? " ejeknya. Hardi hanya tertawa terkekeh kekeh dengar omongan Clara.

" Aku sampai mau muntah lho Mas, kesel lagi kamarnya disebelah ku, pengin pindah kamar deh jadinya, " ucap Clara kesal.

" Clara, Clara, aku enggak bau kok, cuman cewek itu beda sih sama kamu," ucap Satpam, telapak tangan yang tak sehalus cewek yang ku tahu namanya Clara sampai berkeringat dingin. Aku sengaja masih berada di dekat pos satpam.

" Bedanya apa hayo Mas? " kencang suara Clara sampai aku merasakan berdengung telinganya.

" Lebih modis kamu, dilihat dari bajunya, " ucap Hardi apa adanya.

Lama lama risih dengar mereka lalu berjalan menuju ke kampus dengan jalan kaki, walau aku sama mba Marwah telah bolak balik ke kampus, katanya biar tidak bingung nantinya, cuman sering nya aku naik angkot sampai masuk ke kampus. Dan pagi ini mumpung masih pagi aku ingin jalan kaki, apalagi banyak teman teman nya yang berjalan.

Melewati jalan diantara kios kios yang berjejer jejer, tidak merasa membosankan, tadi malam bertiga ke lokasi ini, suasana ramai, tetapi pagi ini kios kios masih tutup, hanya warung makan Padang yang sudah buka dengan ramai pengunjung, yang kulihat rata rata anak anak seusia ku, mungkin para mahasiswa di kampus sama dengan ku.

Kalau aku rencana nya setiap akhir pekan pulang, berarti akan membawa bahan mentah dari rumah, di pekarangan banyak tanaman sayur mayur, juga Paman punya empang, serta memelihara ayam kampung, karena kini pekarangan Paman bertambah, di kanan kiri sampai kebelakang sudah menjadi miliknya, dibeli dari uang kiriman Mba Hanifah.

" Mba, jangan melamun di jalan, " aku terkejut tanpa menyadari mau menabrak motor yang parkir di pinggir jalan.

Sempat tubuh sempoyongan, tetapi aku bukan cewek lemah, dengan sigap kaki mampu mengimbanginya.

Masuk ke areal kampus melewati pepohonan dengan dedaunan lebat menjadikan areal kampus sangat rindang. Pagi inipun udaranya sangat sejuk, apalagi burung burung pipit bunyinya meramaikan areal kampus yang sangat luas, terlihat suasana nya sangat alami, seperti di kampungku.

" Mba, kamu mau ke Fakultas Ekonomi? " seorang cewek berhijab di belakang ku berusaha mengejar langkah ku yang terbiasa jalan cepat.

" Iiya, kamu sama tujuan nya dengan ku? " tanya ku. Ia mengangguk dan mengajak jalan bareng, karena ia juga mahasiswa baru seperti ku.

Akhirnya punya teman, setelah berkenalan dia bernama Andina asalnya dari perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.

" Kostnya dimana mba Andin? " tanya ku.

" Di belakang kios kios, " jawabnya.

" Mba, kok memilih di Jakarta, " ucapku.

" Iya, pengin mengadu nasib disini juga kelak klo sudah selesai, " jawab nya.

Sambil ngobrol tidak merasa capek, dan tahu tahu sampai ke ruang yang di tuju.

" Belum ada yang berangkat ya mba teman teman kita, " kataku dengan celingukan serta mencari tempat duduk di taman.

" Iya, kita masih keawalan berangkat nya, nich masih kurang setengah jam lagi, " ucapnya.

" Hari ini kan belum ada kuliah ya? " tanya ku.

" Belum, kita dikumpulkan dulu, lalu menemui dosen wali, " ucapnya.

" Iya betul mba, yang kubaca dari e-mail begitu, " kataku.

" Ponselnya baru mba Ay? " tanya nya. Aku tersenyum dan mengiyakan, tadi malam sekalian mengganti ponsel bladus nya, walau masih bisa di pakai tetapi aplikasi nya sudah penuh sehingga sering lelet.

Dan lagi lagi mba Hanifah yang membayar.

" Beli di konter dekat kost ku? " tanyanya, Andina juga berniat mau ganti ponsel lamanya, karena sama dengan ponsel bladusku.

" Iya mba, lumayan lah, aku cari yang paling murah tapi di kantongku ya mahal," kataku nyengir.

" Bagus kok, nanti pulang nya temani aku ya ke konter, pengin beli yang kaya punya mu, " pinta nya, aku menyanggupi.

Waktunya berkumpul di ruang yang bisa menampung sekitar 100 mahasiswa, aku dengar ini selalu di pakai untuk kuliah umum.

Episodes
1 Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2 Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3 Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4 Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5 Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6 Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7 Episode 7 Ayana Menangis
8 Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9 Episode 9 Awal Merawat Raditya
10 Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11 Episode 11 Keterkejutan Raihan
12 Episode 12 Mengantar Tuannya
13 Episode 13 Raditya menikmati masakan
14 Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15 Episode 15 Kiara datang
16 Episode 16 Kumpul keluarga
17 Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18 Episode 18 Pengakuan Raditya
19 Episode 19 Makan siang di luar
20 Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21 Episode 21 Aliandra sakit
22 Episode 22 Kiara pulang
23 Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24 Episode 24 Terjadi baku hantam
25 Episode 25 Tempat Nikah Siri
26 Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27 Episode 27 Ayana di Apartemen
28 Episode 28 Sendirian di Apartement
29 Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30 Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31 Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32 Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33 Episode 33 Tentang Tante Rinata
34 Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35 Episode 35 Awal Pencarian Calla
36 Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37 Episode 37 Raditya ke apartemen
38 Episode 38 Makan Sore
39 Episode 39 Sikap Raihan
40 Episode 40 Dania berada di basement
41 Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42 Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43 Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44 Episode 44 Di hadang Dania
45 Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46 Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47 Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48 Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49 Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50 Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51 Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52 Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53 Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54 Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55 Episode 55 Kekaguman Ayyana
56 Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57 Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58 Episode 58 Ayyana di jemput
59 Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60 Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61 Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62 Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63 Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64 Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65 Episode 65 Calla masih ragu
66 Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67 Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68 Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69 Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70 Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71 Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72 Episode 72 Clara dan Silvi sakit
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2
Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3
Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4
Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5
Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6
Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7
Episode 7 Ayana Menangis
8
Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9
Episode 9 Awal Merawat Raditya
10
Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11
Episode 11 Keterkejutan Raihan
12
Episode 12 Mengantar Tuannya
13
Episode 13 Raditya menikmati masakan
14
Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15
Episode 15 Kiara datang
16
Episode 16 Kumpul keluarga
17
Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18
Episode 18 Pengakuan Raditya
19
Episode 19 Makan siang di luar
20
Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21
Episode 21 Aliandra sakit
22
Episode 22 Kiara pulang
23
Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24
Episode 24 Terjadi baku hantam
25
Episode 25 Tempat Nikah Siri
26
Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27
Episode 27 Ayana di Apartemen
28
Episode 28 Sendirian di Apartement
29
Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30
Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31
Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32
Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33
Episode 33 Tentang Tante Rinata
34
Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35
Episode 35 Awal Pencarian Calla
36
Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37
Episode 37 Raditya ke apartemen
38
Episode 38 Makan Sore
39
Episode 39 Sikap Raihan
40
Episode 40 Dania berada di basement
41
Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42
Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43
Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44
Episode 44 Di hadang Dania
45
Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46
Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47
Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48
Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49
Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50
Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51
Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52
Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53
Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54
Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55
Episode 55 Kekaguman Ayyana
56
Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57
Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58
Episode 58 Ayyana di jemput
59
Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60
Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61
Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62
Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63
Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64
Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65
Episode 65 Calla masih ragu
66
Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67
Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68
Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69
Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70
Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71
Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72
Episode 72 Clara dan Silvi sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!