Ayana POV
Aku dengan Andina langsung bersahabat, dan merasakan seperti ada kesamaan, sehingga kami masuk ruang yang luas langsung duduk bersebelahan.
" Ay, kamu bawa laptop? " tanya Andina. Aku mengiyakan lalu mengeluarkan nya dari tas ransel.
" Punya ku sudah lama, perlu ganti, " ucap nya lagi sambil mengeluarkan laptop juga dari ransel nya.
" Ganti aja Ndin, di kios kios deket kost mu lebih miring kok harganya, " kataku.
" Eemmm, bener nih, ya udah deh nanti temenin ya, ini juga beli disitu? " Andina memain mainkan bolpoin didekat wajahnya dengan memutar mutarkan pakai jari jarinya.
Ruangan semakin riuh dengan masuknya mahasiswa baru satu prodi, aku dan Andina duduk di depan.
Dan aku mengamati rata rata berpenampilan modis, bahkan Andina juga modis. Terbersit di hati rasa minder dengan cara berpakaianku yang membuat orang selalu ngatain culun.
" Ndin, kamu enggak malu bersahabat denganku? " tiba tiba aku ingin ngomong kayak gitu.
" Lho, kenapa, selama kamu tak merugikan aku, tak ada alasan untuk tidak bersahabat denganmu, " jawabnya.
" Maksudnya, aku kan beda dengan cewek cewek lain, aakkuu itu anak miskin, " ucapku menunduk.
" Hmmm aku tahu yang dipikirkan oleh kamu Ay, mungkin cewek lain bajunya rata rata baru," ucapnya.
" Iiyaa Ndin, " kataku nunduk.
" Ay, aku salut sama kamu, kamu itu cantik alami, kalau kamu modis kayak mereka dengan sikap mu yang sahaja langsung deh dikejar para cowok, " ucapnya terkekeh.
" Aaahhh Ndin, kamu menghibur ku ya, " seloroh ku.
" Beneran kok Ay, sudah jangan mikirin tentang penampilan sekarang, itu dirobah besok kalau mau cari kerjaan, sekarang yang penting otak nya," kata Andina.
" Hmmm, kamu tuh seperti kakak kakak ku klo omong," ucapku.
" Ya iyalah, kita kan nyari ilmu disini bukan mau kontes baju atau ratu cantik," kilahnya.
Dosen wanita dengan baju sederhana masuk dengan anggun, beliau sempat melirik ku, dengan mengulum senyum dibibir, aku dan Andina membalas senyuman nya.
Suara riuh di ruangan dari para mahasiswa baru yang masing masing baru saling mengenalpun seketika berhenti, dan semua diam, maka ruangan menjadi hening seketika.
Dan riuh kembali oleh bunyi laptop yang dinyalakan oleh para mahasiswa, untuk membuka aplikasi yang diberitahu oleh Bu Riana nama dosen itu.
" Ok, jadi setelah kalian baca di aplikasi yang kamu buka, habis ini kamu menemui Dosen Wali di ruang yang tertera disitu," kata Bu Riana.
" Ndin, kita se Dosen Wali lho," ucapku, dan rasa gembira di dalam hati tak terkira kan.
" Mba, aku ikut lihat karena paketan ku habis, sehingga tak bisa membuka aplikasi nya, " pinta cewek yang duduk di belakang ku persis.
Aku membantu cewek itu untuk mencarikan namanya.
" Aku tak se Wali dengan mu ya mba," ucapnya. Dia kaya panik merasa tak bisa membuka internet, aku menoleh ke belakang, wajahnya penuh dengan keringat, sampai ia berkali kali mengusap pakai punggung tangan.
" Coba, hubungi saudara mu supaya kirim pulsa," saranku, ia mengambil ponsel di saku bajunya.
" Mba, makasih sarannya, kadang disaat panik kayak tadi, otak jadi enggak bisa kerja, " selorohnya, aku tertawa lirih.
" Ndin, kita nanti masuk ruang 6, Wali Dosen nya Pak Raihan Hutomo, ya, " kataku.
" Semoga orang nya baik ya Ay, " ucap Andina.
" Kenapa? " kataku mulai khawatir karena pada cerita kadang ada dosen yang suka bikin mahasiswa berkeringat dingin saat masuk kelas.
" Ya, di kost ku ada kakak kelas, kemaren cerita ada dosen duda, dia tak suka pada cewek cantik, " ucap Andina, wajahnya mulai ciut.
" Aku bisa lolos donk dari sikap dosen itu Ndin, " kataku.
" Lho kamu cantik lho Ay, bisa bisa kamu jadi sasaran kekesalannya, " aku sempat memejamkan mata untuk menenangkan pikiran dan yang aku herankan ngapain selalu saja orang yang dekat sama aku berkata kalau aku cantik, aneh bin ajaib gadis culun dikatain cantik.
" Ndin, aneh lho, jelas jelas aku kampungan kaya gini kok kamu bilang cantik, apa bukan kebalikannya?" aku perlu hati hati pada ucapan teman.
" Ay, apa kamu enggak pernah lihat dicermin, atau lihat foto kamu! " kata Andina. Aku diam saja tak hiraukan omongannya karena waktunya harus ngumpul di ruang yang telah ditentukan.
Aku dan Andina menuju ruang 6, karena berada di depan maka aku dan Andina bisa keluar lebih dulu.
" Ay, kamu dah tau ruang 6 dimana? " kebetulan aku sudah keliling kampus prodiku sehingga langsung menuju ke ruang itu.
" Ndin, Pak Raihan sudah duduk di kursi kebesarannya, " dadaku semakin tak menentu lihat wajahnya, tampan sih cuman dingin banget wajahnya kayak es balok.
" Ndin, jangan jangan Pak Raihan dosen yang kamu ceritain, " kataku, abis saat aku masuk dengan memberi salam sorot matanya kayak mau nelan mentah mentah.
" Seperti nya bener lho Ay, berarti kita harus siap tissue lho, abis katanya akan bisa membuat nangis, " cerita Andina berbisik, aku tak terbiasa bawa tissue, tentunya enggak kepikiran serumit ini.
" Tenang Ay, aku bawa tissue kok, " aku kepedean kalau bukan diriku yang akan jadi bulan bulansn nyinyiran Pak Raihan, karena ada yang lebih cantik juga modis.
" Ndin, aku sih nyantai aja lah, paling tak akan nyinyirin aku," seloroh ku lirih.
" Jangan kepedean lho Ay, soal nya yang dinyinyirin tak harus yang cantik modern, bisa saja cantik alami kayak kamu, " ledeknya dengan tersenyum.
" Ndin, kamu seneng ya lihat teman barumu terpuruk, " kataku. Andina mencubit pahaku lirih, sempat mataku bersibobok dengan mata Pak Raihan.
" Aahhh, aku takut dengan sorot matanya yang kayak mata panah mau dilepas, " gumanku.
Mahasiswa baru yang dosen walinya Pak Raihan semua sudah kumpul, dan beliau mengawali dengan salam, aku sama Andina sengaja duduk agak belakang, pikirku biar agak ketutup teman lain, sehingga saat bisik bisik sama Andina berharap beliau tidak mendengar.
" SKS yang telah kamu ketik lalu kirim ke Email saya, " Pak Raihan memberikan alamat Email nya, nada suara nya lempeng kayak papan triplek saja.
Waktu seperempat jam yang diperlukan untuk mengetik lalu mengirim ke Email.
Semua hening, sibuk dengan laptop nya.
" Ayana Diandra Qamira, maju ke depan, " tubuhku berjengit, dengan dada bergemuruh, aku meminta jalan pada teman sebelah.
" Namanya menarik ku untuk tahu orang nya, hahaha, " tiba tiba dia tertawa melihat diriku, aku sempat bingung, tetapi kesadaran ku muncul.
" Aahh, ia tentu mentertawakan kostum yang ku pakai, dengan baju kedodoran ku," aku ikut tertawa juga membayangkan diriku.
" Kok, kamu malah ikut tertawa! " matanya tajam kayak mata elang mau nyambar ayam di kampungku, jemariku yang lentik dan putih kuangkat untuk menutup mulut.
" Aannu Pak, karena Bapak tertawa, aku jadi ikut tertawa, " kataku menunduk.
" Owlh, cewek culun, kenapa enggak pakai kacamata lebar sekalian, dah sana duduk, " ucap Pak Raihan, lalu tertawa, dan teman teman yang lain melirikku ikut tersenyum juga.
" Ndin, Pak Raihan mentertawakan kostum yang kupakai," kataku.
" Nanti beli baju yang lebih bagus Ay, tetapi Ay, menurut ku, kamu pakai baju kuno kayak gini tetap cantik lho, matanya Pak Raihan saja yang terbalik, " sanjung Andina.
" Ndin, ucapanmu bisa dipercaya apa enggak sih? " tanyaku, sedikit kesal juga.
" Kok, Andina kaya mba Marwah ngomongnya, " gumanku di hati.
" Kamu sebenarnya pernah bercermin enggak sih Ay, masak aku bohong sih," ngomongnya sedikit bentak, walau lirih.
Satu persatu mahasiswa dipanggil untuk menghadapnya, aku tadi nomer kedua setelah Andina.
Hanya untuk melaporkan SKS yang akan di tempuhnya dalam semester ini yang telah dikirim lewat Email, juga yang ditulis tangan pada tabel di kertas manila ukuran kecil, yang sudah dibagikan satu satu.
Selain melaporkan SKS juga Pak Raihan ingin mengenal satu satu mahasiswa yang diampunya.
Hening ruangan semua sibuk sendiri sendiri dan sesekali ada yang berbicara dengan berbisik sehingga nyaris tak terdengar oleh yang lain terkecuali mereka berdua.
Dan setelah para mahasiswa nya melaporkan mata kuliah nya, selanjutnya Pak Raihan menjelaskan jumlah SKS yang ditempuh dalam setiap satu semester, hampir dua jam full Pak Raihan keluar ruangan.
" Ay, aku ngerasa Pak Raihan selalu ngelirik kamu lho, " ledek Andina nyengir kuda.
" Tapi aku kesel dia mempermalukan ku, membuat teman teman mentertawakan, " ucapku.
**
" Kamu, adiknya Bu Riana ya Ayana? " tanya Pak Raihan, nada suara nya mengejek.
" Kok Bapak bisa bilang kaya gitu, " kataku terperangah.
" Kamu itu setipe dengan nya, " bibirnya mencebik dengan mata disipitkan, lalu beliau keluar ruangan.
" Iya mba, Bu Riana yang kudengar dari kakak kelas itu Dosen yang paling sederhana dalam berkostum," ucap teman baruku lagi namanya Rosa.
" Bapak tidak tahu sih, aku tuh tidak bisa kayak yang lain donk, aku harus berhemat biar cukup, aku punya baju juga selalu bekasan kok, " gumanku lirih.
Andina tersenyum mendengar gumanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments