Pov Dewi
" wi, bangun nduk " ucap ibu
aku tak menjawab, malah semakin erat memeluk guling dan menarik selimut tebalku agar menutupi semua tubuhku
" Subuh dulu wi " ucap ibu menarik selimut dan membuangnya ke lantai
" kamu itu udah baligh Nduk, Ayo cepet bangun keburu siang " ucap ibu
" ya bu " jawabku mengucek mata dan dengan malas berjalan ke kamar mandi hendak wudhu.
Begitulah kebiasaanku tiap pagi, ibu selalu membangunkanku untuk sholat. meski di omeli tiap hari, aku selalu mengulanginya lagi subuh yang kesiangan tiap harinya. sebenarnya aku ingin subuh tepat waktu namun apalah daya di jam jam subuh itu mataku seakan seperti di lem, mungkin setan yang menggodaku terlalu banyak atau imanku yang terlalu tipis
" Dari pada tidak Subuh mending kan Subuh meski terlambat " prinsipku tiap kali ibu mengomeliku
Usai sholat subuh yang kesiangan aku tak pernah membantu ibu untuk memasak di dapur. Aku hanya membantu membersihkan rumah saja, kalaupun di dapur aku hanya membantu mencuci piring saja.
Aku sama sekali tak bisa memasak, bisanya cuman masak air. nama nama bumbu dapur saja aku tidak tau. Entahlah kalau nanti menikah, urusan makan suami dan anak anakku biar di urus pembantu saja pikirku, kalau suamiku kaya dan mampu menggaji ART, kalau gak palingan beli lauk dan sayur mateng aja di warung biar gak repot. Setiap hari tak lelah ibu mengingatkanku untuk belajar memasak namun aku tak ada niat sedikitpun untuk belajar memasak saat ini. Belajar memasaknya nanti saja setelah punya suami pikirku. langsung belajar praktek memasak.
Pernah suatu hari di suruh ibu pergi ke pasar untuk membeli ketumbar namun apa yang ku dapat. Aku pulang membawa kemiri.
Beda jauh kan kemiri sama ketumbar?
Aku yang sok tahu dan agak gengsi kalau ketahuan gak bisa masak kan malu ! saat beli harusnya aku bilang aja sama penjualnya kalau mau beli ketumbar aku malah sok tahu nunjuk nunjuk kemiri hahaha kena omel ibu kan akhirnya si kemiri hahaha
" Nyapunya yang bersih wi, ntar kalau gak bersih dapat suami brewok lo " ucap tetangga yang kebetulan lewat halaman rumah
" Apa hubungannya coba? nyapu gak bersih sama suami brewokan? gak nyambung kan?" gerutuku dalam hati.
Namun jiwaku yang tak pernah dendam dan aku yang terbiasa ramah tetap tersenyum dan menyapa tetanggaku meski hatiku kesal karena perkataannya
" Njih bu lik, Bu lik dari pasar? mau masak apa bu lik?" ucapku
" iya wi, ni mau masak sayur bayam sama sambal teri buat pak lik" jawabnya
" Pasti enak tu bu lik, Dewi jadi laper nih " ucapku
" bu lik duluan wi " pamitnya
" monggo bu lik" ucapku
Aku bergegas menyelesaikan tugas menyapu halaman, perutku keroncongan sudah minta di isi. Aku pergi ke dapur dan segera mengambil piring dan ku isi nasi dari magic com yang sudah matang. aku membuka tudung saji namun hanya menemukan sambal korek dan terong bakar saja.
" Bu, lauknya mana? " tanyaku
" Gak ada wi, bahan makanan habis semua. sarapan seadanya dulu. ntar habis itu tolong anterin ibu ke pasar " ucap ibu
" ya bu " jawabku
Usai makan, aku mandi dan bersiap mengantar ibu ke pasar. Aku ke kamar mas Woro untuk mengambil kunci motor. Mas Woro adalah kakak laki lakiku satu satunya dan juga saudaraku satu satunya.
" Mas, kunci motor mana?" tanyaku mendongakkan kepalaku ke dalam kamarnya
" mau kemana? motornya mau mas pakai " ucap Mas Woro
" Nganter ibuk ke pasar mas " jawabku
" gak usah mampir mampir, selesai belanja langsung pulang " ucap mas Woro memberikan kunci motor padaku
" siap bosh ! " jawabku
Aku diam di tempat sengaja menunggu mas Woro, biasanya kalau habis gajian aku di kasih uang buat tambahan jajan.
" kok masih di situ aja, gak jadi ke pasar wi?" tanya mas Woro
" hmmm...kemarin kan habis gajian, apa mas Woro gak niat ngasih shodaqoh buat saudaramu yang cantik ini? " ucapku
" hallah, bilang aja mau minta uang jajan...ni...." ucap mas Woro sambil menyodorkan selembar lima puluh ribuan
" hahaha... terima kasih mas, Semoga mas Woro di mudahkan rejekinya, di sehatkan badannya, di dekatkan jodohnya " ucapku
" Aamiin " ucap mas Woro
Aku berlari menuju garasi memakai helm dan pergi ke pasar mengantar ibu.
Saat mendekati rumah Bimo, aq deg deg an, selalu begitu entah kenapa? aku melirik ke arah rumah dan di sekitaran rumah, saat ku lihat ibunya Bimo melihatku aku mengangguk tanda menyapanya.
Aku pernah di ajak Bimo ke rumahnya saat lebaran idul Fitri. Bimo hanya memperkenalkanku sebagai teman pada ibunya. namun karna temanku dan juga teman Bimo sudah tau hubungan kita, kemungkinan orang tuanya Bimo dan juga orang tuaku sudah tau kalau kita pacaran
Mereka tak pernah mempertanyakan langsung pada kita. orang tua Bimo atau orang tuaku bungkam seolah mereka tidak tahu hubungan kita, mungkin karena hibungan ini di anggap cinta monyet oleh mereka hanya sekedar main main saja.
Aku dan ibu sampai di pasar, aku tak ikut ibu berbelanja aku menunggu ibu di warung dekat parkiran sambil makan bubur.
" Wi, sendirian aja?" tanya mas Riyo
" eh mas Riyo, iya mas lagi nunggu ibu " jawabku
Mas Riyo adalah teman main mas Woro, Bimo juga Bagas
" tumben Mas Riyo sarapan di sini?" tanyaku
" pengen aja, mungkin karna ada kamu di sini jadi pengen sarapan berdua hehehe..." ucap Mas Riyo
" ah..yang bener mas? nanti ceweknya marah lo " ucapku santai
" hisss...apaan sih paling juga cowokmu yang marah " ucapnya
" boleh duduk sini kan?, kalau gak boleh mas pergi nih" ucapnya lagi meminta ijin untuk duduk di depanku
" duduk aja mas, bebas, ini kan punya penjual bubur bukan punyaku hahaha" jawabku santai
Mas Riyo duduk dan mencicipi bubur di mangkoknya
" buburnya kok gak manis ya wi? " ucapnya
" punyaku manis kok Mas " ucapku
" Buburnya gak manis, manisnya udah di kamu semua " ucapnya
" mulai gombal ! " ucapku malu
Namun hatiku bahagia, di gombalin gombal sederhana mas Riyo. Selalu begitu, mas Riyo memang jago ngegombal. Tiap maen ke rumah untuk ketemuan dengan mas Woro pasti tak penah lupa gombalin aku dulu.
" Woro di rumah gak wi?" tanyanya
" di rumah mas, tapi tadi katanya mau pergi" jawabku
" Ya udah deh, ntar sore aku ke rumah kamu ya " ucapnya
" kenapa meski ijin Dewi mas, mau ke rumah ke rumah aja mau nyari mas Woro kan bukan nyari Dewi " ucapku
" ya niatnya ketemu Woro, tapi kalau ada adiknya Woro yang Cantik itu mas lebih senang wi " ucapnya tanpa malu
Sebenarnya aku sedikit kagum sama Mas Riyo, karena pemikirannya lebih dewasa dari pada mas Woro, Bimo dan juga Bagas. Mungkin karna dia sejak kecil terbiasa hidup mandiri dengan seorang ibu saja. Ayahnya sudah meninggal saat dia masih kecil. Mas Riyo Ganteng dan juga baik sayangnya dia playboy
Bubur di mangkukku sudah habis, aku pamit pada mas Riyo karna ibu juga terlihat sudah ada di dekat motor yang ku parkir
" Mas, Dewi duluan ya sudah di tunggu ibuk tu " ucapku
" Okey wi, hati hati ya...gak usah bayar nanti biar sekalian aku yang bayar " ucapnya
" beneran mas? Dewi gak bayar nih?" tanyaku
" iya, nanti biar mas aja " ucapnya
" Okey, ma kasih mas semoga Mas Riyo cepat insaf jadi playboynya ya hahaha..." ucapku menggodanya
" kalau sudah insaf, memangnya kamu mau wi?" tanyanya
" Mau? Dewi Mau pulang dulu ya...dadada....." ucapku sambil lari meninggalkannya
entah apa yang di ucapkannya saat aku pergi meninggalkannya. Aku gak mau tahu, yang penting sudah di traktir sarapan jadi uang jajanku utuh hahaha....
...Assalamu'alaikum warohmatullah Wabarokaatuh reader termanis.......
...Mohon dukungannya njih, Author masih terus belajar.......
...jangan lupa like, komen, Vote, dan juga berikan hadiah untuk author ya...
...terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments