Malam telah larut, tetapi penghuni kamar masih ada yang berceloteh dengan duduk duduk di balkon depan kamarnya.
Cuman yang nyaman dari kost kostan ini, setiap dua kamar ada tangga sehingga para penghuni kamar kalau keluar masuk tidak lewat balkon kamar lain, demikian untuk kamar bawah.
Malam ini Ay hanya mencoba alat alat dapur dengan bikin mie goreng dari bahan bahan yang dibawa kan Bibi, juga buat minuman jeruk hangat.
" Ay, ngangenin banget nich masakan mu, kayaknya klo aku dah di UK selalu berhalu masakan mu," ucap Marwah, sambil makan dengan lahap.
" Paling klo jauhan gitu ya, tapi klo dekat terus mba nyebelin sukanya bikin aku cemberut, " jawab Ay.
" Dasar kamunya yang sensi, " ucap Marwah lagi.
" Hmmm, mulai, mulai ribut," kilah Hanifah.
Kamar kamar sudah mulai sepi, obrolan tetangga kamar di balkon juga sudah tak terdengar lagi. Ay mulai merebahkan diri, karena besok hari pertama ke kampus, jam pertama lagi, sehingga ia tak menghiraukan Hanifah dan Marwah yang masih bicara pelan pelan, dan lama lama mereka juga menyusul mendekur di sebelah Ay dengan menggelar karpet karet yang dibawa dari rumah karena kasur lantai yang disediakan hanya cukup untuk satu orang sehingga untuk di jadikan bantal, biar bertiga ngerasa tubuh separuh di kasur separuh di karpet, kasur busanya juga tak tinggi amat.
Suara Adzan Shubuh terdengar dari kamar Ay, ia membuka mata pelan pelan, lalu duduk di karpet, matanya menatap 2 kakak angkat nya yang sejak kecil bersama nya, walau sering membuat menangis tetapi mereka hanya ngeledek saja, katanya mereka hanya gemes. Dan semuanya pun bangun lalu melaksanakan kewajiban.
" Mba, tidur lagi aja, biar aku yang masak, mau bikin nasi goreng, " Ay mau di tinggal kedua kakak nya maka ia ingin memanjakan dengan memasak.
Kedua kakak nya pun tidur kembali, dan bangun karena mencium bau masakan Ay.
" Mba, cuci muka dulu, baru makan, " celoteh Ay, karena dua kakaknya bangun langsung nyendok nasi goreng.
" Waaah besok akan bikin kita hanya mampu berhalu ya Mba, " seloroh Marwah.
" Itulah, aku mumpung masih ada waktu dua hari, ingin manjain kamu mba, " ucap Ay, sambil menyuapkan nasi ke mulut.
" Nanti, nyampe jam brapa Sayang di kampusnya?" tanya Hanifah.
" Nyampe pukul 12.00, paling nanti goreng ayam, " ucap Ay.
" Udah kamu mikirin kuliah aja, biar nanti aku goreng sendiri, ok, " ucap Hanifah.
Jam berangkat kuliah pun tiba, Ay pakai baju bekas dari Lela, tentu sudah bladus cuman masih layak pakai. Masih kayak kemaren bawahan nya setinggi diatas mata kaki, juga kedodoran karena badannya lebih besar Lela, dan oleh Ay bawahannya dikasih peniti, kalau atasannya dibiarkan kebesaran dengan lengan ia tutup pakai kaos lengan biar lebih ketutup.
" Iya kaya gitu Ay, kulit putih mu biar enggak terlihat orang," celetuk Marwah.
" Selamat berjuang ya Ay, semoga sukses, " ucap kedua kakak nya, setelah Ay mencium punggung tangan sambil minta doa.
Ay membuka pintu kamar, lalu menuju tangga, dan berpapasan dengan teman kamar sebelah yang menggunakan baju ketat, Ay memberi senyuman manis, tetapi ia hanya menatap dengan pandangan menusuk, dan tiba tiba tertawa terbahak bahak.
Ay tahu, ia menertawakannya, Ay abai saja dengan perlakuannya, toh ia sejak sekolah selalu saja ditertawakan, terutama cara berpakaian yang kampungan.
" Permisi mba, numpang lewat, " ucap Ay, karena jalannya dihalang halangi.
" Iihhh, kok culun banget sih, hai, nyadar enggak sih kamu, jamannya dah beda Mba! " ledek dia, punggungnya di dorong, untung Ay berpegangan pada pegangan tangga.
Ay merasa jadi penghuni baru tak memiliki keberanian untuk memprotesnya, Ay malah tersenyum.
" Iihhh, kok tersenyum, jijik aku lihat cewek bladus dan kampungan jadi tetangga kamarku, mending aku pindah kamar deh, " cerocosnya lantang.
Hanifah dan Marwah mendengar keributan ditangga, lalu keluar untuk melihat Ay.
" Kasihan Ay, mba, sering oleh teman temannya di perlakukan kayak gitu, seharusnya cari kost yang selevel dengan kondisi orang tua kita lho mba, dan aku takut kalau dia sendirian dibully, " ucap Marwah.
" Kenapa kamu dari kemarin enggak bilang sih, " kata Hanifah.
" Aku tidak tega Mba, mau cerita padamu, " ucap Marwah.
" Biarin, toh cewek itu yang mau nyingkir dari kamar sebelah, " ucap Hanifah.
****
Ayana POV
Dengan perasaan takut, aku berjalan cepat di lorong kamar lantai bawah.
" Mba, absen keluar dulu, " seru Satpam di pos pintu gerbang, jari jariku sempat gemeteran melihat cewek yang tadi menghardik ditangga mendekat di pos.
" Mas Hardi, hidungmu enggak bau busuk dekat cewek tengil? " ejeknya. Hardi hanya tertawa terkekeh kekeh dengar omongan Clara.
" Aku sampai mau muntah lho Mas, kesel lagi kamarnya disebelah ku, pengin pindah kamar deh jadinya, " ucap Clara kesal.
" Clara, Clara, aku enggak bau kok, cuman cewek itu beda sih sama kamu," ucap Satpam, telapak tangan yang tak sehalus cewek yang ku tahu namanya Clara sampai berkeringat dingin. Aku sengaja masih berada di dekat pos satpam.
" Bedanya apa hayo Mas? " kencang suara Clara sampai aku merasakan berdengung telinganya.
" Lebih modis kamu, dilihat dari bajunya, " ucap Hardi apa adanya.
Lama lama risih dengar mereka lalu berjalan menuju ke kampus dengan jalan kaki, walau aku sama mba Marwah telah bolak balik ke kampus, katanya biar tidak bingung nantinya, cuman sering nya aku naik angkot sampai masuk ke kampus. Dan pagi ini mumpung masih pagi aku ingin jalan kaki, apalagi banyak teman teman nya yang berjalan.
Melewati jalan diantara kios kios yang berjejer jejer, tidak merasa membosankan, tadi malam bertiga ke lokasi ini, suasana ramai, tetapi pagi ini kios kios masih tutup, hanya warung makan Padang yang sudah buka dengan ramai pengunjung, yang kulihat rata rata anak anak seusia ku, mungkin para mahasiswa di kampus sama dengan ku.
Kalau aku rencana nya setiap akhir pekan pulang, berarti akan membawa bahan mentah dari rumah, di pekarangan banyak tanaman sayur mayur, juga Paman punya empang, serta memelihara ayam kampung, karena kini pekarangan Paman bertambah, di kanan kiri sampai kebelakang sudah menjadi miliknya, dibeli dari uang kiriman Mba Hanifah.
" Mba, jangan melamun di jalan, " aku terkejut tanpa menyadari mau menabrak motor yang parkir di pinggir jalan.
Sempat tubuh sempoyongan, tetapi aku bukan cewek lemah, dengan sigap kaki mampu mengimbanginya.
Masuk ke areal kampus melewati pepohonan dengan dedaunan lebat menjadikan areal kampus sangat rindang. Pagi inipun udaranya sangat sejuk, apalagi burung burung pipit bunyinya meramaikan areal kampus yang sangat luas, terlihat suasana nya sangat alami, seperti di kampungku.
" Mba, kamu mau ke Fakultas Ekonomi? " seorang cewek berhijab di belakang ku berusaha mengejar langkah ku yang terbiasa jalan cepat.
" Iiya, kamu sama tujuan nya dengan ku? " tanya ku. Ia mengangguk dan mengajak jalan bareng, karena ia juga mahasiswa baru seperti ku.
Akhirnya punya teman, setelah berkenalan dia bernama Andina asalnya dari perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.
" Kostnya dimana mba Andin? " tanya ku.
" Di belakang kios kios, " jawabnya.
" Mba, kok memilih di Jakarta, " ucapku.
" Iya, pengin mengadu nasib disini juga kelak klo sudah selesai, " jawab nya.
Sambil ngobrol tidak merasa capek, dan tahu tahu sampai ke ruang yang di tuju.
" Belum ada yang berangkat ya mba teman teman kita, " kataku dengan celingukan serta mencari tempat duduk di taman.
" Iya, kita masih keawalan berangkat nya, nich masih kurang setengah jam lagi, " ucapnya.
" Hari ini kan belum ada kuliah ya? " tanya ku.
" Belum, kita dikumpulkan dulu, lalu menemui dosen wali, " ucapnya.
" Iya betul mba, yang kubaca dari e-mail begitu, " kataku.
" Ponselnya baru mba Ay? " tanya nya. Aku tersenyum dan mengiyakan, tadi malam sekalian mengganti ponsel bladus nya, walau masih bisa di pakai tetapi aplikasi nya sudah penuh sehingga sering lelet.
Dan lagi lagi mba Hanifah yang membayar.
" Beli di konter dekat kost ku? " tanyanya, Andina juga berniat mau ganti ponsel lamanya, karena sama dengan ponsel bladusku.
" Iya mba, lumayan lah, aku cari yang paling murah tapi di kantongku ya mahal," kataku nyengir.
" Bagus kok, nanti pulang nya temani aku ya ke konter, pengin beli yang kaya punya mu, " pinta nya, aku menyanggupi.
Waktunya berkumpul di ruang yang bisa menampung sekitar 100 mahasiswa, aku dengar ini selalu di pakai untuk kuliah umum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments