Episode 2 Pisah dari Orang Tua

Author POV

Ay panggilan Ayana, ia cantik berkulit putih, bentuk matanya belo, serta ciri fisik lainnya yang menunjukkan bahwa ia tak kalah dengan Dina, Meli yang lebih modis, kalau di SMA nya ada kontes kecantikan tentu Ay termasuk dalam kategori 10 besar, hanya saja ia sangat culun.

" Aku tahulah si Ay, yang suka pakai baju kedodoran, jadinya kayak ondel ondel, " seloroh Tari, teman satu sekolah, sambil tertawa mengejek, yang lain juga ikut tertawa terbahak bahak bayangin Ay menggunakan pakaian yang diomongin Tari.

" Iya, terus hijab kepala tidak pernah ganti, di rumah dan ke sekolah hijabnya sama, juga tidak punya banyak teman, ia hanya berteman sama Fia, " celoteh Dara.

" Sekolah nya selalu gratis, sekarang juga dapat beasiswa di kampus terkenal di Jakarta, "ucap Mela.

" Ambil nya apa?" tanya Tari.

" Ekonomi, " ucap Mela.

" Cocok lah dia ambil prodi itu bisa mendukung usaha orang tua nya, " kata Tari.

Teman teman nya tahunya Pak Karwanto orang tua nya.

Dan apapun kata teman teman tentang dirinya, ia tetap kuat, tidak pernah kecil hati.

Seperti siang itu, udara yang tetap segar di lingkungan rumah pak Karwanto, Ay telah siap untuk berangkat ke Jakarta, yang akan diantar oleh keluarga.

Ay menggunakan baju bekas yang di kasih oleh anak nya bu Jaenab, sudah terlihat bladus juga kebesaran selain itu mata kakinya keliatan, karena lebih tinggi Ay daripada Lela nama anak bu Jaenab.

" Ay, pakai kaos kaki biar kaki enggak keliatan, " ucap Hanifah, ia menyodorkan kaos kaki untuk para pengguna hijab. Dalam hati Hanifah ingin mengajak ke pasar Tanah Abang untuk membelikan baju baru, biar lebih modis, tetapi disisi lain ia takut kalau Ay dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

" Diingat ingat ya Ay, di tempat baru kamu juga harus ikut nyari Calla, kayak Mba Hanifah, juga Marwah," ucap Bibi.

Mobil telah standby di halaman rumah Pak Karwanto, Ay di bantu kakak kakak nya telah memasukkan barang barang ke bagasi.

Bagi Karwanto dan keluarga tidak asing ke Jakarta, karena adik Karwanto ada di Jakarta, mereka juga sering berkunjung, apalagi Karwanto sering ikut juragan kirim sayur mayur ke pasar pasar di Jakarta, jadi sudah hafal betul tentang kota teramai di negara ini.

Rombongan keluarga Karwanto berangkat dari kampungnya, melewati jalan di kanan kiri kebun sayur, dan hamparan kebun teh yang menghijau, kesejukan kotanya menjadi daya tarik orang orang Jakarta untuk mengunjungi setiap weekend atau liburan panjang, bahkan orang orang kaya banyak yang punya rumah atau villa di kampung nya.

Hampir dua jam sampai ke kost yang sudah di boking oleh Hanifah lewat online.

Mereka menyusuri lorong di kanan kiri yang berupa kamar kamar kost, gelak tawa di salah satu kamar, menambah suasana hangat.

Sementara Hanifah yang sudah janjian menemui bapak kost nya.

Ay ikut keluarga yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, walau mendidiknya tegas, tetapi tidak pernah melakukan kdrt, hanya ngomong nya yang pedes tetapi agar tidak jadi anak manja, terutama pada Ay yang sebenarnya cantik, tetapi Bibi dan Paman hanya ingin melindunginya, sehingga untuk menutupi kecantikannya, Ay di larang menggunakan baju baju yang modis, seperti Hanifah dan Marwah juga sama selalu pakai baju apa adanya, disamping itu Paman dan Bibi orang tak mampu.

Paman serta Bibi sengaja lebih protektif pada Ay, mereka hanya takut saja kalau dia dimanfaatkan oleh orang jahat yang akan menghancurkan hidupnya.

Negosiasi yang dilakukan oleh Hanifah sudah klir, maka semua barang dimasukkan ke kamar.

" Mba, mahal ya kontrakannya? apa nanti uang beasiswaku cukup untuk bayar kamar seperti ini? " bisik Ay.

" Kamu bayar sesuai yang dianggarkan saja, " ucap Hanifah.

" Mba, cuman aku minder lho, seperti nya disini kebanyakan anak orang kaya, apa mereka mau menerima ku anak culun?"ucap Ay.

" Kamu kalau pakai baju kayak mereka, tentu jadi rebutan cowok, kamu modis nya nanti kalau sudah punya suami, tetapi tentunya untuk suami, " celetuk Bibi, Ay mengiyakan nasehat Bibi.

" Laptop Mba Marwah tadi kok enggak ada ya, padahal sudah kumasukan tas, Mba, gimana ini? " Ay sampai menangis saking takutnya.

" Ay, tadi aku lupa enggak ngomong kamu, kalau laptop nya banyak file penting, jadi ku ambil lagi, "ucap Marwah, dada Ay serasa lega mendengar ucapan Marwah.

" Besok dipinjami uang dulu sama mba Hanifah, kalau kamu sudah punya uang dikembalikan, " ucap Paman.

" Uang mu kan, di simpan Bibi, ini aku bawa, harga nya berapa?" ucap Bibi.

Ay karena selalu membantu Bibi maka setiap hari dapat upah, seperti Hanifah dan Marwah juga sama.

" Itu tadi aku lihat ada gerai laptop, di kios kios mau masuk jalan depan kost ini,"ucap Marwah.

Senja pertama di Jakarta, terlihat semburat warna jingga di langit sebelah barat di antara gedung gedung yang menjulang tinggi, Ay hanya mampu mengintip panorama alam yang selalu dikaguminya lewat ruang sempit untuk jemuran di belakang kamar kost yang baru di lantai dua, pandangannya sebenarnya terhalang oleh bangunan tingkat disebelah kamarnya, cuman karena batas sebelah kamar berupa ruang kosong diakibatkan dibawahnya berupa aliran pembuangan air, sehingga kamarnya mendapatkan penyinaran matahari serta udara, maka tak merasakan pengabnya ruangan oleh terhimpit nya bangunan bangunan disebelahnya.

" Ay, kamu bisa saling bertatap mata dengan penghuni kamar di balik jemuran ini, " seloroh Marwah, ia suka sekali menggodanya, kadang Ay menjadi cemberut oleh candaannya.

" Eeemmm, adikku kalau cemberut tambah cantik, " seloroh nya kemudian.

" Mba, aku jadi kangen dua hari lagi tak di godain kamu, " bales Ay, sedikit memble ngebayangin mau ditinggal oleh kedua kakak angkat nya yang pernah hidup diantara suka duka mendapatkan didikan dari Paman dan Bibi Karwanto yang disiplin.

" Ay, kenapa memble, mesti Marwah ngeledek yang nyakitin hatimu ya, " ucap Hanifah yang ikut ikutan menikmati panorama alam yang tidak bisa terlihat full kayak di kampung nya.

" Ala, paling memble karena dua hari lagi enggak ada yang ngeledek kan, Ay? "seloroh bibi yang ikut mendekati mereka bertiga, Bibi yang kesehariannya sangat kuat dan tegar ternyata matanya berkaca kaca membayangkan mau tinggal berdua dengan suaminya di kampung, Paman ikut bergabung juga, berempat terisak lirih tanpa berucap kata, hanya dalam hati penuh dengan berbagai rangkaian kata yang tidak mampu dikeluarkan.

" Ay, kamu setiap akhir pekan harus pulang lho, nengok orang tua," ucap Hanifah disela sela isakannya.

" Iiiyaa mba, " jawab Ay terisak isak.

" Atau kami yang selalu nengok kesini, " ucap Bibi yang pipinya terbanjiri air mata, Bibi saat masuk ke areal kost kostan ini sambil menatap setiap perempuan yang bertemu, dalam angannya membayangkan Calla.

Waktu bergulir, Paman dan Bibi meninggalkan ketiga anaknya yang mereka didik dengan perjuangan besar, karena keterbatasan biaya, yang diandalkan hanya tenaga, dan mereka hanya mampu mengiringi doa agar ketiga anaknya hidup nya lebih baik darinya.

" Ay, belum punya alat masak ya, kita keluar yuk mumpung masih jam segini, "ajak Hanifah.

" Sekalian beli laptop ya Mba, " pinta Ay.

" Ya ayo cepetan, " bertiga melangkah kan kaki dengan cepat, Ay bawa uang yang tadi diserahkan semua oleh Bibi, yang ia tabung dengan cara dititipin ke Bibi.

" Udah Ay, uangmu untuk biaya hidup selama beasiswa mu belum keluar, nanti pakai uang ku saja, " ucap Hanifah.

" Biarin Mba, nanti utangku kebanyakan, " ucap Ay.

" Tidak perlu membayar donk, aku juga masih banyak kok, " ucap Hanifah.

" Aku juga pengin belikan kok Ay, " ucap Marwah.

" Kan kamu belum dapat gajian mba, " ucap Ay.

" Ya besok kalau dapat gaji pertama, ku kirim uang untuk beli baju, biar kamu pakai baju baru, enggak kaya sekarang kita hanya dapat baju bekas, " ucap Marwah, di kedua bola matanya berembun sehingga penglihatannya menjadi kabur, ia cepat cepat menyapu nya dengan telapak tangan yang agak kasar, seperti telapak tangan Ay walau lentik jari jarinya tetapi agak kasar karena seharian selalu bekerja bantu orang tua.

Bertiga berjalan kaki dengan langkah cepat dan membutuhkan waktu satu jam mereka berbelanja.

Selesai membeli semua yang dibutuhkan kan bahkan lemari pendingin satu pintu dibelikan juga oleh Hanifah.

" Biar kamu enggak minder banget lho De, di kost kost an yang rata rata kamarnya komplit, " ucap Hanifah.

" Biar tak kelihatan orang kampung juga De, tapi ingat De, kamu bajunya harus tetap tertutup jangan ngikutin cewek di kamar lain lho, " ucap Hanifah tegas.

" Iya Ay, lihat mba Hanifah yang hidup di Eropa tetap pakai Hijab, tidak ketat juga, pokoknya kita harus jaga deh warisan nasehat orang tua ya, biarin aja dikatain culun," ucap Marwah.

" Iya mba, insya Allah akan aku jaga, " ucap Ay.

Sambil ngobrol pekerjaan beberes kamar selesai, setelah belanja di kios kios yang berderet dekat kost kostannya, bahkan kulkas yang langsung dikirim telah diisi bahan bahan mentah yang dibawakan oleh Bibi.

Episodes
1 Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2 Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3 Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4 Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5 Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6 Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7 Episode 7 Ayana Menangis
8 Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9 Episode 9 Awal Merawat Raditya
10 Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11 Episode 11 Keterkejutan Raihan
12 Episode 12 Mengantar Tuannya
13 Episode 13 Raditya menikmati masakan
14 Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15 Episode 15 Kiara datang
16 Episode 16 Kumpul keluarga
17 Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18 Episode 18 Pengakuan Raditya
19 Episode 19 Makan siang di luar
20 Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21 Episode 21 Aliandra sakit
22 Episode 22 Kiara pulang
23 Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24 Episode 24 Terjadi baku hantam
25 Episode 25 Tempat Nikah Siri
26 Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27 Episode 27 Ayana di Apartemen
28 Episode 28 Sendirian di Apartement
29 Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30 Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31 Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32 Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33 Episode 33 Tentang Tante Rinata
34 Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35 Episode 35 Awal Pencarian Calla
36 Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37 Episode 37 Raditya ke apartemen
38 Episode 38 Makan Sore
39 Episode 39 Sikap Raihan
40 Episode 40 Dania berada di basement
41 Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42 Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43 Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44 Episode 44 Di hadang Dania
45 Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46 Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47 Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48 Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49 Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50 Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51 Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52 Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53 Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54 Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55 Episode 55 Kekaguman Ayyana
56 Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57 Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58 Episode 58 Ayyana di jemput
59 Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60 Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61 Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62 Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63 Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64 Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65 Episode 65 Calla masih ragu
66 Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67 Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68 Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69 Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70 Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71 Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72 Episode 72 Clara dan Silvi sakit
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2
Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3
Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4
Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5
Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6
Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7
Episode 7 Ayana Menangis
8
Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9
Episode 9 Awal Merawat Raditya
10
Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11
Episode 11 Keterkejutan Raihan
12
Episode 12 Mengantar Tuannya
13
Episode 13 Raditya menikmati masakan
14
Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15
Episode 15 Kiara datang
16
Episode 16 Kumpul keluarga
17
Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18
Episode 18 Pengakuan Raditya
19
Episode 19 Makan siang di luar
20
Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21
Episode 21 Aliandra sakit
22
Episode 22 Kiara pulang
23
Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24
Episode 24 Terjadi baku hantam
25
Episode 25 Tempat Nikah Siri
26
Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27
Episode 27 Ayana di Apartemen
28
Episode 28 Sendirian di Apartement
29
Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30
Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31
Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32
Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33
Episode 33 Tentang Tante Rinata
34
Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35
Episode 35 Awal Pencarian Calla
36
Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37
Episode 37 Raditya ke apartemen
38
Episode 38 Makan Sore
39
Episode 39 Sikap Raihan
40
Episode 40 Dania berada di basement
41
Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42
Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43
Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44
Episode 44 Di hadang Dania
45
Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46
Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47
Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48
Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49
Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50
Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51
Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52
Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53
Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54
Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55
Episode 55 Kekaguman Ayyana
56
Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57
Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58
Episode 58 Ayyana di jemput
59
Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60
Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61
Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62
Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63
Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64
Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65
Episode 65 Calla masih ragu
66
Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67
Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68
Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69
Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70
Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71
Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72
Episode 72 Clara dan Silvi sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!