Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku

Ayana POV

Aku dengan Andina langsung bersahabat, dan merasakan seperti ada kesamaan, sehingga kami masuk ruang yang luas langsung duduk bersebelahan.

" Ay, kamu bawa laptop? " tanya Andina. Aku mengiyakan lalu mengeluarkan nya dari tas ransel.

" Punya ku sudah lama, perlu ganti, " ucap nya lagi sambil mengeluarkan laptop juga dari ransel nya.

" Ganti aja Ndin, di kios kios deket kost mu lebih miring kok harganya, " kataku.

" Eemmm, bener nih, ya udah deh nanti temenin ya, ini juga beli disitu? " Andina memain mainkan bolpoin didekat wajahnya dengan memutar mutarkan pakai jari jarinya.

Ruangan semakin riuh dengan masuknya mahasiswa baru satu prodi, aku dan Andina duduk di depan.

Dan aku mengamati rata rata berpenampilan modis, bahkan Andina juga modis. Terbersit di hati rasa minder dengan cara berpakaianku yang membuat orang selalu ngatain culun.

" Ndin, kamu enggak malu bersahabat denganku? " tiba tiba aku ingin ngomong kayak gitu.

" Lho, kenapa, selama kamu tak merugikan aku, tak ada alasan untuk tidak bersahabat denganmu, " jawabnya.

" Maksudnya, aku kan beda dengan cewek cewek lain, aakkuu itu anak miskin, " ucapku menunduk.

" Hmmm aku tahu yang dipikirkan oleh kamu Ay, mungkin cewek lain bajunya rata rata baru," ucapnya.

" Iiyaa Ndin, " kataku nunduk.

" Ay, aku salut sama kamu, kamu itu cantik alami, kalau kamu modis kayak mereka dengan sikap mu yang sahaja langsung deh dikejar para cowok, " ucapnya terkekeh.

" Aaahhh Ndin, kamu menghibur ku ya, " seloroh ku.

" Beneran kok Ay, sudah jangan mikirin tentang penampilan sekarang, itu dirobah besok kalau mau cari kerjaan, sekarang yang penting otak nya," kata Andina.

" Hmmm, kamu tuh seperti kakak kakak ku klo omong," ucapku.

" Ya iyalah, kita kan nyari ilmu disini bukan mau kontes baju atau ratu cantik," kilahnya.

Dosen wanita dengan baju sederhana masuk dengan anggun, beliau sempat melirik ku, dengan mengulum senyum dibibir, aku dan Andina membalas senyuman nya.

Suara riuh di ruangan dari para mahasiswa baru yang masing masing baru saling mengenalpun seketika berhenti, dan semua diam, maka ruangan menjadi hening seketika.

Dan riuh kembali oleh bunyi laptop yang dinyalakan oleh para mahasiswa, untuk membuka aplikasi yang diberitahu oleh Bu Riana nama dosen itu.

" Ok, jadi setelah kalian baca di aplikasi yang kamu buka, habis ini kamu menemui Dosen Wali di ruang yang tertera disitu," kata Bu Riana.

" Ndin, kita se Dosen Wali lho," ucapku, dan rasa gembira di dalam hati tak terkira kan.

" Mba, aku ikut lihat karena paketan ku habis, sehingga tak bisa membuka aplikasi nya, " pinta cewek yang duduk di belakang ku persis.

Aku membantu cewek itu untuk mencarikan namanya.

" Aku tak se Wali dengan mu ya mba," ucapnya. Dia kaya panik merasa tak bisa membuka internet, aku menoleh ke belakang, wajahnya penuh dengan keringat, sampai ia berkali kali mengusap pakai punggung tangan.

" Coba, hubungi saudara mu supaya kirim pulsa," saranku, ia mengambil ponsel di saku bajunya.

" Mba, makasih sarannya, kadang disaat panik kayak tadi, otak jadi enggak bisa kerja, " selorohnya, aku tertawa lirih.

" Ndin, kita nanti masuk ruang 6, Wali Dosen nya Pak Raihan Hutomo, ya, " kataku.

" Semoga orang nya baik ya Ay, " ucap Andina.

" Kenapa? " kataku mulai khawatir karena pada cerita kadang ada dosen yang suka bikin mahasiswa berkeringat dingin saat masuk kelas.

" Ya, di kost ku ada kakak kelas, kemaren cerita ada dosen duda, dia tak suka pada cewek cantik, " ucap Andina, wajahnya mulai ciut.

" Aku bisa lolos donk dari sikap dosen itu Ndin, " kataku.

" Lho kamu cantik lho Ay, bisa bisa kamu jadi sasaran kekesalannya, " aku sempat memejamkan mata untuk menenangkan pikiran dan yang aku herankan ngapain selalu saja orang yang dekat sama aku berkata kalau aku cantik, aneh bin ajaib gadis culun dikatain cantik.

" Ndin, aneh lho, jelas jelas aku kampungan kaya gini kok kamu bilang cantik, apa bukan kebalikannya?" aku perlu hati hati pada ucapan teman.

" Ay, apa kamu enggak pernah lihat dicermin, atau lihat foto kamu! " kata Andina. Aku diam saja tak hiraukan omongannya karena waktunya harus ngumpul di ruang yang telah ditentukan.

Aku dan Andina menuju ruang 6, karena berada di depan maka aku dan Andina bisa keluar lebih dulu.

" Ay, kamu dah tau ruang 6 dimana? " kebetulan aku sudah keliling kampus prodiku sehingga langsung menuju ke ruang itu.

" Ndin, Pak Raihan sudah duduk di kursi kebesarannya, " dadaku semakin tak menentu lihat wajahnya, tampan sih cuman dingin banget wajahnya kayak es balok.

" Ndin, jangan jangan Pak Raihan dosen yang kamu ceritain, " kataku, abis saat aku masuk dengan memberi salam sorot matanya kayak mau nelan mentah mentah.

" Seperti nya bener lho Ay, berarti kita harus siap tissue lho, abis katanya akan bisa membuat nangis, " cerita Andina berbisik, aku tak terbiasa bawa tissue, tentunya enggak kepikiran serumit ini.

" Tenang Ay, aku bawa tissue kok, " aku kepedean kalau bukan diriku yang akan jadi bulan bulansn nyinyiran Pak Raihan, karena ada yang lebih cantik juga modis.

" Ndin, aku sih nyantai aja lah, paling tak akan nyinyirin aku," seloroh ku lirih.

" Jangan kepedean lho Ay, soal nya yang dinyinyirin tak harus yang cantik modern, bisa saja cantik alami kayak kamu, " ledeknya dengan tersenyum.

" Ndin, kamu seneng ya lihat teman barumu terpuruk, " kataku. Andina mencubit pahaku lirih, sempat mataku bersibobok dengan mata Pak Raihan.

" Aahhh, aku takut dengan sorot matanya yang kayak mata panah mau dilepas, " gumanku.

Mahasiswa baru yang dosen walinya Pak Raihan semua sudah kumpul, dan beliau mengawali dengan salam, aku sama Andina sengaja duduk agak belakang, pikirku biar agak ketutup teman lain, sehingga saat bisik bisik sama Andina berharap beliau tidak mendengar.

" SKS yang telah kamu ketik lalu kirim ke Email saya, " Pak Raihan memberikan alamat Email nya, nada suara nya lempeng kayak papan triplek saja.

Waktu seperempat jam yang diperlukan untuk mengetik lalu mengirim ke Email.

Semua hening, sibuk dengan laptop nya.

" Ayana Diandra Qamira, maju ke depan, " tubuhku berjengit, dengan dada bergemuruh, aku meminta jalan pada teman sebelah.

" Namanya menarik ku untuk tahu orang nya, hahaha, " tiba tiba dia tertawa melihat diriku, aku sempat bingung, tetapi kesadaran ku muncul.

" Aahh, ia tentu mentertawakan kostum yang ku pakai, dengan baju kedodoran ku," aku ikut tertawa juga membayangkan diriku.

" Kok, kamu malah ikut tertawa! " matanya tajam kayak mata elang mau nyambar ayam di kampungku, jemariku yang lentik dan putih kuangkat untuk menutup mulut.

" Aannu Pak, karena Bapak tertawa, aku jadi ikut tertawa, " kataku menunduk.

" Owlh, cewek culun, kenapa enggak pakai kacamata lebar sekalian, dah sana duduk, " ucap Pak Raihan, lalu tertawa, dan teman teman yang lain melirikku ikut tersenyum juga.

" Ndin, Pak Raihan mentertawakan kostum yang kupakai," kataku.

" Nanti beli baju yang lebih bagus Ay, tetapi Ay, menurut ku, kamu pakai baju kuno kayak gini tetap cantik lho, matanya Pak Raihan saja yang terbalik, " sanjung Andina.

" Ndin, ucapanmu bisa dipercaya apa enggak sih? " tanyaku, sedikit kesal juga.

" Kok, Andina kaya mba Marwah ngomongnya, " gumanku di hati.

" Kamu sebenarnya pernah bercermin enggak sih Ay, masak aku bohong sih," ngomongnya sedikit bentak, walau lirih.

Satu persatu mahasiswa dipanggil untuk menghadapnya, aku tadi nomer kedua setelah Andina.

Hanya untuk melaporkan SKS yang akan di tempuhnya dalam semester ini yang telah dikirim lewat Email, juga yang ditulis tangan pada tabel di kertas manila ukuran kecil, yang sudah dibagikan satu satu.

Selain melaporkan SKS juga Pak Raihan ingin mengenal satu satu mahasiswa yang diampunya.

Hening ruangan semua sibuk sendiri sendiri dan sesekali ada yang berbicara dengan berbisik sehingga nyaris tak terdengar oleh yang lain terkecuali mereka berdua.

Dan setelah para mahasiswa nya melaporkan mata kuliah nya, selanjutnya Pak Raihan menjelaskan jumlah SKS yang ditempuh dalam setiap satu semester, hampir dua jam full Pak Raihan keluar ruangan.

" Ay, aku ngerasa Pak Raihan selalu ngelirik kamu lho, " ledek Andina nyengir kuda.

" Tapi aku kesel dia mempermalukan ku, membuat teman teman mentertawakan, " ucapku.

**

" Kamu, adiknya Bu Riana ya Ayana? " tanya Pak Raihan, nada suara nya mengejek.

" Kok Bapak bisa bilang kaya gitu, " kataku terperangah.

" Kamu itu setipe dengan nya, " bibirnya mencebik dengan mata disipitkan, lalu beliau keluar ruangan.

" Iya mba, Bu Riana yang kudengar dari kakak kelas itu Dosen yang paling sederhana dalam berkostum," ucap teman baruku lagi namanya Rosa.

" Bapak tidak tahu sih, aku tuh tidak bisa kayak yang lain donk, aku harus berhemat biar cukup, aku punya baju juga selalu bekasan kok, " gumanku lirih.

Andina tersenyum mendengar gumanku.

Episodes
1 Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2 Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3 Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4 Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5 Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6 Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7 Episode 7 Ayana Menangis
8 Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9 Episode 9 Awal Merawat Raditya
10 Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11 Episode 11 Keterkejutan Raihan
12 Episode 12 Mengantar Tuannya
13 Episode 13 Raditya menikmati masakan
14 Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15 Episode 15 Kiara datang
16 Episode 16 Kumpul keluarga
17 Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18 Episode 18 Pengakuan Raditya
19 Episode 19 Makan siang di luar
20 Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21 Episode 21 Aliandra sakit
22 Episode 22 Kiara pulang
23 Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24 Episode 24 Terjadi baku hantam
25 Episode 25 Tempat Nikah Siri
26 Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27 Episode 27 Ayana di Apartemen
28 Episode 28 Sendirian di Apartement
29 Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30 Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31 Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32 Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33 Episode 33 Tentang Tante Rinata
34 Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35 Episode 35 Awal Pencarian Calla
36 Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37 Episode 37 Raditya ke apartemen
38 Episode 38 Makan Sore
39 Episode 39 Sikap Raihan
40 Episode 40 Dania berada di basement
41 Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42 Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43 Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44 Episode 44 Di hadang Dania
45 Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46 Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47 Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48 Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49 Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50 Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51 Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52 Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53 Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54 Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55 Episode 55 Kekaguman Ayyana
56 Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57 Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58 Episode 58 Ayyana di jemput
59 Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60 Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61 Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62 Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63 Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64 Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65 Episode 65 Calla masih ragu
66 Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67 Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68 Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69 Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70 Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71 Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72 Episode 72 Clara dan Silvi sakit
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Episode 1 Belajar dari Keluarga Bibi
2
Episode 2 Pisah dari Orang Tua
3
Episode 3 Cewek Kamar Sebelah
4
Episode 4 Pak Raihan Dosen Waliku
5
Episode 5 Di suruh Pak Raihan maju ke Depan
6
Episode 6 Kuliah Pak Raihan
7
Episode 7 Ayana Menangis
8
Episode 8 Kedatangan Tamu tak di kenal
9
Episode 9 Awal Merawat Raditya
10
Episode 10 Peristiwa itu yang mengubah hidup ku
11
Episode 11 Keterkejutan Raihan
12
Episode 12 Mengantar Tuannya
13
Episode 13 Raditya menikmati masakan
14
Episode 14 Raditya makan dengan lahap
15
Episode 15 Kiara datang
16
Episode 16 Kumpul keluarga
17
Episode 17 Berpikir tetap bersama Ayana
18
Episode 18 Pengakuan Raditya
19
Episode 19 Makan siang di luar
20
Episode 20 Jari Ayana ke jepit
21
Episode 21 Aliandra sakit
22
Episode 22 Kiara pulang
23
Episode 23 Keributan di rumah Raditya
24
Episode 24 Terjadi baku hantam
25
Episode 25 Tempat Nikah Siri
26
Episode 26 Meninggalkan Rumah Besar
27
Episode 27 Ayana di Apartemen
28
Episode 28 Sendirian di Apartement
29
Episode 29 Alena di negeri yang jauh
30
Episode 30 Bersahabat dengan Calla
31
Episode 31 Kiara meninggalkan Raditya
32
Episode 32 Menerima tawaran Pak Faisal
33
Episode 33 Tentang Tante Rinata
34
Episode 34 Makan malam di rumah Kiara
35
Episode 35 Awal Pencarian Calla
36
Episode 36 Hanifah, Marwah datang ke negeri Kincir Angin
37
Episode 37 Raditya ke apartemen
38
Episode 38 Makan Sore
39
Episode 39 Sikap Raihan
40
Episode 40 Dania berada di basement
41
Episode 41 Liandra ikut ke Kantor Raditya
42
Episode 42 Raditya dan Raihan di apartemen
43
Episode 43 Pak Raihan hanya makan siang
44
Episode 44 Di hadang Dania
45
Episode 45 Ayyana dibawa oleh Clara
46
Episode 46 Clara cs kayak cacing kepanasan
47
Episode 47 Raditya tak pulang ke rumah
48
Episode 48 Dania mencabut bulu mata Ayyana
49
Episode 49 Silvi berada di ruang Pak Raihan
50
Episode 50 Share foto dari Bu Kristi
51
Episode 51 Raditya sulit menghubungi Ayyana
52
Episode 52 Kiara diberitahu Dania
53
Episode 53 Calla kirim surat ke Bi Yeyen
54
Episode 54 Bi Yeyen tak berani berterus terang
55
Episode 55 Kekaguman Ayyana
56
Episode 56 Calla membatasi ke Ayyana
57
Episode 57 Calla selalu berbicara menohok ke Ayyana
58
Episode 58 Ayyana di jemput
59
Episode 59 Akhirnya Marwah tahu tentang Ayyana
60
Episode 60 Raditya tidak tinggal diam tentang Calla
61
Episode 61Ayyana dapat cindera mata
62
Episode 62 Nasib Hana tak seindah yang dibayangkan
63
Episode 63 Tinggal berdua di apartemen
64
Episode 64 Kiara belajar ikhlas
65
Episode 65 Calla masih ragu
66
Episode 66 Calla menginjakkan kaki di Jakarta
67
Episode 67 Berkunjung ke kampung Bu Yeyen
68
Episode 68 Calla terluka setelah tahu orang tua kandungnya
69
Episode 69 Kiara dapat kiriman foto
70
Episode 70 Postingan Foto di grup keluarga Bahtiar
71
Episode 71 Ayyana dan Calla telah tahu wafatnya kedua orang tuanya
72
Episode 72 Clara dan Silvi sakit

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!